Chapter 18

839 124 14
                                    

Fyi: dialog antara Vita dan Miko jika bercetak miring berarti mereka pakai bahasa isyarat ya.

Kalo kalian lupa dengan Rangga dan model majalah, baca ulang dari chapter 15-16 yaa…

***

AUTHOR POV

Harusnya Vita senang karena seharian ini tidak mengikuti pelajaran, tapi lagi-lagi alasannya adalah pemotretan terakhir untuk majalah. Vita muak, bibirnya sangat susah menyunggingkan senyum sedari tadi dan berhasil membuat fotografer serta anggota osis geregetan.

Tapi setelah melihat hasil fotonya, mereka jadi terpukau sendiri. Ekspresi datar dan dingin yang ditunjukkan Vita justru memperkuat auranya, bahkan dirinya terlihat seperti model sungguhan.

Vita ingin cepat selesai dan menghampiri Miko, cowok itu pasti sudah menunggunya. Sore ini mereka berdua akan pergi ke mall, ada komik yang ingin Miko beli di Gramedia dan kebetulan Vita sangat ingin makan es krim.

Lima belas menit kemudian mereka selesai, Vita menghela napas lega. Ini benar-benar yang terakhir, setelah ini anggota osis tidak akan merepotkannya lagi hanya untuk wawancara dan mengambil foto. Vita sempat heran, mengapa hanya dirinya yang dipotret berulang kali dalam satu minggu? Bahkan Dita dan model lainnya hanya melakukan dua kali pemotretan. Waktu itu Dita pernah bertanya, tapi Rangga memberikan jawaban yang kurang memuaskan. 

“Vita kan satu-satunya model murid berprestasi non akademik. Jadi fotonya dia harus banyak.” Dita kurang puas dengan jawaban itu, tapi ketika ingin protes si ketos sudah pergi duluan. 

“Anterin gue pulang dong~” ucap Dita saat dia dan Vita baru keluar ruangan.

“Gak bawa motor, lagi di servis.”

“Yaudah naik angkot bareng gue yok!”

“Rumah kita gak searah, bege! Lagian bukannya mau pamer nih, tapi gue ada janji sama Miko.” Vita tersenyum sombong membuat sahabatnya cemberut.

“Mau kemana lo? Gue ikut!”

“Nonono! pulang bareng Alex sana!”

“Kita kan lagi berantem!”

“Ya sekalian baikan, jangan ngira gue gak tahu ya kalo lo suka nangis gak jelas malem-malem sambil melototin balkon kamarnya Alex!” Vita membuka ponsel dan menemukan puluhan notifikasi, bibirnya menyunggingkan senyum manis.

Miko mengirim pesan. Cowok itu sudah menunggunya di parkiran.

“Lo tahu dari mana, anjir! Kok serem?!” Vita berpaling menatap sahabatnya sambil menaik turunkan alis.

“Jangan bilang dikasih tahu nyokap gue?!” Dita histeris. “Ya siapa lagi?”

“Pengen mengumpat tapi takut dikutuk jadi ikan pari.”

Obrolan itu terhenti saat mereka melihat dua cowok berdiri bersebelahan, masing-masing membawa tas warna biru muda. Itu tas couple Vita dan Dita, dan sudah pasti cowok-cowok itu adalah Miko dan Alex. Miko melambaikan tangan, Vita berlari kecil menghampirinya.

Maaf ya lama!

Gak papa.”

Vita mengambil alih tasnya di tangan Miko, “Makasih udah bawain tasku!

“Ngapain lo bawa tas gue?!” Dita sarkas begitu berdiri di depan Alex, refleks membuat Vita dan Miko bergeser selangkah karena aura mencekam yang langsung terasa.

“Ngegas mulu bukannya bilang makasih!”

“Suka-suka gue, siapa suruh bawain tas gue!” Alex melempar tas itu dan mendarat tepat di wajah Dita. Membuat si empunya mengaduh.

Not Perfect [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang