"Udah jam tujuh Zeline belum datang juga kemana sih tu bocah?" Gumam Tamara.
Tamara yang bosan menunggu Zeline akhirnya keluar kelas berkumpul dengan teman-temannya gengnya.
"Mendap mulu di kelas lo," kata Olin ketika Tamara sampai.
"Zeline mana?" Tanya Desta.
"Belum datang," balas Tamara lalu duduk.
Mereka akhirnya saling berbagi cerita menjelang bel masuk berbunyi.
"Kalian tidak belajar?" Tanya Kepala Sekolah, Pak Deny yang tiba-tiba muncul.
"Belum masuk, pak." Jawab mereka kompak.
Memang belum ada satu pun kelas mereka yang masuk padahal bel masuk sudah berbunyi.
"Tapi bel sudah berbunyi." Ucap Pak Deny.
Mereka bingung ingn menjawab apa alhasil Desta mengeluarkan suara indahnya.
"Kita lagi nungguin guru pak," jawab Desta.
"Kalian belajar apa hari ini?"
"Sejarah pak."
"Bahasa Inggris."
"Matematika."
"Biologi, pak."
Jawab mereka semua.
Pak Deny mengangguk, "kalau begitu kalian tunggu di kelas saja. Tidak enak di lihat guru lain."
Mereka akhirnya masuk ke kelas masing-masing menuruti perintah Pak Deny.
***
Tamara sampai di kelas, ternyata sudah ada Zeline dengan wajah kusut, selalu saja begitu.
Tamara pun duduk di tempat duduknya, dia merasa ada yang aneh hari ini. Tidak ada satu orangpun diantara Dika, Gema, Galuh, ataupun Davin yang memulai keributan. Bersyukur sedikit karena Dika dan Gema tidak berulah, mereka sibuk dengan teman-teman lainnya.
Tapi Tamara heran dengan Davin yang tidak biasanya tenang, diam, dan tidak berkutik sama sekali. Aneh.
"Zel!" Panggil Tamara.
"Hm." Zeline berdehem tapi pandangannya tidak beralih.
"Tadi lu digangguin gak?" Tanya Tamara.
Zeline langsung mengalihkan pandangannya. "Gue?"
"Iya elo. Siapa lagi di sini yang jadi korban bully kalau bukan lo?" Balas Tamara.
"Enggak tuh, cuma di ejek aja." Ucap Zeline.
"Gimana?"
"Tadi bedak gue cemong jadi si Dika ngetawain sama temen-temennya."
"Galuh sama Davin?" Tanya Tamara.
Zeline menggeleng, dia bilang hanya Dika dan teman-temannya tapi Davin dan Galuh tidak.
"Mereka aneh."
"Hah?"
"Iya aneh." Balas Tamara.
"Aneh gimana?" Tanya Zeline bingung.
"Davin gak cari masalah hari ini, kan biasanya selalu cari masalah."
"Bagus dong!" Tukas Zeline karena senang satu setan di kelas ini tidak mengganggunya.
"Ish ga gitu maksudnya."
"Terus?"
"Coba deh lo inget-inget. Dari pagi tadi emangnya dia ada gitu gangguin lo atau nyapa lo?" Tanya Tamara.
Zeline mengingat-ingat kembali kejadian dari pagi hingga sekarang lalu menggeleng, "enggak."
"Tuh kan, ada yang aneh."
"Aneh apanya?" Tanya Zeline masih tak mengerti.
"Davin berubah," jawab Tamara.
"Perasaan lo aja kali," balas Zeline, "eh tapi iya ya, kok tumben banget gak gangguin kita?"
"Tuh kan, apa gue bilang."
"Galuh tadi ada sih ngomong sebentar, tapi sekarang udah kalem aja," ucap Zeline.
"Mereka kenapa sih?"
"Coba lo tanya Galuh" ujar Zeline.
"Gue?" Tanya Tamara menunjuk dirinya sendiri.
Zeline mengangguk, "iya."
"Kenapa gak lo aja?"
"Gengsi lah."
Tamara berdecak sebal, temannya satu ini minta dimakan. "Nanti deh."
"Yaudah lanjutin aja ini dulu, nanti kalo Galuh datang gue tanyain," ucap Tamara dan mereka pun melanjutkan catatan.
"Assalamualaikum," Galuh memasuki kelas dengan menendang pintu tapi mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam,."
"Eh itu Galuh," bisik Zeline sambil menyenggol lengan Tamara.
"Ntar, coba deh perhatiin. Galuh sama Davin pisah tempat duduk," ucap Tamara yang melihat Galuh duduk di belakang sedangkan Davin di depan.
"Lah?" Bingung Zeline.
"Galuh," panggil Tamara dan akhirnya Galuh menoleh lalu berjalan menghampiri Tamara.
Gue kira gak akan direspon, batin Tamara lega.
"Why?" Tanya Galuh santai.
"Davin kenapa?" Tanya Tamara.
Jangan tanya Zeline kemana yang jelas Zeline sudah pergi keluar kelas menyerahkan semua masalah kepada Tamara. Temen emang gitu, anget-anget tai ayam.
"Davin?" Beo Galuh.
"Iya kok dia kalem gak kayak biasanya? Dia kenapa? Ada masalah?" Tamara bingung.
"Gue yang nyuruh."
"Hah?"
