Earphone

4.3K 354 24
                                    

Dalia membantu teman-temannya membawa barang-barang ke bus sekolah yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Bukan bus sewaan tetapi bus milik sekolahan dan bukan hanya satu bus tapi ada empat bus yang dimiliki.

Dalia memalingkan wajahnya ketika tak sengaja bertatapan mata dengan Arka yang berdiri mengatur barang. Ia tak ingin acara move on nya yang sudah 50% berhasil seketika turun menjadi 1% hanya gara-gara melihat tatapan mata Arka.

Ia sudah berjanji kali ini bahwa dia akan benar-benar melupakan rasa cintanya. Mungkin takkan benar-benar melupakan karena sekuat apapun melupakan, di dalam ingatan masih jelas teriang bahwa dia pernah mencintai.

"Sini biar aku yang bawa" seru Yana menarik barang yang akan dibawa Dalia dengan sedikit takut. Ia tahu jika Dalia seperti enggan berdekatan dengan Arka dari tatapannya.

Dalia mengalihkan pandangannya memincingkan mata menatap Yana dalam. Yana merupakan anak salah satu asisten di rumahnya yang kerap kali membuat Dalia marah karena berani mendekati Arka. Yana adalah salah satu siswi penerima beasiswa di sekolahnya.

Dalia pernah membully nya dengan mempermalukannya di depan teman-teman sekelasnya hanya gara-gara dia dan Arka berjalan ke kantin berdampingan, "Kenapa dari kemaren-kemaren lo terus deketin gue?" ketus Dalia seraya bersendekap dada.

Yana yang mendengar pertanyaan Dalia seketika menegakkan badannya kembali, "Bukan begitu, Non. Saya hanya ingin membantu" jawab Yana tulus seraya tersenyum.

"Jika Non butuh apa-apa, bilang saya saja. Saya siap kok" lanjutnya membuat Dalia terdiam.

Yana melihat tatapan Dalia seketika menundukkan kepalanya takut. Tatapan Dalia begitu menakutkan untuknya apalagi mengingat Dalia dulu pernah memarahinya.

"Kenapa lo masih bisa baik sama gue? Apa lo nggak inget dulu gara-gara gue beasiswa lo hampir dicabut?" tanya Dalia dan dibalas gelengan oleh Yana.

"Bagaimana saya bisa seperti itu sama Non? Hal itu tak sebanding dengan keluarga Non yang sudah berbaik hati menerima ibu saya berkerja sehingga saya bisa mendapatkan tempat berteduh dan sesuap nasi sampai sekarang" sahutnya seraya tersenyum kecil.

"Dulu Non juga sering memberikan mainan yang begitu bagus pada saya" tambahnya membuat Dalia terdiam. Ya memang dulu Dalia berteman baik dengan Yana saat merasa kesepian bahkan sejak masih kecil.

Yana yang melihat keterdiaman Dalia menelan salivanya kasar. Ia merasa salah bicara sampai majikannya terdiam seperti itu.

"Saya duluan" pamit Yana lalu melangkahkan kakinya pergi.

"Berhenti!" titah Dalia membuat Yana menghentikan langkahnya. Yana terkejut bukan main saat Dalia tiba-tiba memeluknya. Bahkan ia merasa ini seperti mimpi. Ia sampai tidak bergeming sama sekali.

"Maafin gue pernah jahat sama lo" pinta Dalia tulus membuat Yana mendengarnya begitu terkejut. Benarkah seorang Dalia meminta maaf padanya?

Yana tersenyum lebar lalu membalas pelukan Dalia. Ia  sampai meneteskan air matanya saking tak percayanya dengan sotuasi ini. Iamerasa penyesalannya sejak dulu runtuh sudah.

"Saya yang harusnya minta maaf bukan Non" ujar Yana membuat Dalia merenggangkan pelukannya. Dalia bingung melihat Yana malah menangis.

"Kenapa nangis?" tanya Dalia bingung dan dibalas gelengan oleh Yana.

"Saya bahagia, Non"

Jawaban Yana sontak membuat Dalia tergelak. Yana yang melihat Dalia tertawa juga ikut tertawa.

"Lo lucu banget sih, udah nggak usah nangis kayak lo habis ketemu artis aja" kekeh Dalia seraya menepuk bahu Yana.

Yana terkekeh pelan seraya mengusap air matanya, "Ah, Non bisa aja"

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang