Ending

77 9 0
                                    

To: Davin, Zeline, Galuh.

Apa kabar? Gue pastiin saat kalian baca surat ini, kita udah gak berempat lagi.

Maaf, gue pergi gitu aja. Gue gak ikut liburan ke Bali bareng kalian. Sebenarnya pengen banget, tapi hati gue udah gak sanggup lagi di sana. Gue udah sakit hati banget lihat Farrel sama yang lain. Maaf, karena sakit hati gue ke orang lain gue harus ninggalin kalian. Tapi gue gak bermaksud buat ninggalin kalian kok, gue cuma mau cari kehidupan baru. Tapi gue gak bakal lupain kalian, tenang aja kalian tetap di hati.

Kalian tetap semangat ya di sana! Tetap selalu bertiga, gue pasti bakal balik lagi kok. Pasti. Kalian jangan bubar. Gue tau kalian pasti benci banget kan sama gue? Apalagi Zeline, iya gue tau cara gue ninggalin kalian begini salah. Tapi ini harus. Dan maaf kalau gue gak bisa dihubungi lagi. Inget aja ya, gue bakal balik lagi. Janji.

Makasih udah mewarnai hari-hari gue selama ini. Kalian memang sahabat terbaik yang pernah ada.

Maaf kalau yang kasih surat ini Dika, gue gak mungkin ngasih ini langsung ke kalian karena gue gak mau kehadiran gue yang terakhir ini bikin kalian benci sama gue. Maaf banget, gue harus pergi. Gue tahu kalian kecewa. Kesel kan? Pasti. Sekali lagi maafin gue.

Classmates is? Best friends!!

Tamara.

Air mata Zeline tumpah, dia menangis setelah membaca surat Tamara. Davin dan Galuh tak kuasa melihat Zeline yang bercucuran air mata.

"Zeline, udah." Ucap Galuh berusaha menenangkan Zeline.

"Gak, gue gak bakal benci lo Tamara!"

"Gua gak mau lo pergi!"

"Gue g-ggak mau hiks.."

Zeline menangis sejadi-jadinya. Dia harus berpisah dengan Tamara secepat ini. Harusnya Tamara tidak meninggalkannya.

"Dia bakal balik lagi, Zel." Ucap Galuh.

"Kapan, Luh? Kapan? Hiks, gue gak mau di-dia pergi hiks," Zeline langsung memeluk erat Galuh.  Dia menumpahkan semua air matanya pada Galuh. Sedangkan Davin hanya diam, dia diam, dia sakit. Tamara pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Kita jalani aja dulu semua ini tanpa Tamara. Gue yakin dia pasti bakal balik lagi." Ucap Davin lalu berdiri.

Zeline hanya diam, dia termenung masih sedikit terisak. Dia masih tidak mengerti ada apa dengan Tamara.

Bukan hanya Zeline, Galuh dan Davin pun juga masih tidak mengerti dengan Tamara. Sepertinya Tamara benar-benar ingin menghilang dari hadapan Farel, tapi mengapa harus pergi dari mereka juga? Ah entahlah.

***

Malam ini sepi rasanya, Davin termenung di balkon kamarnya. Menatap langit mungkin lebih indah daripada terus memikirkan Tamara yang pergi begitu saja tanpa cerita.

Yang dipikirkannya hanyalah Tamara, Tamara, dan Tamara saat ini. Dia ingin sekali mencari Tamara, tapi tidak mungkin. Tamara pergi tidak jelas kemana, dan semua sosial media, nomor telpon pun berubah.

"Tamara, dimana sih lo?" Davin frustasi ia mengacak rambutnya sendiri.

"ARRGH! Ini semua gara-gara Farrel, benar-benar cowok gak punya hati dia." Pikirnya.

ClassmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang