Ternyata di bumi masih banyak human penyabar. Diantaranya, dia yang selalu diacuhkan tapi tidak pernah kembali mengacuhkan
[]
Entah apa yang ada di pikiran Zeline sehingga membuatnya berubah drastis. Jangankan menegur, untuk ditegur pun Zeline selalu memasang wajah tak senang.
"Zel," lirih Tamara.
"Gak usah panggil-panggil!" Ketus Zeline.
"Lo kenapa sih!?" Tanya Tamara dengan nada yang cukup tinggi.
"ENTAH!" Satu kata penuh tekanan, setelah itu Zeline langsung membereskan mejanya, dan keluar dari kelas. Entah kemana dia ingin pergi.
Di depan kelas Zeline tak sengaja berpapasan dengan Davin, tatapan keduanya tak sengaja saling bertemu.
Nampak dari mata Zeline tatapan bencinya ditujukan pada Davin, sedangkan Davin hanya menatap Zeline datar.
Tak ingin berlama-lama Zeline langsung membuang muka, dan berjalan sengaja sedikit menyenggol Davin dengan kasar namun Davin tak menggubris.
Davin yang tadi berwajah datar kini mengernyit heran melihat Zeline.
"Zeline kenapa?" Gumam Davin yang jelas sekali tidak akan didengar orang.
"Bro!" Sapa Galuh ketika melihat Davin berdiri sendirian di depan kelas.
Davin hanya mengangguk merespon sapaan Galuh, ingin sekali rasanya mengobrol namun rasa canggung lebih tebal menyelimuti keduanya.
***
"Selalu gue yang kena masalah tanpa tau sebabnya, gue gak tau Davin kenapa dan gue juga gak tau kenapa Zeline tiba-tiba marah sama gue," merenungi masalah, itu yang selalu Tamara lakukan ketika dirinya sedang benar-benar sepi meskipun dalam keadaan ramai.
Dari sudut belakang Davin sibuk sendiri dengan bukunya, mungkin dia sedang mengerjakan tugas kemarin.
'Davin tegur gue kek, minta contekan atau apa gitu,' Tamara selalu saja berharap Davin kembali seperti dulu lagi. Namun sia-sia saja harapannya tidak akan terwujud.
Semua yang pergi tidak akan kembali, meskipun kembali dia tidak akan sama lagi.
Bagi yang heran kenapa Dika dan Gema tidak muncul dalam cerita ini, mereka berdua pindah kelas. Sengaja dipindahkan ke kelas paling ujung.
"Kelas kita sepi bro!" Teriak Lea, bendahara kelas tergalak dengan suara cemprengnya.
"Bagus dong! Gak ada anak setan!," Kata Zeline sedikit teriak, namun matanya sedikit melirik Davin di belakang sana.
"Mau kemana?"tanya Tamara melihat Zeline sibuk merapikan bukunya yang ada diatas meja.
Namun sayang, Zeline tidak merespon hanya pergi begitu saja meninggalkan tasnya.
Tamara menghela nafas, sabar menghadapi temannya satu ini. Dilihatnya ternyata Zeline duduk di barisan paling depan.
Dari belakang Davin juga melihat Zeline yang pindah tempat duduk, "tumben," batinnya.
Galuh yang sedari tadi diam, menatap sendu kearah Tamara yang termenung sendiri.
'Ada apa sih sama hidup Tamara?' batin Galuh penuh pertanyaan-pertanyaan.
'Orang sabar akan selalu menang, for Tamara gue gak pernah ngerasa sejauh ini walaupun jarak antara gue sama lo sangat dekat,' jauh di belakang sana, Davin diam-diam memperhatikan kedua gadis yang sedang berdiam-diaman tersebut.
***
"Dek, lo keluar gak?" Tanya Yudha kakak ketiga Davin.
"Gak."
"Tumben? Biasanya lo ngerjain tugas bareng Galuh sama cewek-cewek lo itu," sindir Yudha karena tau Davin memang cowok playboy.
"Gue peka lo nyindir gue nyet, tapi gue gak se-playboy itu juga kali sampe punya dua cewek," balas Davin kesal.
"Gue gak bilang lo playboy tuh," bela Yudha.
"Secara gak langsung lo ngatain gue," Davin langsung pergi kedalam kamarnya, malas menanggapi Yudha yang hobi membuat orang kesal.
"Dih ngambek, dasar cowok ngambekan! Pantesan akhir-akhir ini cewek-cewek pada ngejauh dari lo," kompor Yudha.
"BERISIK WOI!" Teriak Galang kakak pertama, paling galak tapi paling ganteng.
"Gausah teriak juga kambing!" Balas Yudha.
"Lo berani ngatain gue?" Suara bas terdengar dari kamar depan yang tak lain adalah suara Galang, Yudha yang panik akan kedatangan Galang langsung ngacir masuk ke kamar sendiri.
Sialnya, saat Yudha baru naik satu tangga, dia terpeleset dan mendapati tawa dari kakak perempuannya.
"RASAIN LO HAHAHAHHAA!" Teriak Olin sembari tertawa lepas melihat adiknya bernasib sial.
Yudha yang kesal langsung pergi begitu saja tak menghiraukan Olin yang sedari tadi menertawakannya.
Sementara dikamar tengah, Davin sendiri sedang rebahan menatap langit-langit kamarnya.
Hening, sepi, itu yang dirasakan Davin setiap hari, sama seperti Tamara.
"Tamara punya sesuatu yang beda dari orang lain," entah mengapa tiba-tiba pikiran Davin berbelok ke Tamara.
"Gue rasa ada yang dia sembunyiin," batinnya.
"Kalo gue suka sama dia, apa dia bakal suka sama gue juga?" Lagi-lagi Tamara, Davin selalu kepikiran Tamara belakangan ini, entah apa sebabnya.
"Tapi Farrel selalu nyuruh gue jauhin Tamara, gue sih bisa aja, tapi dia gak bikin Tamara senang, gue bingung." Gumamnya.
###
Yuhuuu! Ga vote bukan temen:v
Author jahat adalah orang baik yang tidak dihargai:v
Dihargai bukan berarti dirupiahkan:v
Ga ah, author ga gila hormat, cuma gila kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classmates
Roman pour AdolescentsTeman kelas jadi cinta. •Prolog : 6 Oktober 2019