☆TWENTY TWO☆

3.9K 219 24
                                    

♟﹏﹏SMW﹏﹏♟

Nader berlari menghampiri Livia yang masih berdiri terpaku berhadap-hadapan dengan Hiro.

Sebenarnya Hiro sedikit kecewa atas kedatangan Nader karena dia merasa kalau istri boss-nya itu akan mengatakan sesuatu. Tetapi hadirnya Nader pastinya takkan membuatnya mengatakan apa yang ada di dalam hatinya itu.

Setelah dekat. Nader langsung saja memeluk Livia dengan sangat erat. “Honey, apa kau tak kenapa-napa? Apa ada yang luka? Mereka melakukan apa saja kepadamu? Apa kedua bajingan itu memukulmu …-?”

Livia luluh kepada Nader dan langsung saja membalas pelukan Nader. Air mata yang dari tadi ditahannya jatuh juga di pelukan Nader.

Nader mengembuskan napasnya. “Kedua bajingan itu akan aku beri pelajaran yang setimpal.” Geramnya.

“Ti-tidak usah. Mereka sudah berada di tangan yang berwajib. Jadi biarkan saja hukum yang menanganinya.” Jawab Livia masih terisak di dada Nader. Entah kenapa kini hatinya selalu saja luruh ketika berdekatan dengan Nader seolah kenyamanan serta perhatiannya Nader adalah yang dia dambakan selama ini.

Nader mengusap punggung Livia lalu mengecup Puncak kepalanya pelan.

“Hiro, kau harus segera ke rumah sakit.” Ucapan sopir kantor yang bernama Argan membuyarkan lamunan Hiro yang terpaku menatap boss bersama istrinya itu.

“Iya, darahnya semakin mengucur banyak.” Kata Mert kasihan juga.

Dari saat itu Nader baru melepaskan pelukannya dan juga Livia berhenti menangis meski hatinya semakin sedih melihat keadaan Hiro.

“Ma-maafkan aku. Semua ini adalah gara-gara aku.” Kata Livia menyesal kenapa harus berhenti dan datang ke pantai itu?

“Bukan salah Nyonya. Semua salah saya.” Jawab Mert menunduk.

“Sudahlah, tak ada yang harus disalahkan,” Nader menghampiri Hiro. “Kau telah menyelamatkan istriku. Terima kasih. Sebaiknya kita segera ke rumah sakit.”

“Saya akan ke rumah sakit dengan Argan saja Sir. Jadi Anda antar saja Nyonya ke kantor polisi untuk memberikan keterangan, setelah dari rumah sakit saya akan mampir ke sana juga.” Jawab Hiro masih bisa menunjukkan senyumnya itu.

“Kalau begitu. Setelah dari kantor polisi kau langsung pulang saja. Aku akan memberimu cuti empat hari tanpa potong gaji dan juga memenuhi semua kebutuhanmu tanpa terkecuali.” Ujar Nader. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk berterima kasih kepada Hiro.

“Tapi, Sir-”

“Argan, cepat bawa dia ke rumah sakit.” Potong Nader cepat.

Hiro tak bisa menolak lagi. Jika boss-nya memberinya libur selama empat hari mungkin lukanya nanti sudah membaik ketika bekerja lagi. Padahal tadi dia menolong bukan karena semata-mata wanita itu adalah istri boss-nya melainkan dia hanya ingin membuktikan bahwa dugaannya benar kalau itu adalah Livia, bukan Lissa.

Dari semenjak bertemu di pesta dan melihat bagaimana Lissa mabuk, dan kini melihat ekspresinya ketika dia berkelahi dengan preman tadi membuat Hiro semakin yakin kalau itu adalah Livia, bukan Lissa. Dia akan semakin mencari tahu yang lainnya untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Tangan kanan Nader memeluk pinggang Livia sementara tangan kirinya membawakan sepatu Livia lalu berjalan beriringan ke mobil. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang hendak dia tanyakan kepada istrinya itu. Tetapi kala merasakan bagaimana tubuh Lissa gemetaran membuatnya tidak tega untuk bertanya apa-apa lagi.

Di dalam mobil pun Nader tak melepaskan tubuh Livia seolah takut jika kedua preman itu mendekatinya lagi. Namun perlakuan itu membuat Livia sedikit tak nyaman. Dia merasa lebih nyaman dengan sikap kasar Nader, kini dia menjadi takut. Takut jika akan jatuh Cinta kepada kakak iparnya itu.

SECRET MY WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang