Chapter 1

6.9K 340 4
                                    


VITA POV

Pukul 8.30 pagi.

Aku menatap jam dinding dengan penuh harap, satu jam lagi bel istirahat akan dibunyikan dan sedari tadi pagi tidak ada satu pun guru yang mengajar di kelasku.

Perhatianku pada jam dinding teralih saat aku merasakan kelas yang tadinya begitu ramai tiba-tiba sunyi seiring dengan terbukanya pintu yang menampakkan Bu Nindy-guru bahasa Indonesia dan seorang laki-laki yang terlihat familiar dimataku, hanya saja penampilannya sedikit berubah.

Aku terkesiap setelah ingat siapa laki-laki itu.

"Anak-anak, kelas kalian kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu!"

Dia membuka selembar kertas yang bertuliskan
'Halo semua, nama aku Miko!'

Dan tiba-tiba aku teringat bagaimana awal pertemuan ku dengan laki-laki itu beberapa tahun yang lalu.

7 tahun yang lalu...

Aku masih kelas empat sd waktu itu, hari itu aku mendengar kalau kelas kami akan memiliki murid baru. Setelah berbaris dan masuk kelas, Bu Ima- wali kelas kami datang dengan seorang murid laki-laki dibelakangnya.
Semua teman perempuanku sangat heboh melihat wajah anak laki-laki itu yang bisa di bilang tampan, dia berkulit putih dan tinggi, sangat berbanding terbalik dengan teman laki-laki sekelas yang dekil.

Ketika Bu Ima menyuruhnya memperkenalkan diri, saat itu juga pandangan kami tentangnya berubah. Dia hanya bisa memperkenalkan nama dan umurnya dengan baik, itu pun dengan jeda yang cukup lama karena ia sibuk menghitung umurnya.

Saat ditanya dimana alamatnya ia terlihat kebingungan dan menjawab 'Di sana!' sambil tangannya menunjuk ke luar jendela, tentu kami semua tertawa melihatnya.

'Dia sangat lucu, mungkin tipe orang yang suka bercanda,'
pikirku pada awalnya.

Tapi pemikiran itu berubah saat Bu Ima menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali dan dia juga menjawabnya dengan kata 'Di sana!' berulang kali.

"Lihat, kita punya teman idiot sekarang!" bisik Resya padaku sambil terkikik.

Aku sedikit mencondongkan badanku untuk berbisik karena Resya duduk di depanku, "Dia cuma tidak tahu dimana alamatnya, kenapa kamu pikir dia idiot?" tanyaku bingung.

"Coba lihat gerak-gerik dan postur badannya, terlihat aneh kan?"

Aku mengamati murid baru itu lagi, mungkin Resya benar. Dia terlihat sedikit berbeda aku tidak bisa menjabarkannya dengan jelas, tapi aku mulai merasa aneh saat dia ikut tertawa ketika teman-teman satu kelas menertawakan kebodohannya. Kebanyakan orang pasti akan marah jika ditertawakan, bukan?

Bu Ima pun mempersilahkannya duduk di sebelah Resya karena hanya itu bangku kosong yang tersisa.

"Sial banget aku hari ini!" gerutunya, aku hanya tertawa menanggapinya.

Resya tidak merespon saat murid baru itu menyapanya, sepertinya dia sangat kesal. Murid baru itu berbalik dan menatapku yang duduk tepat dibelakanya.

"Halo, namaku Miko!" ucapnya sambil tersenyum yang ku balas dengan muka datarku.
"Udah tau."

"Nama kamu siapa?"

"Vita."

"Nama yang sangat cantik seperti orangnya!" baru ku tahu kalau murid baru itu suka menggombal.

Aku hanya diam dan mulai mencatat tulisan di papan, berusaha mengabaikannya yang terus saja mengamati kegiatanku sampai akhirnya ia bertanya lagi.

"Boleh lihat tanganmu?"

"Buat apa?"

"Cuma mau lihat sebentar," aku mengulurkan tanganku dengan sedikit ragu.

Dia memegang tanganku dan mendekatkannya ke hidung.

"Aromanya wangi seperti bunga mawar!" aku menatapnya dengan pandangan aneh, aroma mawar darimana? Memakai parfum saja aku tidak pernah. Resya benar, dia memang aneh. Mungkin aku harus sedikit menjauhinya.

Pukul 10.00

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba, saat aku hendak bergabung dengan teman-teman unuk makan bekal bersama tiba-tiba Miko memanggilku.

"Vita, ini buat kamu," ucapnya sambil menyerahkan bunga yang ia buat dari origami, ternyata sedari tadi dia membuat ini sampai tidak memperhatikan pelajaran.

Bunga kertas yang cantik! aku mengucapkan terima kasih dan segera menghampiri teman-teman.

"Cie yang dapet bunga dari Miko cie..." goda Dita saat aku sudah duduk dan berkumpul bersama mereka.

"Nih, kalau mau ambil aja," aku meletakkan bunga kertas itu diatas meja, membuat teman-teman berebut untuk menyentuhnya. Walaupun setengah tidak rela, tapi aku tidak mau menjadi bahan gosip apalagi digosipkan dengan Miko! Big no!

"Tapi bunganya bagus banget loh! Dia pinter juga ternyata," Nency menatap bunga kertas yang sekarang di genggam Fitri dengan takjub.

"Pinter apanya? Udah jelas banget kalau dia idiot!" ucap Resya, sepertinya dia masih kesal karena harus berbagi bangku dengan Miko.
Padahal Miko tidak banyak berbicara setelah ia mengacuhkannya, cowok itu malah lebih sering mengajakku mengobrol.

"Hus! Jangan ngomong sembarangan!"

"Emang fakta kan, liat aja tuh! Gak ada yang mau main sama dia karena dia aneh!"

Miko yang aku kenal sewaktu SD adalah anak yang ceria, aktif, dan suka berbuat semaunya sendiri. Ia sering melukai tubuhnya sendiri jika gagal melakukan sesuatu, ia sering marah ketika teman-teman menjahilinya, walaupun begitu ia tidak pernah sekalipun membalas.

Dan Miko yang sedang berdiri di depan sana terlihat berbeda, sorot bahagianya yang dulu sering aku lihat sekarang nampak redup. Entah mengapa aku melihat kehampaan di mata itu walaupun ia sedang tersenyum menatap kami.

***

Holaaaa guys!!
Welcome to my new story, gimana? Gimana? Baru kali ini loh aku bikin cerita yang temanya disability story..
Btw, sebenernya cerita waktu flashback itu beneran aku alami waktu SD.
Dan, yup! aku membuat cerita ini karena terinspirasi dengan temanku itu.

Happy reading!

And hope you like this story.

Not Perfect [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang