Pertengkaran Penambah Benci

17.5K 516 10
                                    

Pagi ini, lapangan basket salah satu SMA favorit di ibu kota mendadak riuh dikerumuni banyak siswa membentuk lingkarang besar. Dua kubu dengan masing-masing anggota tiga siswi yang berdebat sengit dengan saling menjambak menjadi tontonan seru sebelum bel masuk berbunyi. Sebagian siswa ada yang bersorak memperkeruh suasana dan ada juga hanya diam menyaksikan tanpa ada niat memisahkan.

Dalia Celina Putri, salah satu siswi yang menjadi pimpinan salah satu kubu itu terus menjambak lawannya tanpa ampun. Rambut berantakan dengan seragam yang sudah tak serapi tadi akibat tarikan lawannya yang sama sekali tak dipikirkannya, ”Gue sudah bilang, jangan dekati kak Arka lagi!” teriak Dalia sembari menjambak rambut Aqila.

“Memang siapa Loe ngantur gue?” sahutnya tak kalah sengit.

"Gue Dalia" jawab Dalia sedikit meringis akibat jambakan Aqila. Seorang lelaki berjalan membelah kerumunan dengan diikuti ketiga sahabatnya. Banyak siswa mengalihkan pandangan ke arahnya dan sama sekali tak diindahkan olehnya.

Lelaki itu menghentikan langkahnya sembari menghembuskan napas kasar melihat apa yang ada di hadapannya sekarang. Enam siswi yang masih sibuk bertengkar menunjukkan kekuatan jambakan yang mereka miliki, “Dalia lagi” cibir salah satu sahabatnya yang berdiri di sampingnya.

Keterdiaman banyak siswa membuat keenam siswi itu menghentikan pertengkaran mereka. Mereka berenam begitu terkejut melihat lelaki itu ada di depan mata mereka.

Aqila tersenyum sinis sebelum menampilkan senyum manisnya. Ia berjalan ke arah lelaki itu sembari merapikan tatanan rambutnya dengan jari. Ia memasang wajah memelasnya membuat Dalia berdecih, “Kak, ini bukan aku yang mulai. Dalia yang memulainya” adu Aqila dengan nada pura-pura sedihnya.

Lelaki itu sama sekali tak melihat ke arah Aqila dan lebih memilih menatap tajam ke arah Dalia. Dalia sendiri hanya diam tanpa mengatakan pembelaannya. Aqila mengalihkan pandangannya ke arah Dalia lalu tersenyum remeh padanya.

Lelaki itu berbalik lalu berjalan keluar kerumunan tanpa mengatakan hal apapun. Dalia sendiri menghela napas dalam sembari merapikan rambutnya. Para siswa yang menonton membubarkan diri setelah lelaki itu pergi, begitu juga dengan Aqila dan kelompoknya yang mengikuti langkah lelaki itu, “Ayo pergi” ajak Dalia pada sahabatnya lalu beranjak dari posisinya.

Di kelas XII MIPA – 1, lelaki itu duduk di bangkunya dengan tetap memasang wajah datarnya. Ia sebenarnya sudah muak melihat kejadian tadi yang sudah terjadi berulang kali dengan lawan yang berbeda yang dilakukan oleh Dalia yang notabennya adalah adik kelasnya. Ia tak habis pikir dengan gadis itu yang sangat suka mencari perkara.

“Cinta mati tuh Dalia sama Loe, Ka” celetuk Dennis duduk di depan lelaki itu dengan nada tak percayanya. Ia memang sudah tahu dari dulu jika Dalia sudah menyukai sahabatnya sejak masih duduk di sekolah menengah pertama.

“Gue nggak peduli”  jawab Arka singkat lalu mengeluarkan buku yang akan dibacanya. Agra dan Keenan tergelak mendengar jawaban dari sahabat mereka. Arka memang begitu dingin pada orang yang sama sekali tak disukainya dan Dalia masuk ke dalam kelompok itu.

Lelaki itu bernama Arka Rivano Wardhana, salah satu siswa favorit di SMA Seneca yang banyak diidolakan banyak siswi di sekolah ini maupun di sekolah lain. Apalagi Arka juga seorang ketua OSIS yang menjadikan dirinya mempunyai nilai tambah di mata para siswi. Berbeda dengan lelaki lain yang bakalan bahagia mengetahui hal itu, Arka malah tidak peduli.

“Terima saja lah, Ka. Walaupun sih si Dalia kalah jauh kecantikannya sama cinta gue, Alina” tambah Keenan membuat Arka menatapnya tajam. Keenan menunjukkan cengirannya melihat tatapan tajam Arka. Alina sendiri merupakan adik kandung Arka yang sekarang duduk di kelas X MIPA-3 dan juga merupakan adik kelasnya saat ini.

“Lo itu sudah enggak direstuin sama Arka” cibir Agra sembari mengelus kepala Keenan membuat Keenan kesal lalu menampik tangan Agra keras. Arka dan Dennis hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabatnya yang memang sedikit absurd.

Dalia menjadi pusat perhatian ketika ia dan sahabatnya masuk ke dalam kelas. Ia tak peduli dan tetap melangkahkan kakinya ke arah bangkunya, “Biasa saja lihatnya, nggak usah gini juga” sindir Dalia membuat beberapa pasang mata mengalihkan pandangan mereka.

“Lo keren juga, Dal. Bisa melawan tuh Aqila and the geng” puji salah satu teman sekelasnya membuat Dalia tersenyum.

“Kapan-kapan Lo bantu gue ya?” tambah temannya yang lain dan dibalas acungan jempol oleh Dalia. Memang Dalia dan sahabatnya sering membantu teman sekelas mereka yang mempunyai masalah tentang lawan-melawan membuat mereka begitu disenangi di kelasnya sampai mereka disebut The Angels. Tapi yang perlu di garis bawahi, ia dan sahabatnya hanya membantu orang di pihak yang benar.

Suasana kelas yang semulanya ramai sontak senyap ketika seorang guru yang terkenal killer memasuki kelas dan lebih menakutkannya lagi, ia merupakan wali kelas di kelas ini. Semua siswa duduk di tempatnya masing-masing begitu juga dengan Dalia.

Dalia menengguk salivanya kasar melihat tatapan tajam Bu Teressa padanya, “Kayaknya ada yang kagak beres” bisik Seana pada Dalia dengan menutup mulutnya supaya tidak terdengar oleh lainnya.

Bu Teressa duduk di bangkunya seraya meletakkan laptop yang ia bawa. Ia kembali mengarahkan pandangannya pada Dalia sebentar lalu mengarahkan pandangannya ke siswa yang lain, “Kamu buat ulah apa lagi?” tanya Bu Teressa dengan nada tegasnya menatap tajam ke arah Dalia. Sontak saja semua siswa hanya bisa diam takut dimarahi bila ikut bicara.

“Saya tidak buat masalah apa-apa, Bu” elak Dalia mencoba meyakinkan dengan memberikan senyumannya.

“Sudah berapa kali ibu bilang?  Jangan suka mencari masalah. Tapi kamu dan gengmu sama saja, tidak ada yang berubah. Sekarang kamu dan teman-temanmu ke ruang BK menemui Bu Ninis!” omel Bu Teressa sedikit menakutkan.

Dalia menganggukkan kepalanya lalu berdiri dari duduknya dan diikuti oleh sahabatnya. Bukannya takut, Dalia begitu santai karena ini bukanlah yang pertama untuknya dipanggil BK.

Dalia melihat ke arah pintu ruang BK dengan tatapan jengah. Tatapannya berubah ketika seseorang yang sudah tercatat dalam buku orang yang ia benci membuka pintu ruang BK.

Aqila dan gengnya menatap Dalia tajam dengan senyuman sinis mereka, “Selamat” cibir Aqila dengan nada kemayunya lalu melangkahkan kakinya dan menabrak bahu kanan Dalia sampai Dalia sedikit terhuyung. Dalia berdecih kesal lalu menoleh ke belakang menatap sinis Aqila yang berjalan menjauh.

“Emang gila tuh cewek” kesal Anggi memperhatikan kepergian Aqila dan gengnya. Dalia menghembuskan napas dalam lalu membuka pintu ruang BK dan masuk ke dalamnya diikuti oleh kedua sahabatnya.

Arka keluar dari kelas dengan memakai baju olahraganya sembari membawa bola basket yang akan menjadi materi pelajaran kelasnya pagi ini. Ia berjalan bersama ketiga sahabatnya ke arah lapangan basket.

Tatapannya teralihkan ketika ia tak sengaja melihat Dalia dan kedua sahabatnya hormat pada bendera merah putih di tengah teriknya matahari pagi, “Itu Dalia lagi?” kekeh Agra melihat ke arah Dalia.

Dalia yang merasa diperhatikan oleh seseorang sontak mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum mengetahui siapq yang melihat ke arah dirinya. Ia lalu melambaikan tangannya pada Arka seolah ia mengatakan jika ia tak apa.

Arka mengerutkan dahinya melihat tingkah absurd Dalia. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya, ia kira dengan melaporkan Dalia akan membuat Dalia sadar tapi nyatanya dugaannya salah, “Cewek aneh” gumam Arka yang masih terdengar oleh ketiga sahabatnya lalu beranjak dari posisinya berjalan ke arah lapangan tempat teman sekelasnya sudah berkumpul.

“Ayo kita taruhan! Arka bakalan jadian sama Dalia apa kagak? Kalau gue kayaknya kagak sih. Kalau Lo bagaimana?” tanya Dennis pada Agra dan Keenan. Agra lebih sependapat dengan Dennis.

“Oke, gue milih bakalan jadian. Yang kalah harus traktir gue pizza!” ucap Keenan dan disetujui kedua sahabatnya. Mereka berjabat tangan menyetujui kesepakatan mereka sebelum menyusul Arka yang sudah pergi terlebih dahulu.

------

Hayo bagaimana kelanjutannya nih? Arka bakalan jadian sama Dalia atau tidak atau jadian sama orang lain?

Mau lanjut kapan nih? Lusa atau weekend??

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang