Kalau aku yang benar-benar pergi, apa kamu bakal ngerasain sakit kayak gini atau mungkin sebaliknya?
Tamara
"Ayo kita ke rumah Tamara!" Ajak Zeline cepat, setelah selesai bersiap-siap.
"Lo yakin?" Tanya Galuh.
"Kita semua teman, kenapa gue harus bilang gak yakin?" Balas Zeline masih dengan suaranya yang parau.
Davin tidak banyak bicara langsung berdiri dari tempatnya dan menuju mobil. Diikuti dengan Zeline dibelakang.
"Kenapa gue gak yakin ya?" Gumam Galuh sendiri menatap kedua punggung yang menghilang.
Lalu Galuh langsung mengabaikan pikirannya dan mengikuti langkah kedua temannya.
Di perjalanan, Zeline sibuk menelepon nomor Farrel, "Farrel kemana sih? Orang lagi genting dia malah ngilang," celutuk Zeline dari tadi tidak diam karena nomor yang dia hubungi tidak aktif.
"Udahlah, dia udah punya hidup sendiri kayaknya," ucap Davin yang risih karena telepon Zeline tidak terhubung dengan nomor Farrel.
***
Setelah mobil milik Galuh terparkir di halaman rumah Tamara, mereka bertiga keluar dari mobil.
Keadaan rumah sudah mulai sepi karena para tetangga banyak yang sudah pulang.
Sementara mereka bertiga masih diam di tempat.
"Gue-"
"WOI SINI DONG!" Teriak seseorang dengan pakaian putih diambang pintu.
Davin, Galuh, dan Zeline langsung melihat ke sumber suara. Kaget.
"TAMARA?!!"
Betapa terkejutnya mereka bertiga melihat sosok Tamara dengan wajah pucatnya dan bibir yang kering itu menatap kearah mereka sambil melambaikan tangan.
Zeline langsung berlari dan memeluk Tamara, sedangkan Galuh dan Davin menyusul dibelakang dengan lari kecil.
"Lo Tamara?" Tanya Zeline tidak percaya dengan apa yang dia lihat di hadapannya.
Tamara terkekeh kecil.
"Lo masih hidup?" Dirga melongo tidak percaya.
Sedangkan Galuh mengernyit masih bingung dengan kejadian yang baru saja mereka alami.
"Kalian pikir gue mati?" Tanya Tamara terkekeh. "Yang meninggal itu Pak Saleh," lanjutnya.
"Terus, kenapa mama lo ikutan nangis?" Tanya Zeline.
"Mama awalnya ngira yang meninggal itu gue, ternyata bukan. Gue cuma lecet dikit doang kok," jelas Tamara.
"Kok Almarhum dikuburkan disini?" Tanya Galuh.
"Karena Pak Saleh cuma sebatang kara, dia udah gak punya keluarga. Makanya mama nerima almarhum jadi sopir," tutur Tamara, dimengerti dengan mereka bertiga.
"Tapi ya-" gantung Davin membuat mereka bertiga menunggu.
"Apa?"
