Chapter 22

710 106 4
                                    

Pengen publish dari tadi malah molor sampek jam segini T^T

Btw, hari ini mau double update karena isinya lumayan pendek, hope you like it!

***

AUTHOR POV

Alex tidak menyangka akan mendapat sambutan ‘sehangat’ ini saat dia ingin mengucapkan selamat pada Vita yang baru menerima medali. Cewek itu langsung mencekik dan menyudutkannya ke dinding.

“LO HABIS NGAPAIN MIKO?!”

“BUKAN GUE ANJIR! MUKA GUE JUGA BONYOK!”

“YA TERUS SIAPA KALO BUKAN LO?!”

“LEPAS DULU TANGAN LO, NANTI GUE MATI GIMANA?!”

Untungnya hanya ada mereka berempat di ruangan itu, coba kalau ramai pasti Vita disangka ingin membunuh anak orang.

Vita menurunkan tangannya dan Alex buru-buru menghirup udara. “Jadi cewek gak ada feminim-feminimnya!” Alex menggerutu namun langsung merapatkan bibir begitu melihat pelototan Vita.

“Minta dicekik lagi lo?!”

“Udahlah, dia juga luka. Mungkin aja mereka berdua jadi korban bully.” Dita menengahi, tangannya sibuk mengobati luka di lengan Miko. Luka itu cukup serius karena tidak segera diobati, mau bagaimana lagi? Tadi siang Miko menolak diobati siapapun, cowok itu bahkan tidak mau di bawa ke UKS.

Alex merasa harga dirinya terguncang. “Gue bukan tipe orang yang gampang dibully!”

“Terus ini kenapa?”

“Habis berantem.” Vita dan Dita terdiam, mereka kompak berpandangan. Detik selanjutnya mereka tertawa terbahak-bahak.

“Ngelawak lo?” Dita bahkan hampir terjungkal dari kursi karena terlalu heboh.

Vita memegangi perutnya masih sambil tertawa. “Perut gue kram, anjir!!”

“Yaudah kalo gak percaya.”Alex mendengus, wajar saja mereka tidak percaya sebab selama ini dia tidak pernah terlibat perkelahian. Kulit putih pucat, badan kurus, dan mata malas membuat siapapun yang pertama kali melihatnya akan berpikir kalau Alex adalah cowok lemah yang cocok dijadikan target bully.

Dita berdehem, meredakan tawanya. “Bukannya gak percaya, cuma gak mungkin aja lo berantem!”

Iseng-iseng Dita bertanya lagi. “Siapa yang menang?”

“Gue.”

Baru saja berhenti, tapi Vita dan Dita kembali ngakak mendengar jawabannya. Sumpah ya, mereka berdua berdosa sekali pada Alex.

***

Vita terus saja cemberut sedari pagi sampai membuat sensei nya geregetan sendiri. Cewek itu terang-terangan menunjukkan wajah tidak ikhlas saat latihan gabungan di sekolah sebelah padahal ada banyak murid yang sedang menonton.

Suasana jadi semakin ramai saat tiba giliran Vita mempraktekkan beberapa gerakan dasar, banyak cowok yang bersiul sampai teriak-teriak ‘I Love you’ dari depan kelas mereka masing-masing. Sensei dan anggota ekskul sampai terbungkam karena baru tahu kalau Vita sefamous ini.

“Wagelasih, kayaknya Vita Lovers emang beneran ada!” Dita berseru ketika Vita kembali ke kursinya.

“Norak gak sih? Gue kan bukan artis!”

“Sekarang bukan cuma artis yang punya fans, modal cantik glowing aja pasti ada fanbasenya.”

“Lagi muji gue, nih?”

“Gue gak nyebut nama lo, tuh!” Vita memutar bola mata, saling memuji kelebihan masing-masing bukanlah hobi mereka berdua.

“Tapi lumayan, mereka bisa dimanfaatin!” melihat dari ekspresinya saja Vita bisa tahu kalau sahabatnya sedang memikirkan tindakan tidak bermoral. “Jalan-jalan kuy! Siapa tau ketemu cogan!” Dita nyegir lebar. 

Kantin masih sepi saat Vita duduk di sana menikmati segelas jus jeruk sambil menunggu Dita yang pergi ke tolilet. Tadinya dia ingin melakukan panggilan video dengan Miko, tapi urung mengingat ini bukan jam istirahat.

Gadis itu mulai bosan, Dita juga tidak kunjung datang. Saat akan membayar minumannya di salah satu kios, Vita mendengar keributan dari pintu kantin. Segerombolan murid laki-laki dengan pakaian berantakan muncul, Vita membeku ketika melihat salah satu diantara mereka menyeret seseorang yang tidak asing di matanya.

Mereka mengerumuni orang itu dan memukulinya dengan brutal di pojok kantin, mereka menghempaskan orang itu ke lantai sampai terdengar suara debaman yang cukup keras, disusul suara sesuatu yang retak. Vita bahkan tidak berkedip saking terkejutnya sampai ibu-ibu pemilik kios menepuk bahunya.

“Eh, ini bu, uangnya.” Cepat-cepat Vita memberikan uang yang ia genggam, ibu itu tersenyum menyadari ekspresi kaget di wajah Vita.

“Gak usah kaget mbak, itu sudah biasa.”

Vita mengernyitkan kening, “Maksudnya, bu?”

“Cowok itu memang setiap hari dibully teman-temannya.”

Deg! 

Vita langsung pergi dari sana ketika merasakan aura gelap di belakangnya, tanpa dia tahu seseorang menatapnya tajam dari balik kerumunan.

***



Huaaaaaa!!!! Writer’s block ini menggagguku!!
Maaf banget chapter ini cuma sedikit, padahal udah masuk konflik tapi otakku malah eror.

Di setiap chapter aku gak pernah bosen mengucap makasih buat yang udah baca, vote, komen dan masukin ke reading list. Makasih banget karena udah jadi moodboosterku😊

Dan buat para silent readers, makasih udah mampir ke lapak ini. Walau aku gak tahu kalian siapa, tapi setiap lihat angka readers yang naik selalu membuat aku semangat nulis!

Sekian dari aku.

Thank you, Love you and See you ♥

Not Perfect [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang