Dalia berjalan ke arah kontrakannya seraya membawa kantong belanjaan. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang lelaki duduk di depan kontrakan. Dalia tersenyum ketika lelaki itu berdiri menyambutnya lalu berjalan mendekat ke arahnya.
"Ada apa Mas ke sini?" tanya Dalia pada lelaki yang begitu berjasa untuknya. Lelaki yang tak sengaja ia kenal yang selalu membantunya selama ini.
"Aku tadi tadi pulang dari kerjaan. Terus nggak sengaja lewat tempat penjual rujak cingur kesukaanmu. Jadi, sekalian aku beliin" jelasnya menyodorkan kantong plastik kecil berisi rujak yang dibungkus dengan kertas minyak.
Dalia terkekeh pelan lalu menerima pemberian lelaki itu, "Seharusnya Mas nggak usah repot-repot. Mas udah sering lo beliin aku tapi aku jarang beliin Mas" pungkas Dalia seraya tersenyum lalu mempersilahkan lelaki itu duduk kembali di kursi depan kontrakannya yang memang ia sediakan jika ada tamu. Ia tak bisa mengajaknya ke dalam takut menimbulkan fitnah di antara tetangganya.
Lelaki itu bernama Almas Dito Kuncoro, seorang lelaki pekerja minimarket yang tak sengaja ia kenal saat pertama kali ia datang ke kota ini. Dulu ia pernah lupa tidak membawa dompet saat belanja di minimarket. Ia begitu bingung karena minimarket dan tempat tinggalnya cukup jauh. Saat itu Almas adalah kasirnya dan dengan baik hati ia membayarkan dulu belanjaannya lalu digantinya di kemudian hari.
Kalau ada yang tanya, Almas ganteng apa tidak? Jawabannya iya. Dia memiliki mata yang tidak terlalu lebar. Bisa dibilang sipit. Hidungnya mancung dan ia memiliki kulit kuning langsat. Dia juga memiliki tinggi sekitar 170 cm.
"Kamu sudah kerja di situ? Enak nggak?" tanya Almas penasaran dan diangguki oleh Dalia.
"Lumayan sih, Mas. Walaupun aku lulusan SMP, aku bisa diterima di situ. Bayarannya juga besar. Yang jadi masalahnya itu mandornya, suka banget nyindir. Risih tau nggak" kesal Dalia menceritakan keluh kesahnya.
Almas terkekeh pelan mendengarnya, "Dijalani saja. Daripada di tempat kerja yang dulu lebih enak yang sekarang kan?"
Dalia menganggukkan kepalanya, "Iya sih, aku coba dulu deh" ujar Dalia seraya tersenyum.
"Oh ya, kenapa kamu nggak ambil paket C aja. Siapa tahu nanti kamu juga bisa kuliah? Aku kemarin dapat info dari Ivan ada program paket C. Pendaftarannya dua bulan lagi" saran Almas dan diangguki oleh Dalia.
"Kayaknya uangku cukup buat ikutan kalau sekarang" kekeh Dalia. Jujur saja, ia sedikit bermasalah dalam urusan finansial. Uang tabungannya cepat habis karena hidup di kota sebesar ini apalagi saat itu mencari pekerjaan dengan ijazah SMP begitu sulit.
Setelah mendapat pekerjaan pertamanya sebagai office girl di salah satu perusahaan, ia memutuskan pindah dari rumah pengasuhnya. Ia begitu tak enak hati kalau tinggal di sana lebih lama apalagi pengasuhnya telah meninggal empat tahun lalu karena hipertensi.
"Oh ya udah. Kalau mau, kamu bisa hubungin aku. Nanti aku daftarin" ujar Almas seraya berdiri dari duduknya.
"Aku cabut dulu ya. Kasian Ivan nunggu aku di kost sendirian" pamit Almas dan diangguki oleh Dalia. Setelah mengucapkan salam, Almas menaiki sepeda motornya lalu pergi.
Dalia menghela napas panjang lalu berbalik dan membuka kunci pintu kontrakannya. Kontrakannya tidak terlalu besar. Bahkan bisa dibilang kecil. Untung saja ia mendapatkan kontrakan murah dengan jalan gang yang tak terlalu sempit. Walaupun sebagian ruangan temboknya terbuat dari anyaman bambu dan kadang gentengnya bocor saat hujan deras. Tapi ia cukup bersyukur mendapatkannya.
Dalia merebahkan diri di kasur setelah mengganti bajunya. Ia memejamkan matanya mencoba menghilangkan penat setelah seharian bekerja. Ia mengambil ponsel yang berada di sampingnya lalu menyalakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...