Pergi

42 7 0
                                    

Kalau kamu begitu, lebih baik dari awal aku yang menghilang.

Tamara

Setelah membayar, Galuh langsung keluar menuju mobil tanpa memperdulikan Farrel yang sedang bermesraan entah bersama siapa, dia tidak peduli lagi.

Sepanjang perjalanan Tamara hanya diam menatap keluar dia hanya memandangi jalanan yang sedikit ramai. Padahal hari ini harusnya jadi hari yang bahagia untuknya tapi ternyata tidak.

"Tam, udah lupain aja." Ucap Galuh berusaha menenangkan Tamara. Tamara tidak merespon sedikit pun.

Davin yang sedang menyetir merasa iba melihat Tamara, ia pun meraih tangan Tamara dan digenggamnya.

"Ada gue." Ucap Davin meyakinkan Tamara karena dia akan selalu ada untuknya.

Tamara menghela nafas panjang, mungkin ini saat yang tepat untuk dia melepaskan Farrel, hatinya harus ditetapkan pada Davin.

"Kita bakal selalu ada kok buat lo," Zeline berusaha membangkitkan Tamara lagi, dia tidak ingin sahabatnya ini terpuruk sendiri.

"Kita kan classmates!" Ucap Galuh.

"Classmates is?"

"Best friends!" Seru mereka berempat, Tamara kembali tersenyum walau nampaknya dia memaksakan senyuman.

***

Mereka sudah sampai di rumah Tamara, memilih pulang karena Tamara sendiri yang minta.

"Gimana?" Tanya Zeline.

"Apa?" Galuh bingung.

"Ke Bali nya." Jawab Zeline.

"Besok aja minta izin, besok kita kesini lagi." Zeline mengangguk mendengarkan Davin.

"Tam, lo istirahat ya. Besok kita datang lagi." Ucap Davin.

Tamara mengangguk, "tumben cepet banget?" Tanya Mama Tamara.

"Tamara gak enak badan Tan katanya." Jawab Galuh.

Mama Tamara hanya mengangguk, wajar saja dia habis kecelakaan sudah diajak jalan. Awalnya sudah dilarang tapi tetap saja Tamara memaksa minta diizinkan walaupun bukan dia yang minta izin.

"Yaudah, kita pamit pulang ya, Tan." Ucap Davin. Mereka bertiga akhirnya pulang.

***

Tamara sibuk mengemaskan barang-barangnya. Dia tidak ingin ada satu pun yang tinggal, seharusnya begitu tapi karena tidak muat dalam koper alhasil dia hanya membawa yang penting-penting saja.

"Tamara, kamu yakin?" Tanya mamanya yang dari tadi melihat Tamara sibuk membereskan semua barang-barangnya.

"Iya, Ma. Ayok!" Ajak Tamara.

"Tapi kan kamu mau kuliah di luar juga, sayang."

"Kayaknya enggak deh, Ma. Tamara kuliah di Indonesia aja, cinta tanah air Ma." Jawab Tamara.

Mamanya menghela nafas, anaknya ini sepertinya tidak ingin meninggalkan teman-temannya tapi entah kenapa malah mamilih untuk pergi dari rumah itu.

"Kita pindah kemana aja deh, Ma."

"Rumah ini?"

"Suruh Dika aja yang tinggal di sini sementara sampai kita balik lagi ke sini. Lagian Dika kan kasian, Ma kalau harus ngekos terus bolak-balik." Ujar Tamara.

Mamanya menyetujui permintaan Tamara langsung menelpon Dika. Sedangkan Ayahnya sudah duluan pergi ke rumah baru bersama adiknya.

"Kita sama bahg Dera kan?" Tanya Tamara.

"Iya, tadi ayah udah duluan sama Rama."

"Baguslah." Ucap Tamara, setidaknya tidak terlalu ribut di dalam mobil nanti, dan barang-barang pun muat.

Mereka semua sudah siap di ruang tamu, tinggal menunggu Dika datang dan mereka akan pergi.

"Ma, Dika masih lama?" Tanya Tamara.

"Sebentar lagi sampai kayaknya."

"Tunggu aja, Tam." Sahut Dera.

Tamara hanya diam merenungkan sesuatu, dia sebenarnya tidak ingin melakukan ini tapi dia juga tidak sanggup jika harus terus-terusan melihat Farrel di kota ini.

"Assalamualaikum!"

Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang, Dika membawa dua kopernya.

"Waalaikumsalam, datang juga lo." Sahut Tamara, Dika tersenyum kikuk.

"Kenapa Dika disuruh tinggal di sini Tan?" Tanya Dika.

"Tanya sama Tamara noh," sahut Dera.

"Kenapa?" Dika bertanya kepada Tamara.

"Kita mau pindah, lo tinggal di sini aja sampai kita balik lagi ke rumah ini. Bebas mau ngapain asal lo gak ngerusak isinya." Jawab Tamara.

"Pindah kemana?"

"Adalah, pokoknya kita mau pindah. Oh iya kita pergi dulu ya, daa Dika! Jagain baik-baik rumahnya. Ayok Ma, Bang." Ucap Tamara.

Dera dan mamanya hanya diam, sedangkan Dika tidak mengerti ada apa. Tapi dia merasa sudahlah, yang penting dia sampai dirumah ini dengan selamat.

"Titip ya, Dika." Ucap mama Tamara.

"Jagain baik-baik." Bisik Dera.

"Ini buat kamu, dari Tante." Mama Tamara mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah, dan diberikan uang itu kepada Dika.

"Makasih, Tante." Ucap Dika, akhirnya mereka bertiga pun pergi dari rumah itu meninggalkan Dika yang sendirian. Tapi Dika tidak akan tinggal sendiri di rumah ini, tentu saja akan ada Gema yang menemaninya.

***

Dika langsung masuk kedalam kamar Tamara. Dia tahu kamar ter-adem adalah kamar Tamara dengan ukuran yang cukup luas.

Di dalam kamar Tamara masih banyak barang-barangnya, mungkin Tamara sengaja meninggalkan sisanya agar tidak terlalu ribet.

Dika langsung menaruh pakaiannya di dalam lemari Tamara, masih ada pakaian Tamara di dalamnya.

Karena lelah, Dika pun merebahkan dirinya di kasur empuk. Tidak sengaja dia melihat sebuah amplop di atas nakas. Dia pun mengambilnya, dilihat tulisannya "Classmates is best friend."

Seketika pikiran Dika beralih ketiga orang teman Tamara, siapa lagi kalau bukan Galuh, Davin, dan Zeline.

"Pasti ini untuk mereka." Gumam Dika, dia bukan orang yang kepo akut. Dan akhirnya dia menaruh kembali amplop itu lalu memilih untuk tidur.

Sebelumnya dia ingin memberitahu mereka tapi karena sudah malan dan dia lelah, akhirnya Dika memejamkan matanya.


ClassmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang