☆EIGHT☆

3.6K 184 15
                                    

♟﹏﹏SMW﹏﹏♟

"Lissa?" Pria itu tak lain adalah Nader yang sengaja pulang lebih cepat mendengar kalau Lissa mengalami hilang ingatan. Sebenarnya dia tak percaya kalau Lissa mengalami hilang ingatan dan sudah bisa menerka kalau semua itu adalah permainan keluarga Vincent.

Tetapi. Kala mereka bertemu di bandara barusan dan Lissa menabraknya serta meminta maaf duluan. Rasanya dia tak percaya kalau istrinya akan meminta maaf duluan. Sungguh dia masih mengingatnya dengan jelas. Sebagaimanapun salahnya Lissa atau dia yang menabrak duluan sekalipun. Tetap saja orang lain yang harus meminta maaf padanya.

Pantang baginya untuk meminta maaf atau mengucapkan terima kasih.

Nader seolah melihat Lissa yang baru. Apakah dia salah melihat? Dia yakin sekali kalau wanita itu adalah Lissa. Tetapi warna rambutnya dan juga kedua manik matanya sangat berbeda. Serta dia tak mengenalinya?

"Boss? Mr. Nader. Apa Anda tak kenapa-napa?" suara Ramon membuyarkan lamunan Nader yang diam mematung dari tadi ditempatnya.

"Ya? Ada apa Ramon?" tanya Nader tampak kebingungan.

"Apa Anda sakit?" tanya Ramon cemas sembari menyodorkan tas laptop Nader yang tadi terjatuh.

"Tidak," jawab Nader menerima tasnya kemudian berjalan. "Apa kau tadi melihat Lissa?"

"Ya. Saya melihatnya juga. Cuma saja, saya hampir tak mengenalinya karena dia merubah penampilannya. Dari gaya rambut, warnanya dan juga pakaiannya. Apa Anda menyadari hal itu?" Ramon malah balik bertanya.

"Apa mungkin dia memang mengalami hilang ingatan? Kenapa begitu drastis? Bahkan untuk pertama kalinya aku melihat dia memakai jaket jeans serta celana denim dan tatapannya tadi ...?" Nader malah menjadi penasaran dengan tatapan Lissa. Meski sekilas, dia bisa melihat dengan jelas ke dalam manik mata Lissa bahwa wanita itu yang tak lain adalah istrinya sendiri tak mengenalinya.

Pertanyaan demi pertanyaan kini bersarang di benak Nader. Dia seolah melihat orang lain pada Lissa. Bukan Lissa yang dia kenal lagi. Yang jika kemana-mana selalu memakai dress atau jika bepergian memakai gaun panjang. Selalu terlihat glamor. Tapi tadi dia melihat Lissa benar-benar sederhana.

Entah kenapa Nader sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Lissa. Bahkan sepanjang perjalanan dia tampak diam terus. Dari bandara sampai mansionnya, laptop menganggur begitu saja.

Setiap hari dia menerima kabar dari suruhannya bahwa Lissa berada di rumah sakit untuk terapi. Memang terlihat sedikit parah tetapi dia baik-baik saja. Di rumah sakit Lissa banyak bergaul dengan pasien dan terlihat ramah pada siapa pun juga.

Memang Livia tidak menyadari atau memang tidak tahu kalau ada dua orang yang mengintai dan selalu memperhatikan gerak-geriknya terus dari seminggu yang lalu di rumah sakit.

Ramon tahu apa yang ada dipikiran Nader. "Boss. Saya akan mencari tahu semuanya-"

"Tidak usah," potong Nader. "Aku yang akan mencari tahu sendiri."

Akhirnya dia sampai di mansionnya.

Sementara Livia juga sampai di rumah kedua orang tuanya yang masih terasa asing itu. Tapi, sebagaimana pun juga. Mereka tetap kedua orang tuanya yang telah melahirkannya dan bukan sebuah keinginan kalau mereka terpisah dulu.

Tadi ketika dia di bandara menabrak Nader. Karena terburu-buru dan hanya sekilas saja. Jadi ia cuek dan bahkan meminta maaf padanya. Sebenarnya dia lupa-lupa ingat karena hanya melihat Nader di beberapa foto yang ditunjukkan oleh Nyonya Naresha seminggu yang lalu.

Mungkin walaupun sering bertemu. Livia pasti takkan mengenalinya karena memang perawakan Nader sangat jauh berbeda dari yang ada di foto. Lebih memukau pastinya.

SECRET MY WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang