Arka berdiri di tepi Danau belakang sekolah dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku almamater. Suara derap langkah membuyarkan lamunannya.
"Apa yang pengen lo omongin?" tanya Jerro yang berdiri di sampingnya tanpa mengarahkan pandangan padanya.
Arka tersenyum kecil lalu menoleh ke arah Jerro, "Lo bener, gue terlalu pengecut soal itu" pungkas Arka lalu menghela napas pelan.
Jerro mengerutkan dahinya bingung, "Soal apa?" tanyanya menoleh ke arah Arka.
"Soal Dalia" jawab Arka sekenanya.
"Gue nggak bisa kayak lo yang bebas. Gue nggak berani buat ambil tindakan semudah itu, Je" jelas Arka seraya memejamkan matanya.
Jerro terdiam menatap wajah sendu sahabatnya, "Di satu sisi prinsip gue kalah semenjak dia datang dalam hidup gue dan di sisi lain ada orangtua gue"
"Jujur aja, gue benci dengan sifatnya tapi gue tertarik dengan dia. Aneh bukan?" kekeh Arka menoleh ke arah Jerro. Jerro tersenyum kecil lalu menepuk bahu Arka pelan.
"Gue takut dekat dengannya. Gue sebenarnya tahu semua masalahnya mulai dari keluarga dan tentang depresinya. Ingin sekali gue di sampingnya, memberinya semangat dan kebahagian tapi impian gue membuat gue harus nyerah begitu saja" ucap sendu Arka memejamkan matanya seraya menghela napas panjang.
"Terus lo mau lakuin apa?" tanya Jerro.
Arka menggelengkan kepalanya pelan, "Gue nggak tahu. Untuk saat ini gue gk bisa ngelakuin apapun atau menjanjikan sesuatu" pasrah Arka seraya mengarahkan pandangan pada Jerro.
"Tolong jaga dia seperti lo menjaga seorang yang lo cintai. Terima kasih karena lo udah baik dengan Dalia" pinta Arka dengan tatapan tulusnya. Arka tahu jika Jerro menyukai Dalia sedari dulu. Memang tak ada hal yang ditutupi di antara mereka.
Bisa dibilang sahabat yang paling dekat dengannya adalah Jerro karena dia adalah teman masa kecil yang paling mengerti tentang dirinya. Ia tak bisa egois tentang hal ini.
Arka menepuk bahu Jerro sebelum melangkahkan kakinya pergi. Jerro menganggukkan kepalanya paham. Setelah kepergian Arka, ia tetap dalam posisinya. Menatap danau yang berada di depannya.
"Apa aku terlalu jahat, Tuhan?" gumam Jerro seraya menghembuskan napasnya pelan lalu berbalik dan melangkahkan kakinya pergi.
Langkah Arka terhenti tak sengaja berhadapan dengan Dea di koridor menuju kelasnya. Entah mengapa bertemu Dea saat ini membuatnya sedikit gundah.
Dea berjalan mendekat ke arah Arka dengan senyum lebarnya. Arka sendiri hanya tersenyum kecil sebagai balasannya.
"Kakak kemana aja? Dua hari ini Kakak nggak pernah lagi balas WA ku?" tanya Dea.
Arka terdiam memikirkan jawaban apa yang paling tepat, "Gue harus fokus ke TOEFL" jawab Arka sekenanya dan diangguki pelan oleh Dea. Padahal sebenarnya Arka begitu menguasai bahasa inggris.
"Kakak ntar ada waktu nggak? Aku mau nyicil barang-barang buat persiapan LDK ntar. Aku ngajak Cici tapi dia sibuk" tanya Dea dengan wajah memohonnya.
Arka terdiam lalu tersenyum datar, "Kayaknya nggak bisa. Gue udah janji buat anterin mama belanja" alibi Arka dengan wajah meyakinkannya. Ia harus bisa menjaga jarak dengan Dea kali ini karena jujur saja ia masih sedikit takut tentang perjodohan itu.
Dea menatap lesu lalu menganggukkan kepalanya mengerti, "Oh ya udah, ntar aku ajak yang lain aja" pasrah Dea dan diangguki oleh Arka. Dea melangkahkan kakinya kembali tak lupa ia berpamitan pada Arka. Arka menghembuskan napas lega setelah memastikan Dea sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...