Lelaki kecil itu berlari menelursuri lorong kelas, rosie. Gadis kecil manis itu tak masuk kedalam kelas setelah istirahat selesai, Rio tau angela pasti berbuat jahat lagi padanya, itu karna sikecil angela tersenyum-senyum ketika guru mengabsen rosie yang tidak ada.
Hah...ada sedikit sesal dalam hati karna lim memilih untuk bermain bola dilapangan dibaanding duduk bersama rosie seperti biasa, Rio berhenti digudang sekolah. Dia dengar rintihan dari dalam. Sudah pasti itu rosie. Gudang yang dikunci dari luar, Rio nampak berpikir keras untuk membukanya.
Hingga ia memilih kembali menemui penjaga sekolah untuk mengambil kunci, sejujurnya gudang yang terletak jauh dari kelas, memang jarang didatangi, angela benar-benar gadis yang jahat, dan lagi tak ada yang mau perduli pada rosie selain dirinya, sebenarnya gurupun perduli namun mereka tak tau jika rosie sering dibuly.
Rio mengambil kunci dari meja penjaga, sedikit lega meski penjaga tidak ada dipos, ia beruntung kunci gudang ada diatas meja. Rio segera kembali berlari menuju gudang, lantas dengan segera membuka pintu.
"Rio!" panggilan syukur dari rosie terdengar jelas, gadis manis itu berdiri lantas berjalan dan memeluk secara spontan.
"Rio, aku takut, " rosie berucap lantas menangis dengan jeritan yang menemani, rio menghela nafas,
"Sudah aku bersamamu, ayo pulang, " Rio berucap pelan, rosie melepas pelukan dan mengangguk,
Rio bocah berusia 11 tahun itu menggenggam tangan rosie yang masih ketakutan, dengan langkah pelan ia membawa rosie segera pulang. Namun Rio terhenti ketika ia menyadari cara berjalan rosie yang sedikit aneh, ia lihat rosie nampak kesakitan ketika injakan kaki kelantai.
"Duduklah " Rio berucap, agar rosie duduk dikursi samping lapangan, tak ada banyak orang karna semua sudah pulang hanya beberapa anak yang masih ada. Dan mereka tak perduli dengan rosie dan Rio.
Rio berjongkok dihadapan rosie lantas dengan perlahan ia membuka sepatu kiri milik rosie, dapat ia lihat ada cukup banyak darah yang menembus dibagian jari kaki rosie.
"Apa yang angela lakukan padamu?" Rio bertanya, dengan sedikit ragu rosie menjawab,
"Dia menginjak kakiku dengan sepatu olahraganya, dan mengunciku digudang" Rio hela nafas,
"ayo kita ke uks," Rio berucap ia baantu rosie untuk turun dan kembali berjalan. Hingga mereka sampai diuks.
" ahh bu lili tidak ada, kau duduk dikursi dan buka sepatu serta kaos kakimu" Rio berucap lantas ia masuk untuk mencari kapas dan alkohol serta plester.
Rio membawa benda itu antas ia berjongkok dan mengobati ibu jari kaki rosie yang berdarah dan membengkak itu. Rosie nampak menahan sakit,
" rio pedih" rosie berucap,
"Tahanlah, ini salahmu karna tak ingin melawan, sudah ku bilang jangan pernah mau kalah, lawan mereka rosie" Rio berucap, ia pasangkan plester diluka rosie ,
"Maaf. Aku takut rio" Rio menghela nafas lantas ia bertanya berdiri lantas memandang wajah rosie yang terisak, Rio hapus air mata rosie dengan tissue dimeja,
"Sudah jangan menangis lagi, biar aku mengantar mu pulang" Rio berucap, lantas mengangguk.
Rosie hendak untuk berdiri namun Rio kembali berjongkok,
"Naiklah, kaki mu masih sakit kan?" rosie terdiam sejenak, lantas ia tersenyum dan menaiki punggung Rio lantas Rio segera berdiri dengan rosie yang dia bawa.
ו••×
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Silent[END]
Подростковая литература[Chaerio] Ketika diam membuat hampa keadaan