☆SIX☆

3.7K 181 24
                                    

♟﹏﹏SMW﹏﹏♟

Ricko bergegas berlari ke arah pintu lalu keluar dari ruangannya. Melihat ke bangku samping sekretarisnya sudah tidak ada orang di sana. “Hilla. Ke mana gadis yang hendak melamar menjadi cleaning service itu?”

“Dia-”

“Cepat katakan ke mana?!”

Bossnya itu tampak tak sabaran membuat Hilla sang sekretarisnya mengernyit heran. Apakah bossnya itu tertarik dengan kecantikan gadis tadi?

“Hiiillaaa?” Dengan nada panjang Ricko memanggil nama sekretarisnya yang malah terdiam itu.

“Akh. Gadis tadi sekarang sedang makan siang bersama temannya Nissa Sir. Apakah saya harus menyusulnya?” tanya Hilla ragu dan takut.

Ricko tampak mengembuskan napasnya lega. “Kalau begitu, ketika dia datang. Suruh langsung masuk ke kantorku,” ia membalikkan badannya hendak masuk kembali ke kantornya. “Oh ya. Tolong antarkan makan siang saya ke kantor. Hari ini saya sedang malas makan di luar.”

“Baik boss.” Jawab Hilla menatap punggung bossnya itu. Entah kenapa dia menjadi khawatir kalau-kalau teman Nissa akan diapa-apain oleh bossnya itu. Secara Livia mempunyai paras yang cantik serta terlihat masih polos.

﹏﹏🌿👑🍀﹏﹏

Seusai makan siang.

Ricko masih menunggu Livia. Berkali-kali dia menatap foto serta nama dan juga identitas yang tertera di surat lamaran itu. Di dalam hatinya masih ragu-ragu, apakah gadis itu adalah bayi yang hilang 23 tahun yang lalu? Atau dia bukan bayi tersebut dan semua itu hanya kebetulan belaka?

Tetapi melihat wajahnya. Dia yakin sekali kalau gadis itu adalah anak yang hilang tersebut. Bayi mungil kedua anak pamannya, Prans Vincent.

Knockkk... knockkk...

“Masuk,” jawab Ricko sembari membenarkan dasinya.

Hilla muncul dari balik pintu. “Sir. Gadis yang tadi sudah datang.”

“Baiklah, suruh dia masuk dan kau boleh kembali ke pekerjaanmu.”

Hilla menoleh ke belakang. “Masuklah, boss akan segera menginterview-mu.”

Livia yang tampak ragu dan takut akhirnya masuk juga.

Kedua mata Ricko tak berkedip sedikitpun melihat wajah, tubuh dan juga seluruh anggota badan Livia. Dia kini semakin yakin siapa gadis itu sebenarnya.

“Duduklah, dan jangan takut. Saya tak menggigit.” Canda Ricko membuat Livia semakin menundukkan wajahnya.

Ricko yakin kalau gadis itu pemalu dan dari pancaran wajahnya gadis yang baik serta penurut.

Livia duduk di kursi depan meja Ricko.

“Siapa namamu?” tanya Ricko ingin mendengar nama lengkap Livia dari mulutnya.

“Li-Livia Sebbera Haryono,”

“Di mana kamu tinggal?”

Livia baru mengangkat wajahnya menatap aneh pada Ricko dengan sorot mata yang menyimpan pertanyaan apakah identitasnya kurang lengkap?

“Identitasnya lengkap. Tetapi saya ingin mendengar tepatnya letak kampungmu itu.” Jawab Ricko seolah mengerti arti tatapan Livia.

Livia pun mulai menjelaskan secara detail rumah dan juga nama kedua orang tuanya serta nama adik laki-lakinya.

Ricko menatap bibir dan juga mata Livia. Sangat mirip dengan Lissa. Namun, yang membedakan hanya warna rambut dan juga warna Netra matanya. Livia lebih mirip dengan Ayahnya, pamannya Prans.

SECRET MY WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang