Akrab

93 27 2
                                    

Hanya bermodalkan candaan, masalah terlupakan.

[]

"Berangkat bareng kuy!" Ajak Farrel lewat telepon.

"Gak jadi pindah?"

"Jadi, aku cuma ngurus surat pindah doang udah itu cuss, makanya ngajak kamu bareng."

"Yaudah deh, kalo udah sampe rumah Tamara masuk aja pintu gak dikunci."

"Siap bosque, yang cantik ya tapi natural. Cantiknya buat aku."

"Tamara mau sekolah bukan cari cowok, ngapain cantik-cantik."

"Yahh sekadar cantik aja, buat aku untuk yang terakhir kalinya,"

"Dih Farrel apaan haha, yaudah Tamara siap-siap dulu daaa,"

'Oke'

Tut...

Setelah sambungan telepon terputus Tamara langsung bergegas siap-siap, takutnya Farrel menunggu lama jika dia belum siap nanti.

"Kira-kira Farrel masih suka gak ya sama gue?" Sambil memasang sepatu Tamara bertanya pada dirinya yang sudah lama putus dari Farrel.

Entah karena apa mereka putus yang jelas alasan Farel karena tidak ingin pacaran. Oke, dipercaya karena sampai detik ini Farrel memang tidak dekat dengan siapa pun kecuali Tamara.

"Assalamualaikum.."

"Iya bentar!" Teriak Tamara.

Setelah menunggu 5 menit akhirnya Tamara keluar dengan seragam super rapi dan cantik, natural.

"Cantik," puji Farrel.

"Hahah iya dong, kan cewek," balas Tamara sembari terkekeh.

"Yaudah kuy!" Ajak Tamara namun Farrel masih diam ditempat.

"Farrel?" Panggil Tamara pelan.

"Eh iya," sadar Farrel dari lamunannya dan berjalan beriringan dengan Tamara.

"Tumben bawa mobil?" Tanya Tamara.

"Biar kamu gak berantakan, kan sayang udah rapi-rapi pas di sekolah berantakan lagi," jawab Farrel.

"Bisa aja Farrel hahah," balas Tamara tertawa hambar.

"Silahkan masuk tuan puteri," Farrel membukakan pintu untuk Tamara, lalu baru dirinya masuk ke mobil setelah Tamara benar-benar masuk.

"Jarang-jarang kan kita berdua?" Tanya Farrel membuka pembicaraan ditengah perjalanan.

"Malah ini yang pertama kalinya Rel," Tamara tersenyum miris lalu mengalihkan pandangan keluar jendela.

"Iya, dan mungkin akan jadi yang terakhir kali," balas Farrel tersenyum, namun seketika senyumnya pudar entah kenapa.

"Ya karena kita gak satu sekolah lagi kan?" Tanya Tamara menebak. Dan dia yakin 100% jawabannya benar.

"Yap! Kamu benar."

"Tamara gitu loh." Ucap Tamara membanggakan diri. Tak lama setelah itu keduanya sama-sama tertawa.

'Tapi gue punya alasan lain untuk itu,' Farrel menghela nafas beratnya menatap Tamara.

Tamara yang merasa Farrel berbeda pun langsung menyahut, "jangan menghela nafas gitu, Tamara gak suka. Kamu bukan orang yang berat beban Farrel, jangan tiru Tamara."

Karena bagi Tamara menghela nafas sama saja dengan membuang seribu kebahagiaan dan memperlihatkan sejuta beban.

"Ini yang terakhir," sahut Farrel tersenyum penuh arti.

ClassmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang