AUTHOR POV
Evan tidak bisa berhenti tersenyum sambil melihat ponselnya, di sana ada potret Vita yang terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Harusnya dia melakukan ini sejak awal, Evan akui kalau cewek itu memang sudah banyak berubah. Vita yang sekarang bukan lagi pecundang yang selalu menangis ketika dia jahili, sorot matanya terlihat berani, dari yang dia dengar Vita bisa bela diri.
Tapi siapa sangka cewek itu punya kelemahan, awalnya Evan tidak percaya kalau tindakannya beberapa tahun yang lalu mampu menciptakan trauma bagi korban bullynya, tapi setelah melihat reaksi Vita di dalam gedung teater membuatnya percaya. Sekarang, bolehkah Evan berbangga diri?
Jam istirahat sebentar lagi berakhir namun Evan belum mau beranjak dari tempat persembunyiannya, tempat itu bukan gudang atau ruangan tak tepakai, melainkan sebuah lemari besar di pojok UKS. Dia akan menunggu sampai bel masuk berbunyi agar tidak perlu berhadapan dengan sekelompok murid yang suka membullynya.
Namun tiba-tiba pintu lemari terbuka, menampakkan seringai dari orang-orang yang sedang ia hindari. Evan mencoba memberontak saat mereka menariknya paksa menuju gudang.
“Pinter banget sembunyinya!” ucap salah satu dari mereka.
Gudang itu dipenuhi meja dan kursi rusak, Evan dipaksa duduk, kedua tangannya diikat di belakang kursi.
“Gimana kalo kita hajar biar lo bisa tiduran di UKS tiap hari?”
Farel menyingkirkan temannya dari hadapan Evan. “No, kita gak bakal hajar dia hari ini.”
Mereka bingung, tak terkecuali Evan. Pasalnya Farel selalu jadi yang paling brutal saat membully mangsanya.
“Kenapa? Terus apa gunanya kita bawa dia ke sini?”
“Ada orang yang lebih berhak hajar dia dari pada kita.”
“Siapa?”
“Lihat aja nanti.”
“Terus sekarang kita ngapain? Gue males balik ke kelas.”
“Main bola bekel kuy, gue bawa nih!”
***
Miko tidak menebak kalau Alex buru-buru pulang paling awal hanya untuk mengajaknya nongkrong di warung dekat sekolah, padahal Miko kira mereka akan pergi mencari komik edisi terbatas di gramedia. Walau begitu Miko tidak keberatan karena ini pertama kalinya dia nongkrong dengan teman, terdengar menyedihkan tapi itulah faktanya.
‘Tumben ngajak ke sini?’
Tulisnya pada note kecil yang selalu ia bawa. Alex mengendihkan bahu sambil menikmati gorengan yang baru matang di depannya.
“Biar lo pernah nongkrong.”
Mengobrol dengan Miko membuat Alex harus berbicara lambat agar cowok itu bisa membaca gerak bibirnya, namun sepertinya hal itu sudah menjadi kebiasaan. Bahkan pernah suatu kali mamanya marah-marah karena Alex yang memang lambat melakukan segala hal jadi lambat berbicara juga.
Tapi Miko juga membawa banyak dampak positif, contohnya saja Alex yang belakangan ini jarang tidur di kelas karena ada teman ngobrol. Yang Alex suka, Miko tidak pernah memanfaatkannya dalam hal apapun. Paling sering cowok itu hanya minta ditemani beli komik atau baju.
“Gak suka gorengan?” tanyanya, menyadari Miko sama sekali tidak menyentuh gorengan.
‘Gak boleh makan itu.’
“Nurut banget sih, sekali-kali nakal dikit napa!”
Miko menaikkan sebelah alis. “Nih, cobain. Dijamin nagih!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect [END✓]
Teen FictionSinopsis dihapus karena terlalu cringe😂😂 Start: 29 Maret 2020 Finish: 10 Januari 2021 [10/04/20] #1 isyarat [17/05/20] #1 autis [08/06/20] #1 notperfect [02/08/20] #1 tunarungu [19/10/20] #1 miko [27/10/20] #1 husbu [2...