Alina duduk di samping Arka yang masih sibuk dengan buku bacaannya. Ia meliriknya sebentar ingin mengatakan sesuatu. Mereka duduk di gazebo samping rumah yang biasanya sebagai tempat kumpul mereka saat malam tiba.
Yohan yang duduk di hadapan kakak-kakaknya sesekali memperhatikan mereka. Tak biasanya kakak perempuannya diam seperti ini, biasanya ada saja yang dibicarakannya.
"Kak" cicit Alina dan hanya dibalas deheman oleh Arka tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku yang tengah ia baca.
"Kak Keenan ngajak Kak Alina kencan" celetuk Yohan dengan santainya dan langsung mendapat tatapan tajam dari Alina dengan sorot mata yang mengisyaratkan jika Yohan harus diam.
Yohan ditatap seperti itu hanya tersenyum mengejek tanpa merasa bersalah. Arka menurunkan bukunya lalu menatap Alina tajam.
"Izin sama papa" pungkas Arka membuat Alina meringis takut membayangkannya. Bagaimana ia bisa meminta izin papanya? Papanya saja melarang dia untuk keluar berdua dengan lelaki selain keluarganya.
Ia saja bisa membayangkan bagaimana tegasnya papanya saat nanti ia meminta izin. Pasti salah satu dari kedua saudaranya akan mengikutinya dan itu membuatnya tak bisa bebas.
"Opsi pertama. Jika izin, Kakak bakalan tahu tegasnya papa. Opsi kedua, papa bakalan lebih marah kalo Kakak pergi tanpa izin" imbuh Yohan memperjelas.
Alina mendesah kesal dengan mengerucutkan sedikit bibirnya. Memang papanya dan ayahnya begitu tegas menolak jika dirinya dekat dengan lelaki. Kata mereka, jika ini untuk kebaikannya tapi dia tak akan bisa merasakan masa remajanya dengan sempurna.
"Please, Kak. Bantu bilang sama papa ya" pinta Alina memelas. Arka mendesah panjang melihat mimik wajah Alina. Ia tahu jika adiknya menaruh hati pada salah satu sahabatnya.
"Oke" putus Arka membuat Alina langsung mencium pipi kanannya sebagai tanda terima kasihnya, "I love you so much, my brother" ucap Alina memeluk kakaknya bahagia.
"Tapi Kakak nggak bisa menjanjikan apapun" peringat Arka dan diangguki mengerti oleh Alina dengan tersenyum kecil. Arka ikut tersenyum melihat senyum Alina. Baginya, kebahagian kedua adiknya adalah segalanya.
Arka perlahan melangkahkan kakinya ke arah kamar orangtuanya. Ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu seraya menghela napas panjang. Ia menggerakkan tangannya mengetuk pintu beberapa kali sebelum ia langsung berhadapan dengan papanya yang membukakan pintu.
Arka tersenyum kecil lalu masuk ke dalam kamar orangtuanya. Ia melihat mamanya yang duduk menyamping di tempat tidur memperhatikannya.
"Ada apa, Ka?" tanya Vania dengan tersenyum lembut pada putera sulungnya.
"Arka mau minta izin, Ma, Pa" jawab Arka to the point.
"Minta izin apa?" tanya Rio berdiri beberapa langkah darinya.
Arka menelan salivanya lalu tersenyum datar, "Gini, Arka mau minta izin. Bukan buat Arka sih, buat Alina" ringis Arka bingung bagaimana cara meminta izin.
"Besok Alina diajak jalan sama Keenan" lanjutnya berbicara cepat. Rio dan Vania saling bertukar pandangan sebelum Rio berdehem pelan.
"Tidak, Papa tidak memberi izin" tegas Rio.
"Please, Pa. Kali ini aja" pinta Arka memasang wajah memohonnya.
"Sama Arka juga kok" bohongnya meyakinkan papanya. Rio mengerutkan dahinya menatap puteranya menyelidik.
"Nggak papa lah, Kak. Kan sama Arka juga" celetuk Vania membela Arka lalu diangguki cepat oleh Arka.
Rio menghela napas panjang lalu menganggukkan kepalanya membuat Arka langsung tersenyum lebar, "Tapi pulangnya nggak boleh lebih dari jam setengah sembilan malam" syarat Rio dan diangguki cepat oleh Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...