Dalia berjalan cepat menuju kelasnya. Langkahnya terhenti ketika tak sengaja melihat orang yang sedang ia cari sejak tadi pagi. Giginya bergemelatuk seraya mengepalkan kedua tangan menatapnya tajam.
Dalia berjalan cepat ke arah perempuan itu lalu menarik kerah seragamnya membuat orang seisi kelas mengarahkan pandangan terkejut ke arah mereka. Dalia sedikit menengadahkan kepalanya dengan mata yang memerah.
"Lepasin, Dal! Apa-apaan sih lo?" ucap Zive menengahi seraya berusaha membuat Dalia melepaskan pegangannya begitu juga dengan Seana.
Dalia menangkis tangan kedua temannya tanpa mengalihkan pandangan pada orang yang sekarang begitu sangat dibencinya, "Lo..... perempuan nggak tahu diri! Mau apa Lo, Hah?" sentak Dalia menguatkan tarikannya. Dalia berkali-kali mengambil napas berusaha sedikit menahan emosinya.
Perempuan yang notabennya adalah sahabatnya sendiri tersenyum remeh tanpa ada tatapan ketakutan, "Udah tau?" celetuknya santai dengan mengernyitkan dahinya. Dalia menatapnya tajam lalu mendorong Anggi kuat sampai terhuyung menabrak bangku di belakangnya.
Teman-temannya tak ada yang berani memisahkan Dalia, malah mereka penasaran mengapa Dalia malah bertengkar dengan sahabat karibnya sendiri. Anggi merubah posisinya berdiri tegak lalu menatap Dalia dengan tatapan remeh.
"Pengkhianat! Tak tau diri! Ibu sama anak nggak ada bedanya. Sama-sama perebut" seru Dalia menekan semua kata dengan sedikit menurunkan intonasi bicara di akhir kalimatnya.
Anggi terkekeh pelan berusaha untuk berdiri lalu memasukkan salah satu tangannya di saku rompi menatap Dalia dengan senyum remehnya, "Bagus kalo Lo udah tau. Sekarang nggak ada kepuraan lagi, Saudara tiriku" tekan Anggi menekankan dua kata di akhir kalimatnya sontak membuat semua orang merasa terkejut begitu juga Seana dan Zive. Mereka sama sekali tak percaya dengan apa yang baru mereka dengar.
"Berarti Lo sama Dalia......." tanya Zive dengan nada syoknya dengan sedikit terbata-bata.
Anggi menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya pada Dalia, "Iya, itu benar" jawabnya santai.
Plakkkk.......
Di lain tempat, seseorang berlari mencari bantuan. Ia tak bisa meminta bantuan pada guru karena sedang ada rapat sedangkan suasana di kelasnya sudah mulai mencekam. Ia tersenyum ketika tak sengaja mendapati Arka dan sahabat-sahabatnya berjalan ke arahnya.
"Kak, please. Gawat" pintanya memohon membuat Arka mengerutkan dahinya bingung.
"Ada apa, Sil?" tanya Arka bingung melihat adik kelasnya dan sekaligus anggota OSIS di masa kepemimpinannya.
"Kelas........Dalia" jawab Cesil terbata-bata. Sebelum menyelesaikan ucapannya, Arka langsung berlari menuju kelas Dalia tanpa menunggu kelanjutannya diikuti ketiga sahabatnya.
Arka membelalakkan matanya tak percaya dengan semua ini. Ia melihat Anggi yang jatuh tersungkur dengan pipi yang memerah. Arka berusaha membelah kerumunan di depan pintu mencoba untuk menengahi.
"Lo pengecut! Pengkhianat!" teriak Dalia seraya menjambak Anggi yang sudah tak bisa melawannya dengan kuatnya.
"Stop!" teriak Arka sama sekali tak diindahkan Dalia yang terus menjambak rambut Anggi.
Dengan cepat, Arka menarik pergelangan tangan Dalia kuat sampai Dalia terjerembab jatuh. Arka melihat ke arah Dalia dengan rambut yang sudah acak-acakan dengan pipi yang telah berlinang air mata. Baru pertama kali ini ia melihat Dalia menangis seperti ini.
Agra dan Dennis berusaha membantu Anggi berdiri, sedangkan Arka menatap Dalia tajam. Bu Teressa yang baru saja masuk kelas dibuat terkejut dengan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...