♟﹏﹏SMW﹏﹏♟
Setengah jam kemudian dokter datang kemudian memeriksa Nader. Karena jarak rumah sakit sangat jauh serta di luar masih hujan. Dokter tak menyuruh Nader harus dibawa ke rumah sakit, hanya memberi Livia resep obat yang untungnya ada sebuah apotek kecil di sekitaran sana.
Setelah dokter pergi. Livia langsung saja pergi memakai payung berjalan menuju pinggiran jalan besar di mana di sana ada beberapa market dan juga apotek.
Dia membeli obat kemudian masuk ke dalam mini market membeli beberapa keperluannya dan juga bahan untuk membuatkan Nader makanan.
Setelah itu Livia bergegas pulang kembali ke rumah. Ketika masuk ke dalam dan melipat payung, terkejut melihat Nader duduk di sofa ruang tengah dengan wajah masamnya.
“Na-Nader, kenapa kau duduk di situ? Kau harus berbaring istirahat. Aku akan membuatkan sup dan bubur lalu kau harus meminum obat.” Kata Livia mendekati Nader.
Nader mendongak menatap Livia dengan tatapan yang sulit untuk diartikan membuat Livia ngeri melihatnya.
“Ka-kamu kenapa Nader? Apa kamu kerasukan?” tanya Livia ragu dan takut karena tatapan tajam Nader.
“Kenapa kau pergi di jam segini?” tanya Nader datar dan dingin.
Livia menoleh melihat jam dinding yang tergantung di dapur. Masih pukul 10 malam, memangnya kenapa? “Aku pergi membeli obat untukmu dan juga bahan makanan yang harus aku masak. Lagipula di sini aman, jadi jangan khawatir.” Ia mengerti dan mencoba menjelaskannya dengan hati-hati takut Nader salah paham sementara selama sebulan ini dia pulang kerja terkadang jam 9 malam atau bahkan lebih.
“Bagaimana kalau kau diadang atau diganggu para preman lagi?”
Livia tersenyum. Mungkin Nader mengingat kejadian waktu di pantai itu, jadi sikapnya itu hanya karena teringat hal tersebut. “Istirahatlah di atas tempat tidur, aku akan memasakkan bubur untukmu.”
Nader cemberut dengan kedua tangan disilangkan di dadanya. Dia tak menghiraukan ucapan Livia.
Livia mengembuskan napasnya sambil menggelengkan kepalanya. Dia pun pergi ke dapur membiarkan Nader duduk di sana.
Sebenarnya kepala Nader masih sangat pusing, bahkan panasnya belum juga turun pastinya. Tetapi tadi kala dia memanggil Livia dan tak ada jawaban darinya. Nader turun dari ranjang mencari-carinya. Di saat tak menemukan Livia, ia mengira Livia pergi meninggalkannya sendiri di sana.
Namun, kala melihat semua barang-barang Livia masih ada di sana dan payung tadi tak ada. Dia pun merasa lega dan duduk di sofa menunggu Livia. Kini dia pun baringan lagi di sofa.
Dari dapur, Livia sesekali melihat ke arah Nader. Pria itu memang masih keras kepala dan itulah Nader, konglomerat Australia dengan sejuta keegoisannya. Tetapi tak bisa dipungkiri kalau pria itu sangat dermawan dan juga baik hati.
Bubur dan sup pun siap. Livia membawa nampan mendekati Nader kemudian membangunkannya. “Nader?” Dengan nada pelan dia membangunkan Nader. “Nader …?”
“Mmmm?” Nader bergerak kecil.
Livia menempelkan plester penurun panas di kening Nader. “Makan sup dan bubur ini lalu minum obatnya.”
Nader bangun dari baringannya kemudian duduk. Dia meraih sendok dengan tangan gemetaran. Livia merebut pelan sendok itu lalu duduk di sebelahnya. Perlahan Livia menyuapi Nader bubur dan juga sup. Setelah itu meminumkan Nader obat.
“Tidurlah, please.” Pinta Livia pelan.
Nader mengangguk kemudian berdiri dibantu oleh Livia berjalan menuju ke kamar. Nader baringan diselimuti oleh Livia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET MY WIFE [END]
Romance(Mature Contens) [Warning 20+] Kehidupan Livia si gadis sederhana nan cantik itu berubah. Sangat berubah total ketika takdir seolah memberinya hadiah sekaligus mempermainkannya. Bahkan dia harus hidup dan tinggal bersama dengan kakak ipar yang tak m...