☆ELEVEN☆

3.7K 190 34
                                    

♟﹏﹏SMW﹏﹏♟

Kicauan burung terdengar merdu menyambut pagi hari. Livia terbangun dari tidurnya karena bermimpi buruk tentang hal semalam. Kini dia duduk dengan rambut acak-acakan.

Sambil memegang dadanya. “Siapa sebenarnya pria itu?” ia masih terbayang perlakuan kasar Vicky. Tapi dia belum tahu nama pria itu. Mengedarkan pandangannya dan baru sadar kalau dia kini sudah tertidur di atas ranjang. Mencoba mengumpulkan ingatannya sambil melirik ke arah kursi sofa di mana selimut sama bantalnya masih di sana namun kini dia berada di atas ranjang?

Mulut Livia menganga tak percaya. Apakah dia berjalan di dalam tidurnya sehingga berpindah ke atas ranjang? Atau sengaja dipindahkan oleh Nader? Rasanya mustahil jika Nader memindahkannya ke atas kasur.

Ckleekkk...

Suara pintu kamar mandi terbuka. Nader keluar dari sana dengan hanya mengenakan bathrobe dan rambutnya yang masih basah bercucuran air. Handuk lain sengaja dilingkarkan di tengkuknya agar air tidak berceceran di lantai.

Livia mengerjap lalu tak lama membulatkan matanya kemudian lagi-lagi memalingkan wajahnya seperti semalam. Kedua pipinya mulai terasa panas.

“Kau sudah bangun. Mandilah, supaya kau terlihat segar.” Ucap Nader sambil menggosok rambutnya dengan handuk untuk mengeringkannya.

“Bagaimana aku bisa berpindah ke sini?” tanya Livia penasaran. Dia takut jika dia pindah di dalam tidurnya.

“Aku yang memindahkanmu ke atas ranjang karena semalam berulang kali kau hampir terjatuh dari sofa sempit itu.”

“Jadi kau dan aku tidur se-sekasur?” Livia menelan salivanya berat.

“Kita masih sah menjadi suami istri bukan. Jadi sudah sepatutnya kita tidur bersama lagi,”

“Tapi-”

“Aku tak suka kau terus menghindariku.” Nada dingin menusuk itu membungkam mulut Livia. Apalagi kala Netra biru kecokelatan itu menatap tak suka pada Livia yang selalu saja menolak semua perlakuannya.

Tetapi sesaat Livia tampak terpesona dengan pesona yang terpancar dari Nader. Untuk pertama kalinya dia bertemu dengan pria sesempurna Nader di matanya itu. Apalagi rambutnya yang basah serta dadanya yang sedikit terbuka sampai perutnya tak tertutup bathrobe semua membuatnya tak bisa berkedip melihat dada bidang serta sick pack itu.

“Cepalah mandi. Setelah itu kita sarapan.” Nader membalikkan badannya kemudian berjalan masuk ke dalam ruang pakaian.

Livia tampak menggelengkan kepalanya sambil bergumam. “Sadar Livia, kau tak boleh terpesona padanya. Dia adalah kakak iparmu dan kau harus tahu tujuanmu berada di sini.” Sebelum Nader selesai berpakaian. Livia sudah beranjak dari ranjang masuk ke dalam kamar mandi.

Seusai mandi. Livia mengintip sedikit ke dalam kamar untuk memastikan kalau Nader tak ada di sana. Merasa tak ada orang, dia mulai berani keluar dari kamar mandi.

Livia melihat satu setel baju jumpsuit berwarna putih bercorak hitam lengkap dengan tas dan sepatu hak tingginya, dia berpikiran mungkin pelayan yang menyiapkan untuknya. Ia merasa tak mau diatur oleh siapa pun dan merasa pakaian itu tak cocok dipakainya. Akhirnya dia masuk ke dalam ruang ganti mencari pakaian Lissa yang sedikit tertutup dan ternyata Nader sudah keluar dari kamar tak ada di ruang pakaian.

Ketika sudah selesai. Livia keluar dan terkejut melihat Nader sudah ada lagi di dalam kamar. Ia kini duduk di sofa panjang. Batin Livia bergumam, apakah dia tak punya kerjaan lain selain mengagetkan orang dan masuk serta keluar kamar semaunya. Setidaknya dia berkata atau memberi isyarat kalau datang. Tidak seperti hantu saja seperti itu membuat jantungku hampir melompat saja.

SECRET MY WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang