AUTHOR POV
Berhadapan dengan sekumpulan gadis berbedak tebal dan liptint merah menyala bukanlah hal baru bagi Vita. Bahkan ia sudah menebak kalau cabe-cabean sekolahnya itu tidak akan tinggal diam setelah menonton aksinya yang berani mengguyur si kapten basket idola dengan jus alpukat di depan publik.
Sudah satu minggu berlalu sejak kejadian itu, tapi Vita tidak menyangka kalau mereka baru berani melabraknya hari ini, apalagi sekarang mereka berada di pinggir lapangan sepak bola dan berhasil menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang berlalu lalang.
Tidak ada satu pun di antara mereka yang berani mendekat apalagi membantu Vita, mereka tidak ingin menjadi korban bully selanjutnya. Keadaan sekolah cukup ramai, banyak siswa yang keluar kelas karena tidak ada guru yang mengajar. Sebagian besar guru mengikuti pelatihan di sekolah lain, dan sisanya sudah pasti menghabiskan waktu istirahat dengan menyantap makanan di warung depan sekolah.
Sekumpulan cabe-cabean itu menatapnya dengan pandangan merendahkan dan mengeluarkan berbagai macam cacian padanya, tapi Vita tidak bergeming.
Ia terlihat santai menghadapi para kakak kelasnya itu, menganggap semua hinaan, umpatan dan cacian mereka seolah angin lalu.
Merasa gemas dengan Vita yang hanya diam sambil memasang wajah songong, salah satu dari mereka menarik rambut Vita yang di ikat cepol membuat rambut panjangnya jatuh tergerai menyentuh punggung.
Dengan cepat Vita menarik tangan cewek itu lalu menghempaskannya kuat sampai si pemilik tangan kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur di tanah.
“Berani-beraninya ya lo sama kakak kelas! Mana rasa hormat lo?!” si cewek yang berpenampilan paling cetar dengan mascara berlapis itu berkacak pinggang.
Cewek yang tersungkur tadi berdiri dibantu teman-temannya, ia memberi tatapan tajam pada Vita.
Vita berdecih, lantas membalas. “Orang kayak kalian itu gak pantes dapet rasa hormat kalau belum bisa menghormati orang lain.”
“Jaga ya tuh mulut! Minta di keroyok lo?!”
“Ayok, kebetulan gue lagi pengen hajar orang.”
Biasanya Vita akan lebih memilih menghindar dari pada harus menggunakan tenaganya untuk menghadapi orang-orang tidak penting seperti mereka, tapi hari ini ia sudah jengah menghadapi cabe-cabean yang kerap kali mengganggunya. Ia sedang malas berdebat, jadi jika mereka ingin menggunakan kekerasan maka kesempatan itu terlalu berharga untuk ditolak.
Keributan dimulai, Vita masih diam menunggu mereka menyerangnya agar ia punya alasan untuk menyerang balik. Para cabe-cabean itu memulai aksi dengan menjambak rambutnya, melayangkan beberapa tamparan, tonjokan juga tendangan pada kakinya.
Sedangkan Vita masih diam, menunggu wajahnya menjadi lebam dan pakaiannya berantakan—sekedar menjadi bukti kalau ia juga menerima tindak kekerasan. Akan sangat mencurigakan kalau mereka muncul di ruang BK dengan Vita yang berwajah bersih tanpa luka sedikitpun sedangkan geng cabe itu sudah tidak berbentuk mukanya.
Sekelompok cewek itu menyeringai karena Vita tidak membalas perbuatan mereka, pukulan mereka menjadi semakin brutal. Namun di detik selanjutnya semua orang dibuat tercengang saat salah satu dari mereka, lebih tepatnya seorang cewek yang bertubuh tambun terpental jauh setelah mendapatkan satu pukulan keras di wajahnya—tentu saja Vita yang melakukannya.
“Ups, maaf! tangan gue licin.”
Vita terkikik geli melihat cewek yang telah jatuh di tanah, cabe-cabean itu kompak berjalan mundur. Jika Reva—cewek tambun tadi sanggup ia kalahkan dengan satu pukulan, apakabar dengan mereka yang rata-rata bertubuh kecil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect [END✓]
Fiksi RemajaSinopsis dihapus karena terlalu cringe😂😂 Start: 29 Maret 2020 Finish: 10 Januari 2021 [10/04/20] #1 isyarat [17/05/20] #1 autis [08/06/20] #1 notperfect [02/08/20] #1 tunarungu [19/10/20] #1 miko [27/10/20] #1 husbu [2...