☆SEVENTEEN☆

3.6K 197 10
                                    

♟﹏﹏SMW﹏﹏♟

“KAU …,” kalimat Nader tertahan di tenggorokannya kala melihat darah mengucur dari tangan Livia. Sebenarnya luka bekas duri itu tak seberapa dalam, hanya saja karena terkena air hujan jadi terlihat mengucur banyak. “Kau memang ceroboh.” Nada bicaranya menjadi normal kembali.

Nader menarik kembali tangan kiri Livia yang tak terluka. Membawanya masuk ke dalam mansion. Semua pelayan tak ada yang berani bertanya atau mendekati keduanya yang sudah basah kuyup serta tangan Nyonya muda mereka berdarah.

“Divo, siapkan makan malam dan suruh salah satu pelayan membawakan kotak P3K ke kamarku.” Nader memerintah Divo tanpa berhenti berjalan sambil masih menarik Livia yang berjalan mengikuti di belakangnya.

Livia sering bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya apa mau kakak iparnya itu? Apa hendak menyiksanya atau apa yang diinginkannya? Dia sama sekali tak mengerti? Sering kali Nader seakan ingin memukulnya, tetapi ketika dia terluka langsung panik dan segera mengobatinya.

Sabar, pasrah. Hanya dua kalimat itu yang saat ini Livia jalani sampai waktunya tiba.

Setibanya di dalam kamar. Nader dengan isyarat menyuruh Livia untuk duduk dulu namun Livia menolaknya dengan menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak apa-apa, semua pakaianku basah jadi aku akan berganti pakaian. Kamu juga jangan terlalu lama memakai pakaian basahmu itu, nanti kau sakit.” Setelah mengatakan hal itu, Livia bergegas masuk ke dalam ruang pakaian kemudian tak lama membawa baju tidur ke dalam kamar mandi tanpa menghiraukan bagaimana ekspresi wajah Nader kala dia menolaknya.

Nader mengembuskan napasnya berat. Dia pun segera mengganti pakaiannya di ruang pakaian.

Livia keluar dari kamar mandi dengan wajah lesu. Kakinya sudah tak pincang lagi dan memang sudah sembuh. Melihat tangannya juga tak kenapa-napa.

Tiba-tiba Nader menarik tangannya dan seperti tadi tanpa kata dia menyuruh Livia duduk di pinggiran ranjang. Livia hendak berontak tetapi Nader segera menahannya.

“Diamlah, nanti luka bekas duri bunga menjadi infeksi.” Kata Nader menakut-nakuti sembari membawa kotak P3K lalu duduk di samping Livia.

“Tapi lukanya sudah menghilang. Hanya tertusuk saja dan sudah tak berdarah.” Jawab Livia pelan. Sejak kapan luka bekas duri bunga menjadi infeksi? Memangnya aku mempunyai penyakit darah gula. Batinnya aneh.

Nader tak menghiraukan jawaban Livia, dia menarik lalu membuka telapak tangan Livia. Memperhatikan dengan teliti telapak tangan bagian mana yang masih merah bekas tusukan duri tangkai bunga rose tadi.

Dengan perlahan Nader mengolesi obat luka ke bekas tusukan duri di tangan Livia. Di dalam hati Livia hanya bisa tersenyum, mungkin Nader tidak sejahat yang dia bayangkan. Tetapi sikap misteriusnya itu masih menyisakan teka-teki sebenarnya bagaimana sikap asli Nader karena terkadang dia kasar dan berubah menjadi lembut serta baik sekali?

Baru pertama kali Livia bertemu dengan pria seperti Nader. Entahlah, karena hal apa Nader membenci kakaknya Lissa? Tak ada yang memberitahunya inti permasalahan dari niat perceraian mereka.

“Besok lusa adalah pesta tahunan perusahaan, aku harap kau sudah sembuh dari luka-luka ini.” Ujar Nader sambil menempelkan plester luka di jari tangan Livia.

“Aku sudah tidak apa-apa.” Jawab Livia menunduk tak berani menatap Nader.

Nader bangkit dari duduknya. “Apa kau ingin makan di bawah atau menyuruh pelayan membawakannya ke sini-”

“Makanlah di sini,” potong nenek Maria muncul di balik pintu yang terbuka sedikit.

“Grandma? Bagaimana pemeriksaannya?” tanya Livia memburunya.

SECRET MY WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang