Arka membuka helm lalu merapikan rambutnya dengan jarinya sebelum ia melangkahkan kaki ke arah kelas. Hari ini ia berangkat lebih pagi karena harus mengurusi tes pendaftaran OSIS besok.
Alina sendiri lebih memilih diantarkan papanya daripada ikut berangkat pagi bersamanya. Arka tersenyum mendapati Dea yang sudah menunggunya di bangku depan kelasnya.
"Hai, Kak. Maaf kemarin aku nggak bisa karena harus nemenin mama. Kakak kan tahu sendiri gimana kalau aku enggak nurut" jelasnya dan diangguki oleh Arka.
"Enggak papa, oh ya bisa ngerjain sekarang? Biar ntar gue bisa enggak ikut rapat. Ada les" ajak Arka dan disetujui oleh Dea.
Dea sendiri juga termasuk anggota inti OSIS lebih tepatnya sebagai sekretaris yang selalu sibuk setelah ketua OSIS. Arka dan Dea pun berjalan beriringan ke arah ruang OSIS bersama.
Dea melirik ke arah Arka yang begitu sibuk membaca laporan-laporan yang berada di tangannya. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia langsung mengurungkan niatnya.
"De, ini kemarin gue ngetiknya salah urutan. Tolong perbaiki yang ini ya? Taruh di bagian D" pinta Arka memberitahu di bagian mana yang ingin diperbaiki.
Arka mengalihkan pandangannya ketika tak mendengar jawaban Dea, "Dea" panggil Arka kembali. Ia mengerutkan dahinya melihat Dea yang hanya terdiam menatap laptop seperti melamunkan sesuatu.
"De" ulang Arka menyentuh bahu Dea sontak membuat lamunan Dea buyar. Dea sedikit gelapan karena terkejut lalu memberikan senyumannya pada Arka.
"Ada apa?" tanya Arka penasaran.
"Ah.... Nggak kok cuma kepikiran tugas" alibi Dea seraya tersenyum.
"Ada apa?" tanya Arka yang mengerti jika Dea berbohong.
Dea memandang mata Arka dengan tatapan khawatirnya. Arka yang dipandang seperti itu mengerutkan dahinya bingung.
"Kak, boleh aku minta sesuatu?" tanya Dea menyentuh tangan kiri Arka.
"Minta apa?" tanya Arka bingung. Ia sama sekali tak pernah melihat Dea dengan tatapan seserius ini.
"Aku minta Kakak jauhin Dalia. Berusahalah terus menjauhinya" pinta Dea dengan tatapan memohon dengan pandangan serius.
Arka tergelak lalu menjauhkan tangannya dari Dea. Ia menghela napas dalam lalu kembali mengarahkan pandangan pada Dea dengan menahan tawanya, "Gue kan udah jauhi dia. Udah, ayo ngetik lagi!" ujar Arka mengalihkan pembicaraan. Dea tediam seraya menghela napas panjang.
---------------
Dalia turun dari tangga menuju meja makan. Ia menghentikan langkahnya melihat papanya yang sudah duduk di meja makan mendahului dirinya. Padahal papanya biasanya langsung pergi ke kantor dan melewatkan acara sarapan pagi seperti inu.
Deheman papanya membuat lamunan Dalia buyar seketika. Dalia perlahan melangkahkan kakinya mendekat sembari menundukkan pandangannya. Ia memilih duduk sedikit jauh dari papanya.
Suara sendok dan garpu diletakkan di atas piring membuat Dalia mengalihkan pandangannya ke arah papanya beberapa detik. Ia melihat papanya yang sudah menyelesaikan sarapan dan mulai beranjak dari duduknya.
Ya inilah yang dirasakan setiap pagi oleh Dalia. Tak ada percakapan sama sekali di meja makan bahkan biasanya ia sudah bangun, papanya sudah pergi entah ke mana.
Dalia menundukkan pandangannya lalu melahap makanannya dengan tatapan sendu. Mungkin semua orang melihat dia orang yang begitu egois, pemaksa, pembully, dan nakal tapi itulah sebagai pengalihan rasa sedihnya.
----------------
Dalia berjalan santai ke arah jalanan depan komplek. Ia memilih naik taksi daripada meminta antar sopirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomansSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...