Chapter 9

1.5K 173 24
                                    

AUTHOR POV

Terlambat.

Adalah satu kata yang mampu menjelaskan mengapa cewek itu berdiri di tengah lapangan sambil hormat menatap bendera merah-putih yang berkibar gagah di atas sana.

Walaupun hukumannya sangat gampang, tapi berdiri di tengah-tengah murid lain yang juga dihukum bersamanya sangatlah menyiksa karena Vita mencium bau keringat yang memualkan.

Belum lagi segerombolan cowok-cowok botak yang digiring Pak Satrio mengelilingi lapangan dengan jalan jongkok. Jujur saja, awalnya Vita mengira kalau segerombolan cowok itu adalah murid pindahan dari sekolah Biksu. 

Vita bergidik saat cowok-cowok itu mengusap-usap kepalanya sendiri layaknya bintang iklan shampo anti ketombe dengan wajah tersipu saat lewat di depannya.

“Vita!”

Bukan hanya Vita, tapi hampir semua murid yang menghadap bendera menoleh ke sumber suara, di sana ada seorang cowok botak yang sedang nyengir lebar. Dari badge-nya Vita tahu kalau cowok itu kakak kelas.

“Gue udah botak, nih. Ganteng gak?” serunya dengan semangat empat lima, Vita melongo. Lalu tiba-tiba saja Pak Satrio datang dan memukul pantat cowok itu.

“Ganteng gundulmu! Jalan jongkok sana!”


***


“Tunggu!”

“Gak bisa!”

Dua cowok itu menjadi perhatian karena kejar-kejaran di koridor kelas dua belas. Sampai di depan pintu toilet, cowok berkulit gelap yang mengejar tadi tiba-tiba menghalangi pintu.

“Gue mau ngomong,” ucapnya.

“Gak bisa, minggir!” cowok yang satunya berseru.

“Gak bakal, sebelum lo mau ngomong sama gue!”

Brut!

“Anjir! Lo ngentut?!”

“Gue mau boker, geblek! Minggir!”

Cowok itu pun minggir sambil menjepit hidungnya, dia memutuskan menunggu di luar karena bau gas beracun yang tidak kunjung hilang. Di depan toilet ia dikejutkan oleh beberapa adik kelas yang membawa makanan ringan dengan wajah merona. 

“Hai kak Bima!”

“Siang kak Bima!”

“Hai dek,” seperti biasa, cowok berkulit gelap itu memasang senyum maut andalannya membuat gadis-gadis memekik tertahan.

“I-ini buat kakak!” seorang gadis menyerahkan plastik penuh camilan padanya, diikuti teman-temannya yang lain.

“Makasih ya.” 

Setelah itu mereka berlalu dengan wajah malu-malu khas orang kasmaran. Melihat gerombolan adik kelasnya, dia jadi teringat dengan Vita, mengapa hanya cewek itu yang tidak tertarik kepadanya?

Salah satu alasannya berlatih keras sampai rela kulitnya gosong dan akhirnya menjadi kapten basket adalah untuk menarik perhatian Vita, karena saat itu ada desas-desus yang mengatakan kalau Vita suka cowok yang bisa bermain basket. Tak tanggung-tanggung, Bima bahkan mampu menjabat sebagai kapten. 

Padahal tidak ada yang tahu kalau saat itu Vita sedang tergila-gila dengan karakter cowok dalam anime berjudul ‘Kuroko no Basuke’, bukannya suka dengan cowok yang bisa bermain basket.

Entah siapa yang menyebarkan rumor itu, imbasnya ekskul basket jadi ramai. Bahkan beberapa cowok yang sebelumnya masuk ekskul olahraga lain jadi ikut-ikutan belajar basket.

Not Perfect [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang