Perubahan yang begitu cepat, membuatku bingung harus melepas atau terus dalam keadaan terikat?
[]
"Vin, lo gak ada niatan balik kayak dulu lagi gitu?" Tanya Tamara duduk di sebelah Davin.
"Bukannya kalian sendiri yang bilang gak usah ganggu lagi?" Bukannya menjawab Davin malah balik bertanya.
"Ya iya sih, cuma gue ngerasa lain aja sama suasana sekarang," terang Tamara.
"Why?" Tanya Davin menaikkan alisnya sebelah.
"Lo ngerasa gak sih? Ada di posisi yang sekarang ini rasanya lain," ucap Tamara.
"Lain gimana sih maksudnya?" Davin makin bingung.
"Pikir aja ya, lo bisa akrab lagi sama gue tapi gak sama Zeline. Ya gue ngerasa gak enaklah, sementara Zeline sendiri kemarin sempet marah sama gue waktu dia liat kita berdua."
Davin terdiam sejenak. Memang betul apa yang dikatakan Tamara, selama tidak bertegur sapa bukan berarti Davin tidak tahu apa saja yang terjadi antara Tamara dan Zeline.
"Gue gak tau," jawab Davin.
"Vin, gue serius," lirih Tamara.
"Apa? Gue masih mau sekolah Tamara," gurau Davin terkekeh.
"Ish, bukan itu nyet!" Tukas Tamara, "gue serius nanya lo yakin gamau balik kayak dulu lagi?" Sambungnya.
"Lo kangen sama gue yang jahil?" Goda Davin.
"Aish." Tamara tampak kesal dibuat Davin, apa yang ditanya pasti lain yang dijawab.
"Davin.Gunandhya, gue.lagi.serius," tegas Tamara dengan penekanan di setiap kata.
"Gue juga serius," balas Davin datar.
"Apa?" Tanya Tamara mengernyit.
"Serius mau jadi cowok lo," usil Davin tertawa.
"Sorry gue gak minat!" Tukas Tamara, pergi dari hadapan Davin karena kesal.
Malas sekali bagi Tamara jika sudah berurusan panjang dengan Davin. Tamara berjalan melewati koridor kelas sepuluh, memutuskan untuk ke ruang musik.
Sebelum sampai di ruang musik, Tamara mendengar sesuatu arahnya dari ruang olahraga.
Hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai ke ruang musik. Namun rasa penasaran Tamara yang mendewa itu tidak bisa melanjutkan langkahnya ke tempat tujuan awal.
Tamara sedikit mengintip, disana nampak Zeline sedang berbicara dengan seorang lelaki, namun siapa laki-laki itu?
"Gue rasa cara gue bakal berhasil," kata Zeline.
"Kenapa lo milih cara kayak gini?"
"Kevin? Gue gak salah denger kan itu suara Kevin?" Gumam Tamara yang mendengar pasat suara dua orang di ruangan itu.
"Hey!" Sapa seseorang dari belakang Tamara.
Sedikit kaget tapi Tamara berusaha untuk tidak berisik.
"Ngapain ngikutin gue?" Tanya Tamara melihat Davin sedang berdiri dihadapannya sekarang.
"Gue gak mau jauh-jauh dari lo," ucap Davin.
"Gila! Davin gila!" Teriak Tamara kesal.
"Gila karena cintamu," goda Davin.
"Ish. Apasih, lo sehat?" Tanya Tamara.
