awal seteru

4.6K 342 14
                                    

Semua siswa sekelas langsung mengalihkan pandangan mereka ketika seorang yang mereka tunggu mengetuk pintu. Keenan, Agra, dan Dennis langsung bernapas lega melihat sahabat mereka telah sampai. Mereka tahu jika Arka akan terlambat, maka dari itu mereka yang mengusulkan Arka melewati tembok belakang.

"Dari mana saja kamu, Arka?" tanya Bu Rara seraya bersendekap dada.

"Maaf, Bu. Tadi saya harus ke kamar mandi" bohong Arka seraya meringis kecil. Ia tahu juka berbohong adalah hal yang salah. Tapi, jika tidak begini, malah nanti akan membuatnya terkena hukuman.

Bu Rara menyipitkan matanya menelisik lalu menganggukkan kepala mengisyaratkan jika Arka boleh duduk. Arka tersenyum kecil lalu mendekat ke arah Bu Rara dan menyalaminya.

"Kok Lo lama banget sih?" tanya Agra yang duduk di belakangnya berbisik.

"Ada masalah dikit" jawab Arka sekenanya seraya mengeluarkan buku pelajarannya.

Agra mengerutkan dahinya melihat bibir Arka yang memerah. Pikiran negatif mulai muncul di dalam otaknya.

"Woy, usap bibir lo" titah Agra pelan sontak membuat Arka mengerutkan dahinya. Walau seperti itu, ia menuruti perintah Agra.

09.00 WIB
Lapangan Basket

Arka memberikan pengarahan pelatihan baris berbaris untuk pelantikan OSIS minggu depan setelah penetapan ketua OSIS dua minggu yang lalu. Pemungutan suaranya sendiri sudah terjadi sebelum seleksi anggota OSIS baru.

Dalia sendiri sedari tadi terus mengarahkan pandangannya pada Arka yang berdiri lumayan jauh darinya karena ia berada di baris paling belakang. Ia berpikir bahwa Arka begitu keren ketika seperti ini. Terlihat tegas dan juga beribawa.

Begitupun dengan Zive. Ia beberapa kali mencuri pandang ke arah Arka membuat Alina yang berdiri tepat di samping kirinya berdecak pelan.

"Ganteng apanya coba cowok cuek kayak gitu?" gumam Alina pelan tak terdengar oleh Zive.

Alina saja masih belum bisa berbicara dengan kakaknya semenjak kejadian seminggu yang lalu. Setiap kali ia mendekat, Arka malah langsung menjauhinya. Kadang hanya bicara singkat dan langsung pergi.

Sebenarnya ia juga menyesal mengatakan hal itu. Hanya saja memang saat itu suasana hatinya sedang kacau membuat dirinya langsung bicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Setelah dua jam berlatih, Arka membubarkan barisan untuk beristirahat sebentar sebelum latihan kembali nantinya. Arka berjalan ke arah bangku penonton seraya memasukkan tangan kanan pada sakunya.

"Kak" panggil seseorang membuat Arka membalikkan badannya.

"Ya, ada apa?" tanya Arka pada perempuan yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Ini" ucapnya seraya menyodorkan botol berisi air mineral padanya. Arka mengernyitkan dahinya kecil lalu tersenyum.

"Tidak usah, terima kasih. Gue tadi udah nitip" tolak Arka halus.

"Nggak papa, aku bawa dua" paksanya seraya tetap menyodorkan.

Arka menipiskan bibirnya berpikir. Ia menganggukkan kepalanya pelan lalu menerimanya membuat perempuan itu langsung tersenyum lebar.

"Thank you......." ucap Arka terhenti berusaha mengingat nama perempuan ini.

"Zive" cetus Zive memberitahu namanya.

Arka tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, "Thank you, Ziv" ulang Arka dan diangguki oleh Zive. Arka membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya kembali ke tempat ia tuju.

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang