Apa mungkin bisa mencintai dua orang dalam satu waktu?
[]
"Nomor 19 essay mana jawabannya?" Tanya Lala yang baru saja menulis jawaban nomor 18.
"Zeline mana jawabannya?" Tanya Alvin.
"Kok gue lagi sih!" Tukas Zeline.
"Kan itu bagian lo sama Davin," sahut Galuh.
"Lo ngapain diem aja? Cari dong!" Perintah Zeline melihat Davin sinis.
'Gemesh banget gue pengin giling ni orang,' kesal Davin membatin memutar bola mata malas melihat Zeline.
'Ada ada aja,' Tamara menggeleng sambil terkekeh pelan.
"Lo sehat?" Tanya Alvin melihat Tamara senyum sendiri.
"E-eh iya? A-apa sih nyet!" Balas Tamara sedikit terbata, karena bingung ingin berkata apa.
"Lo ngapain diem aja? Cari dong!" Ucap Davin melihat Zeline santai-santai.
"Enak aja lo nyuruh-nyuruh, bagian gue kan tadi udah wlee," ucap Zeline.
"Serah deh awas aja lo," sinis Davin dan mulai mencari jawabannya.
Sepuluh menit sudah akhirnya kelompok empat selesai, habis empat lembar kertas double polio.
"Nih kumpul! Gue mau cuci tangan," Lala menyerahkan kertasnya yang sudah tersusun rapi.
"Biar gue aja yang ngumpulin," sahut Alvin.
"Gue aja!" Pinta Zeline, Tamara, dan Davin berbarengan. Galuh melihat itu heran, akhirnya mereka berempat saling lempar tatapan. Sedangkan Alvin hanya melongo melihat empat temannya saling tatap-tatapan.
Deg.
Hanya Tamara sepertinya yang merasakan degupan itu.
"Hahahaha gila gila."
"Anjir ngapain coba gini? Hahaha."
Tiba-tiba tawa mereka pecah begitu saja. Memang benar, hanya sedikit senggol gurauan mereka akan lupa dengan permasalahan.
'Gue harap setelah ini kita bisa main bareng lagi kayak dulu,' batin Tamara penuh kesenangan.
'Semoga aja.'
***
Lama Tamara duduk termenung sendirian mengingat sesuatu yang sebelumnya sama sekali tidak pernah ia alami. Seperti dejavu namun bukan dejavu.
'Farrel,' entah apa yang membuat Tamara tiba-tiba berfikir tentang Farrel.
'Loh? Tamara masih suka sama Farrel?' Jauh dari hadapan Tamara ternyata ada seseorang yang meresponnya tanpa dia ketahui.
"Sendiri aja neng?" Davin yang tiba-tiba duduk di depan Tamara refleks membuat Tamara sedikit menjauh, karena kaget.
"Berdua sama lo," jawab Tamara.
Davin hanya geleng-geleng kepala, "mikir apaan? Pasti gue nih ya?"
"Dih, PD banget sia!"
"Trus apa?" Tanya Davin.
"Kalo gue nanya, apa lo bakal jawab jujur?" Tanya Tamara.
Davin tampak seperti menimbang-nimbang pertanyaan sebelum dia jawab iya atau tidak. Ada sedikit keraguan untuk Davin menjawab iya namun karena keadaan terpaksa harus dia jawab, "Eumm.. Oke deh iya."
"Farrel kemana? Dua bulan lebih gue gak ketemu sama dia, apa ada yang kalian sembunyiin dari gue tentang Farrel?" Tanya Tamara tiba-tiba membuat Davin terdiam.
Davin hanya diam mematung mengingat kejadian yang terjadi beberapa bulan yang lalu sebelum Farrel benar-benar menghilang dan pergi meninggalkan Davin CS.
"G-gue, ggak tau," jawab Davin terbata-bata.
"Bohong, lo pasti tau tentang Farrel. Ada yang lo sama Galuh sembunyiin kan dari gue?"
Tamara tidak percaya sama sekali. Jika dilihat raut wajah Davin kurang meyakinkan namun Tamara tidak tahu apa isi pikiran Davin, dan ini pertama kalinya terjadi dengan Tamara.
'Davin orang yang lo suka Tam, lo gak bakal bisa baca pikiran dia.'
'Kenapa tiba-tiba gue gak bisa baca pikiran Davin? Gak mungkin kan dia sekarang gak mikir sesuatu? Apa jangan-jangan-'
"Gak, gue gak mau," ucap Tamara tiba-tiba dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Davin yang mengambang di laut kebingungan.
Davin mengira ucapan Tamara tadi dituju untuk Farrel, namun seseorang yang selalu mengikuti Tamara tahu siapa yang Tamara maksud.
"Gue gak mungkin kan suka sama Davin? Sedangkan gue aja masih ada perasaan sama Farrel," Tamara dari tadi hanya sibuk memikirkan itu.
"Lo kenapa?" Tanya Lala yang tidak sengaja lewat.
"G-gue eng-nggak papa," jawab Tamara terbata-bata, "Zeline mana?" Tanya Tamara.
"Dia di kantor, nyusun agenda. Yaudah deh gue ke kelas dulu ya, babay Tamara."
Lala langsung melenggang pergi meninggalkan Tamara dengan sejuta kebingungan.
"Apa gue tanya ke kak Olin aja ya tentang kak Jihan? Kan mereka deket dan otomatis kalo kak Olin tau tentang kak Jihan berarti juga tau tentang Farrel," pikir Tamara.
"Kayak denger nama Farrel?" Sahut Galuh tiba-tiba ada di belakang Tamara sambil senyum senyum.
"Astaga lo ngapain nyet?" Kaget Tamara.
"Lo ngapain mikirin Farrel?" Tanya Galuh.
Tamara menyuruh duduk Galuh untuk mendengarkan ceritanya, sudah panjang lebar Tamara bercerita namun respon Galuh sama seperti Davin tadi. Diam tidak menjawab.
'Apa gue ceritain aja kejadian waktu itu?'
Tampak dari raut wajah Galuh sedang mempertimbangkan sesuatu untuk diberitahu.
"Hah? Ada apa? Apa ini yang disembunyikan Davin juga?' Tamara tampak bingung dengan Galuh.
"Sebenarnya-"
###
Read, Comment, and Vote!
Author makin cintahhh sama kaleann:* tp boong
Jangan Silent Readers dong:'
Author unch:*
Ig: @aindh_
![](https://img.wattpad.com/cover/184295010-288-k515089.jpg)