♟﹏﹏SMW﹏﹏♟
Livia terbangun di pagi harinya. Perutnya lapar sekali karena dari kemarin siang belum makan. Ketika dia bangkit dari tidurnya. Dilihatnya Nader seperti biasa tidur di sampingnya. Livia. Apa yang kau lakukan? Bodohnya kau sampai tak sadar dan tertidur lelap sekali. Rutuknya dalam hati.
Sebelum Nader terbangun. Livia bergegas turun dari ranjang lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Tak lama Nader bangun kemudian langsung duduk untuk menyadarkan dirinya. Dia juga dari kemarin siang tak makan jadi merasa lapar sekali. Melirik jam masih terlalu pagi untuk siap-siap pergi ke kantor. Ketika menoleh ke samping, terkejut melihat Lissa sudah tidak ada di sana. Langsung bangkit untuk mencari pergi kemana Lissa sepagi itu?
Nader membuka ruang pakaian tak ada di sana. Kemudian dia hendak membuka kamar mandi. Namun mendengar suara gemericik air membuatnya sedikit tenang. Ia kemudian kembali masuk ke dalam ruang pakaian. Tak berapa lama ia keluar dari sana membawa pakaian sehari-hari Livia kemudian ditaruhnya di atas ranjang.
Livia keluar dari kamar mandi menjadi salah tingkah kala melihat Nader sudah berdiri di dekat ranjang. “Ka-kau sudah bangun? Mau masuk ke kamar ma-mandi ini juga?” Entah kenapa kalau bicara dengan Nader selalu membuatnya gelagapan.
Nader menunduk melihat kaki Livia. “Apa kakimu sudah tak apa-apa? Kenapa tak membangunkanku agar aku-”
“Sudah baikan. Cream yang diberikan dokter kemarin membuat lukanya cepat sekali sembuh dan sudah tak sakit.” Potong Livia cepat. Dia tak mau jika harus dipangku terus oleh Nader.
“Baguslah, hari ini tinggallah di rumah jangan kemana-mana sebelum kakimu sembuh total.” Nada bicara Nader selalu saja dingin dan datar.
Tapi itu sudah biasa bagi Livia. Meski baru dua hari tinggal bersama kakak iparnya itu, Livia sudah bisa mengerti sikap dan sifat Nader walau sedikit demi sedikit serta perlahan-lahan.
Nader masuk ke dalam kamar mandi karena sudah malas menggunakan kamar mandi di kamar lain. Sementara Livia mengembuskan napasnya jengah melihat pakaian untuk hari itu sudah disiapkan juga oleh Nader. Dengan enggan dia memakainya.
Livia turun duluan untuk ikut menyiapkan sarapan serta menyapa nenek Maria.
Nader sudah siap pergi ke kantor. Dia turun untuk sarapan dahulu. Dilihatnya Lissa tampak sedang bercanda dengan neneknya di meja makan. Itu adalah pertama kalinya Nader melihat neneknya seceria sampai tertawa terbahak-bahak setelah sekian lama ini.
Nenek Maria menoleh melihat kedatangan Nader. “Ahaha, cucuku. Apa kau pernah mendengar kalau istrimu membuat lelucon yang sangat lucu sekali?”
Ekspresi wajah Nader tetap saja datar. Sejak kapan Lissa bisa mengeluarkan lelucon yang lucu?
Seorang pelayan menyodorkan sepiring nasi goreng pada Nader.
Nader tampak heran dan terlihat marah. “Siapa yang mengganti menu sarapan pagi ini? Cepat panggil chef ke sini!”
Nenek Maria tersenyum dan sudah tahu kalau Nader pasti akan kesal. “Itu istrimu yang membuatnya. Sekali-kali makanlah masakan istrimu dan mengganti menu sarapan. Jangan makan roti terus.”
Nader semakin heran. Sejak kapan pula Lissa bisa memasak? Apa dia sedang di dalam mimpi.
“Cobalah, ternyata masakan istrimu enak sekali.” Kata nenek Maria lagi.
“Aku tidak lapar dan sudah terlambat ke kantor.” Nader segera bangkit dari kursi bergegas pergi meninggalkan neneknya dan Livia yang bengong melihat sikapnya.
Nenek Maria kembali tersenyum tipis. Dia tahu kalau Nader sangat lapar tetapi egonya masih mencegahnya untuk luluh di hadapan Lissa.
Nader naik ke dalam mobil kemudian membuka laptop. Seharusnya kemarin ia menyelesaikannya tetapi karena mabuk dan ikut tertidur jadi terbengkalai. Dia harus segera menyelesaikan hari itu juga masalah perusahaan di Los Angeles tanpa harus pergi ke sana karena itu bukan saatnya pergi lagi meninggalkan Lissa sebelum semua jelas baginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET MY WIFE [END]
Romance(Mature Contens) [Warning 20+] Kehidupan Livia si gadis sederhana nan cantik itu berubah. Sangat berubah total ketika takdir seolah memberinya hadiah sekaligus mempermainkannya. Bahkan dia harus hidup dan tinggal bersama dengan kakak ipar yang tak m...