Chapter 23

819 117 3
                                    

"Kalau mantan target bully menjadi pembully, lalu apa bedanya mereka?"

-Mitsuka_noki


***

AUTHOR POV

Evan terduduk lemas di pojok kantin, nyeri menjalar ke setiap inchi bagian tubuhnya. Evan tidak mampu berdiri, dia pasrah menjadi pusat perhatian saat kantin mulai ramai, lagi pula ini bukan pertama kalinya.

Karena sebenarnya Evan menjadi target bully sejak SMP.

Flashback on

Seperti pagi sebelumnya, Evan terasa berat pergi ke sekolah. Sekolah yang harusnya jadi tempat mencari ilmu dan bersosialisasi menjadi tempat yang menyeramkan baginya. Evan masih berdiri di depan gerbang padahal lima menit lagi bel masuk akan berbunyi, cowok itu menunduk, melihat setelan seragam putih-birunya yang masih bersih.

Dia tidak yakin kalau waktu pulang nanti seragamnya akan tetap seperti itu. Evan menggenggam tali ranselnya kuat-kuat, setelah melewati gerbang itu penderitaannya akan dimulai. Dan benar saja, begitu melangkah masuk tiba-tiba dia terjatuh karena seseorang menjegal kakinya.

Beberapa cowok tertawa puas, Evan menghela napas lalu bangkit dan menepuk-nepuk seragamnya. Dia segera melangkah ke kelas tanpa menghiraukan sekelompok cowok tadi.

Senyap, Evan merasa janggal karena semua teman sekelasnya duduk di bangku masing-masing padahal belum ada guru yang datang. Semua mata mengikuti setiap langkahnya, Evan menelan ludah, feelingnya mengatakan kalau dia harus waspada.

Tiba-tiba sebuah penghapus papan melayang di depan wajahnya, Evan terkejut namun teman sekelasnya melakukan sesuatu yang lebih mengejutkan. Mereka melemparinya dengan tepung dan membuat pakaian serta lantai kelas jadi kotor.

“Dasar hama!”

“Mantan narapidana!”

“Kriminal!”

“Pindah sana! jijik gue lihat sampah masyarakat kayak lo!”

Seorang cowok menghampiri dan menarik rambutnya, “Kalau dulu lo gak bully pacar gue, pasti kehidupan sekolah lo gak kayak gini!” cengkramannya semakin kuat sampai Evan merasa pening.

Seakan tak cukup sampai di sana, cowok itu menyeretnya ke toilet laki-laki. Evan meronta waktu matanya melihat beberapa cowok lain berdiri di samping wastafel dengan keran yang menyala.

Mereka menariknya paksa lalu mendorong kepalanya ke dalam wastafel yang dipenuhi air, seorang cowok merekam kejadian itu sedangkan yang lainnya tertawa.

Evan… hanya bisa menahan tangis saat kepalanya berulang kali didorong dan ditarik dari genangan air dalam wastafel. 

***

Mungkin hari itu menjadi hari yang paling buruk bagi Evan, karena seharian tidak ada satu pun guru yang mengajar, hal itu membuat teman-temannya puas menjahilinya. Sekarang Evan sedang sembunyi, tempat itu bukan gudang namun lapangan basket indoor yang tidak terpakai, dia yakin tidak ada yang mencarinya di sini mengingat banyak rumor seram yang mengatakan kalau lapangan itu berhantu.

Tapi ternyata dia salah, seseorang membuka pintu ketika Evan tengah mengeringkan pakaiannya. Evan panik, sebelum dia sempat sembunyi sosok yang membuka pintu sudah menunjukkan wujudnya.

“I found you!” Evan menatap marah saat cewek di depannya berseru riang.

Cewek itu melipat tangan di depan dada dengan gaya angkuh sambil berjalan mendekatinya, bibirnya tersenyum penuh makna.

“Jadi gimana pagi ini? Seru main airnya?” cewek itu tertawa melihat seragam Evan yang basah kuyup membuat Evan mengepalkan tangannya. “Well, tenang aja, setiap hari akan ada banyak kejutan yang menanti lo.”

Perlahan Evan menarik seringai, “Gue gak nyangka tikus pengecut kayak lo sekarang berani ngancem gue.”

“Why not?”

Evan maju selangkah. “Kalau aja lo gak pacaran sama berandal itu, lo pasti gue bully kayak dulu.”

“Sayangnya sekarang lo yang dibully. Gimana rasanya dipermaluin di depan banyak orang? Gimana rasanya menjadi pecundang? Gimana rasanya gak punya teman? Gimana rasanya-“

“Lo lupa kalau kita cuma berdua di sini?” Evan belum melunturkan seringainya, namun bukannya takut cewek itu malah melayangkan tatapan menantang. “Emangnya kenapa?”

“Gue bisa lakuin apa aja.”

“Kalo lo macem-macem gue bakal ngasih tahu Farel tempat persembunyian lo.”

“Apa tujuan lo ke sini?” Evan mengalah.

Cewek itu tersenyum lebar. “Hapus foto gue sama Alex di hp lo!”

“Maksudnya?”

“Gak usah sok bego, gue tahu kalo lo ngikutin kita ke café hari itu!”

“Kenapa harus dihapus?”

“Karena siapapun yang lihat foto itu bisa salah paham!”

“Oh, lo takut kalau gue nunjukin foto ini ke Farel?”

“Evan!”

Flashback off

Evan kira setelah lulus SMP nanti kehidupan sekolahnya akan lebih baik, tapi ternyata sekumpulan cowok itu sengaja daftar di sekolah yang sama dengannya. Tindakan bully berlanjut dan Evan tidak punya satu teman pun karena Farel menyebarkan rumor buruk tentangnya.

Yang lebih buruk, hari ini Vita melihatnya dibully. Evan mengepalkan tangan, bagaimana bisa cewek itu ada di sekolahnya?

***

Maaf banget chapter ini cuma sedikit, lagi mikir keras karena cerita ini udah masuk konflik. Btw, belakangan ini banyak pembaca baru >o<

Makasih banyak buat kalian yang udah baca, vote, komen, dan menambahkan cerita ini ke reading list.

Sekian dari aku.

Thank you, Love you and See you ♥

Not Perfect [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang