☆NINE☆

3.6K 180 22
                                    

♟﹏﹏SMW﹏﹏♟

Lagi-lagi nenek Maria mengembuskan napasnya berat. “Apa keputusanmu sudah bulat?”

Nader mendekati neneknya itu sambil menganggukkan kepalanya. Dia memegang sebelah pipi neneknya. “Tak ada pilihan lain.”

“Kalau begitu. Nenek takkan ikut campur lagi urusanmu. Hanya saja nenek akan memberimu nasihat. Setiap orang pasti akan melakukan salah dan orang yang terbaik adalah memaafkan kesalahan orang lain.” Ujar nenek Maria tersenyum sembari menepuk tangan Nader yang menempel di pipinya.

“Hah, sudahlah. Nenek tunggu untuk makan malam, kau pasti lelah. Oh ya, besok malam ada undangan pernikahan karyawan perusahaan mertuamu maksud nenek perusahaan orang yang akan menjadi mantan mertuamu itu. Jadi, pikirkan kembali. Orang sukses takkan mencampur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaannya.” Setelah memberi Nader nasihat. Nenek Maria bergegas keluar dari kamarnya itu.

Nader terpaku di tempatnya. Sebenarnya dia benci jika bertemu dengan mertuanya yang sebentar lagi akan menjadi mantan mertuanya. Tetapi, omongan neneknya itu ada benarnya. Apa yang akan dikatakan orang tentangnya jika tak hadir dan mungkin gosip tentang perceraiannya itu akan segera menjadi rahasia umum.

Ia pun melemparkan handuk ke sembarang kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ditatapnya langit-langit kamarnya sambil membayangkan semua kenangannya bersama Lissa di kamar itu dan jika diingat kembali kalau selama ini mungkin kenangan indahnya bisa dihitung. Hampir setiap hari mereka bertengkar dan dia lah yang sering mengalah.

Tak terasa karena seharian tidak tidur akibat perjalanan dari Los Angeles. Akhirnya dia pun tertidur lelap sampai melewatkan makan malam dan nenek Maria membiarkannya beristirahat.

﹏﹏🌿👑🍀﹏﹏

Keesokan harinya tepat di malam hari.

Livia berputar di depan kaca besar di kamarnya. Dia memakai gaun tak berlengan berwarna vanilla dengan rambut yang dikuncir kuda.

Make-up minimalis menghiasi wajahnya. Sebenarnya yang mendandani adalah pelayannya karena dia memang tak bisa berdandan.

Lipstik berwarna peach menambah sexy bibirnya yang sedikit tebal bagian bawahnya sekaligus manis. Ditatap wajahnya yang sangat berbeda, serasa mimpi di dalam mimpi bagaikan cinderella yang siap berdansa dengan Pangeran di pesta nanti.

Namun, dia tertawa geli membayangkan siapa yang mau berdansa dengannya? Bahkan dia harus berpura-pura hilang ingatan.

Nyonya Naresha masuk ke dalam lalu tersenyum melihat cantiknya Livia. Wajah Livia dan Lissa memang sama tetapi melihat Livia yang sekarang jauh berbeda dengan Lissa yang selalu saja terlihat glamor. Livia terlihat sederhana namun sekaligus cantik.

“Putri Mommy sudah siap?” tanya Naresha memeluknya dari samping.

Livia tersenyum sembari mengangguk. “Aku gugup Mom.”

“Jangan gugup dan takut. Ada Mommy di sana dan kamu jangan lupa untuk menyebut namamu Lissa bukan Livia.” Sekali lagi Naresha mengingatkan Livia.

Lagi-lagi Livia hanya mengangguk pasrah. Apa yang terjadi nanti di pesta, terjadilah. Dia hanya membayangkan kalau pesta pernikahan orang kaya seperti yang di ceritakan teman-temannya. Karena dia sama sekali jarang melihat televisi.

Maka dari itu Livia yakin kalau pesta itu akan berakhir baik-baik saja dan setelah itu dia bisa pulang dan tertidur dengan lelapnya di kamar barunya itu.

“Daddy mana?” tanya Livia. Dia hanya melihat Ayahnya pagi hari saja ketika sarapan. Sampai malam seperti itu Tuan Prans tak terlihat Batang hidungnya.

SECRET MY WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang