Dibalik hati yang terlalu ikhlas, ada perasaan yang tidak terbalas.
[]
Entah kemana Davin membawa Tamara pergi yang jelas disana tempat yang tidak ada orang. Rupanya taman belakang kelas, yap! Memang jarang sekali ada orang disana.
"Aish, kenapa sih lo?!" Bentak Tamara melepaskan cekalan tangan Davin.
"Lo gak lupa kan sebentar lagi kelulusan?" Tanya Davin.
Tamara terdiam sejenak, seperti ada hal yang dipikirkannya. Sesuatu yang membuatnya bingung.
Tamara mengangguk."Gue cuma mau kasih moment bahagia aja buat lo," ucap Davin kemudian.
"Harusnya gue yang lakuin itu," batin Tamara merasa sudah seharusnya dia benar-benar terbuka.
"Kenapa harus gue?" Tanya Tamara.
"Karena gue suka sama lo," ungkap Davin.
"Bukannya lo suka sama-," Tamara menggantungkan ucapannya.
"Sama Zeline?" Tebak Davin yang ternyata benar kata Tamara.
"Hahahh, enggak lah, yang suka sama Zeline itu Galuh bukan gue," Davin terkekeh geli.
"Trus? Lo jauhin Zeline gegara chattan kenapa? Kan kita semua temenan, gapapa dong deket."
"Gue gak mau Zeline baper sama gue dan nyuekin Galuh nantinya," ucap Davin terus terang.
"Tapi dia udah terlanjur baper sama lo," balas Tamara membuat Davin sedikit terkejut.
"Lo tau darimana?" Tanya Davin mengernyit.
Tamara mengeluarkan handphonenya, memutar sebuah rekaman.
"Gue rasa cara gue bakal berhasil," kata Zeline.
"Kenapa lo milih cara kayak gini?"
"Gak ada cara lain Vin, gue harus jauhin Davin biar Tamara bisa nerima dia."
"Lo kan juga suka sama Davin, kenapa lo relain dia buat Tamara?" Tanya Kevin.
"Karena gue gak mau mentingin apa yang jadi kebahagiaan gue sementara temen gue sendiri juga butuh kebahagiaan."
"Tapi Zel-"
"Udah sih gapapa, lagian ada Galuh juga."
"Lo suka sama Galuh?"
"Sekarang belum, tapi bakal gue coba."
"Gue rasa Galuh suka sama lo Zel," ucap Kevin.
"Yaudah makanya gue mau nyoba buka hati."
"Bagus deh kalo gitu, tapi lo ikhlas kan ngelepasin Davin buat Tamara?"
"Sangat, apa sih yang enggak buat temen?"
"Haha-"
Rekaman suara itu pun mati sebelum Tamara selesai merekam karena tadi dia harus berlari menghindari Davin.
"Bukannya itu Kevin sama Zeline?" tanya Davin, Tamara mengangguk.
"Kapan lo rekam itu?, ko ada suara kita?" Tanya Davin lagi.
"Tadi, waktu kita ribut, karena waktu itu gue denger ada suara Zeline, yaudah deh gue rekam, sayangnya rekamannya belum sampai habis. Karena gue buru-buru pergi gegara lo ganggu waktu itu," jelas Tamara.
Davin ber-oh ria, dan sedikit rasa bersalah, andai dia tidak mengganggu Tamara pasti rekaman itu akan sepenuhnya didapat.
'Kenapa gue ungkapin perasaan gue? Harusnya kan Farrel bukan gue, arghh!' frustrasi Davin namun tidak ditunjukkannya pada Tamara.
"Vin?" Lirih Tamara.
"Eh, i-iya sorry gue ngelamun," balas Davin.
"Gue gak sampe kelulusan ada disini," Tamara tiba-tiba mengucapkan apa yang seharusnya tidak dia ucapkan.
'Bisa gak gue narik ucapan gue lagi? Gue gak mau dalam waktu dekat ini itu terjadi,' tampak dari raut wajah Tamara ada sedikit rasa takut dengan ucapnya.
Davin bingung sendiri dengan Tamara, entah ada apa yang terjadi dengan Tamara sendiri, "Tam? Lo kenapa jadi takut gitu?" Tanya Davin.
"E-enggak, gue gapapa," balas Tamara sedikit terbata.
"Ah gue tau nih, jangan-jangan-" curiga Davin sengaja menggantungkan omongannya.
"Apa?" Tanya Tamara mengernyit.
"Lo takut gak ketemu gue lagi kan? Hayo ngaku lo," gurau Davin.
"Emang lo mau kemana? Mati?" Balas Tamara malas.
"Kan gue udah mati, mati rasa karena perasaan gue udah buat lo semua,"
###
Wasap gaes!
Just read no vote? Auto santet onlen 🌚 gaaa deng, bercandaaaa.
Author unch:*
Ig: @aindh_DI FOLLOW GAN! GRATIS FOLLBACK!