Rintik hujan turun membasahi bumi, kedua pasang kaki itu nampak berlari bersama, erat pegangan lelaki manis ini menarik gadis cantik yang mengikuti dari belakang, dibawah pohon rindang mereka berteduh.
Dibawah langit yang sedang menangis, mereka menatap gelap awan yang mengambang diluasnya langit yang tuhan ciptakan, rintik yang turun perlahan kini mulai turun dengan deras, meski dingin terasa namun lebat daun pohon rindang ini melindungi kedua tubuh yang sedikit basah.
"Hujan nya sangat besar rio" suara gadis cantik ini nampak terdengar cemas,
Rio nampak diam dan memperhatikan wajah risau gadis berusia 11 tahun ini, Rio perhatikan taman ini, mereka berdua tengah berada ditaman samping jalan, taman yang terdapat pohon besar yang kini menjadi pelindung bagi dirinya dari hujan yang turun dengan deras.
"Bagaimana kita bisa pulang? Ini sudah terlalu sore, " rosie berucap, ia lirik lelaki dingin yang hanya memandangnya dengan tenang.
"Aku akan mengantarmu pulang. Kau tenang saja."Rio berucap, ia alihkan pandang, lantas duduk dan bersandar dibatang pohon.
Rosie ikuti Rio ia duduk disamping lelaki manis ini, lantas memandang arah depan menatapi hujan yang turun, sesekali rosie lirik Rio yang tampak tenang dengan keadaan yang menurutnya sedikit menakutkan,
"Rio apa kau tidak takut? Hujan besar dan langit yang menggelap terlihat sangat menakutkan" rosie bertanya, Rio terdiam,
"Hujan hanya air bukan hewan buas. Kau sendiri, apa kau takut?" Rio bertanya, ia lirik rosie,
"Aku sangat takut, rio, hujannya sangat besar, dan juga banyak petir yang menyambar-nyambar" Rio terdiam ketika ia mendengar rosie yang nampak takut, tanpa banyak bicara Rio menggeser tubuhnya untuk duduk lebih dekat dengan rosie, Rio membuka tas untuk mengambil sweeter miliknya.
"Kau tidak perlu takut, ada aku disini, kau tidak sendiri, ini pakailah, udara semakin dingin" Rio berucap, ia berikan sweeter miliknya untuk rosie pakai.
"Bagaimana denganmu rio? Bajumu pun sedikit basah, kau pasti kedinginnan" rosie berucap, mencoba menolak,
"Aku laki-laki, aku lebih kuat darimu, pakailah rosie" rosie terdiam sejenak, ia mengangguk dan memakai sweeter milik Rio,
Ketika sweeter terpakai, rosie berteriak kaget saat suara petir yang menyambar membuatnya menangis takut seketika, rosie peluk kedua lututnya, lantas memanggil nama ibunya, membuat Rio mulai cemas seketika.
"Rosie tenanglah, tidak ada yang perlu kau takutkan" Rio berucap, ia perhatikan wajah jelita yang dibasahi oleh air mata.
"Aku takut rio" rosie berucap lirih, ia lihat Rio, lelaki manis itu mengusap air matanya, lantas menutup kedua telinga rosie dengan kedua tangannya.
"Dengan begini suara kilat takan terlalu terdengar, sudah jangan menangis" rosie terdiam dengan isak, ia lihat Rio yang menatap hangat,
"Jika kau takut kilat menyambar, tutup saja matamu, dan rasakan kehangatan tanganku, bayangkan saja jika kini kau sedang berada didekat air terjun." Rio berucap, rosie mengangguk, ia rasakan hangat tangan Rio dikedua telinga, lantas mata tertutup membayangkan apa yang Rio ucapkan.
Hingga ia rasakan hangat dekapan, membuat kenyaman terasa begitu damai. Dibawah pohon rindang, kedua anak berumur 11 tahun terdiam dengan lelaki manis yang mendekap untuk membuat rasa takut dari gadis cantik yang ketakutan. Diderasnya air hujan...lelaki manis berucap.....
"Rosie...jangan takut. Karna Aku akan selalu menjagamu."
¤••••¤
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Silent[END]
Подростковая литература[Chaerio] Ketika diam membuat hampa keadaan