AUTHOR POV
Untuk kesekian kalinya Dita menyesal karena percaya pada Vita. Harusnya tadi dia langsung ke lapangan tengah dari pada ikut singgah sebentar di UKS untuk rebahan tapi malah kebablasan, akhirnya mereka telat satu jam dan berakhir dihukum keliling sekolah, keliling sekolah loh, bukan lapangan.
Yang lebih mengesalkan, Vita malah berterima kasih dengan wajah girang membuat Dita menahan tangan agar tidak menjambak rambut sahabatnya.
“Makasih sensei, tau aja kalo saya lagi pingin lari!”
Alhasil si pelatih menambah jumlah lari mereka yang sebelumnya hanya sepuluh kali menjadi dua puluh dua kali.
“Dua puluh dua kali cukup kan?"“Cukup, sensei. Ditambah lagi juga—“ Dita cepat-cepat membekap mulut sahabatnya sebelum membuat pelatih mereka lebih murka. Dengan senyum yang dipaksakan dia menyeret Vita keluar gerbang dan mulai berlari santai menikmati angin sore.
“You and your stupid mouth!” Dita bersungut-sungut.
“Udahlah, katanya pingin kurus?”
“Ya gak gini juga! Gue males mandi keringat,” mereka mulai lari-lari santai.
“Tadi gue gak tidur di UKS,” ucap Vita tiba-tiba.
“Lah, geblek! Ngapain gak bangunin gue?!”
“Tadi malem lo gak tidur kan?” ada jeda yang cukup lama sebelum Dita menjawab pertanyaan mudah tersebut.
“Iya, marathon Attack On Titan soalnya.”
“Lo gak pinter bohong, tell me!”
Dita berhenti berlari untuk mengambil napas sejenak, baru tujuh putaran saja sudah mampu membuatnya ngos-ngosan. Ia melirik Vita yang terlihat biasa-biasa saja, tak heran karena cewek itu sudah terbiasa akibat terlalu sering dihukum berlari.
“Beli pentol sama es, yuk!”
Vita setuju, mereka berdua pun menghampiri Mang Ujank yang sedang mangkal di sekolah tetangga. Dita tidak pernah menyangka kalau es teh dua ribuan yang ia beli terasa begitu menyegarkan, belum lagi sebungkus pentol yang sangat nikmat walaupun terbuat dari tepung kanji. Ternyata uang tujuh ribu rupiahnya tidak terbuang sia-sia.
“Mang, tambah sambelnya dong!”
“Vita! Itu udah lima sendok, masak kurang?”
“Kurang, gue gak bisa boker dari kemarin. Biasanya kalo makan delapan sendok sambel baru bisa.”
“Yang bener tuh minum obat pencahar, ogeb!”
Vita mangut-mangut tidak peduli sambil tetap menyendok sambal. “Lo gak mau cerita?”
“Nyokap ngajak pindah.”
Vita sudah menduganya. “Lagi?” Dita mengangguk lesu.
***
Ekskul baru saja selesai saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam, tapi sekolah masih ramai karena ada murid- murid dari ekskul lain yang belum pulang. Vita dan Dita memutuskan singgah sebentar menonton club basket dari kejauhan sambil menikmati es krim yang mereka beli.
“Aneh,” Dita bergumam sambil menjilati es krimnya.
“Apanya?”
“Ekskul basket kan biasanya jam lima udah pulang.”
“Oh.”
“Njir, kak Bima hot banget!” Dita tidak bisa mengalihakan pandangannya dari sosok yang sedang mandi keringat di tengah lapangan, Vita hanya mendesis sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect [END✓]
JugendliteraturSinopsis dihapus karena terlalu cringe😂😂 Start: 29 Maret 2020 Finish: 10 Januari 2021 [10/04/20] #1 isyarat [17/05/20] #1 autis [08/06/20] #1 notperfect [02/08/20] #1 tunarungu [19/10/20] #1 miko [27/10/20] #1 husbu [2...