Dalia berjalan dengan santai ke arah kelasnya dengan memakan snacknya. Ia menghentikan langkahnya melihat ke arah depan ruang OSIS. Dalia mengerutkan dahinya bingung melihat banyak kerumunan siswa yang berebut entah melihat apa di mading OSIS.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah tempat mading lain dan ternyata sama saja. Ia mencoba berpikir keras mencari jawabannya.
"Ada apaan?" gumam Dalia penasaran lalu melangkahkan kakinya ke arah kerumunan.
Ia berjinjit mencoba melihat apa yang tertempel di mading OSIS. Tubuhnya yang pendek membuat dirinya sedikit kesusahan. Ia berdecak kesal lalu mencoba membelah kerumunan.
"Daftar nama OSIS yang terpilih" gumam Dalia membaca judul pengumuman. Ia membelalakkan matanya lalu berusaha lebih dekat ke arah pengumuman.
Dalia memfokuskan penglihatannya mencari namanya. Entah mengapa ia sedikit gugup tak sanggup jika ia tidak terpilih. Ia yakin jika sudah memberikan jawaban terbaik saat tes OSIS.
Dalia tersenyum lebar menemukan namanya tercantum di pengumuman itu. Ia begitu bahagia mendapati namanya dan ia masih belum percaya. Ia kembali mengarahkan pandangannya melihat siapa saja yang terpilih.
"Kenapa tuh cewek ke pilih juga" decak Dalia melihat nama Zive juga tercantum. Ia kembali melihat urutan nama yang terpilih walau harus sedikit berdesakan. Dalia mengerutkan dahinya membaca nama Alina yang tercantum di kertas pertama.
"Alina Resya W?" gumam Dalia mencoba mengingat-ingat. Ia seperti familiar dengan huruf paling belakang.
"Bukannya Kak Arka namanya juga gitu? Arkana Rivano W" pikir Dalia seraya memastikan kembali nama Alina.
"Mungkin kebetulan aja" pikir Dalia lalu beranjak dari posisinya keluar dari kerumunan.
Dalia tersenyum kecil mendapati Arka yang baru saja keluar dari ruang OSIS dengan membaca lembaran kertas yang ia bawa. Baru saja Dalia ingin menyapa langsung diurungkannya karena tiba-tiba melihat Zive yang entah dari mana datangnya mengajak Arka berbicara.
Dalia berdecak kesal seraya menatapnya tajam sebelum memutar balik badannya dan melangkahkan kakinya pergi tanpa peduli dengan hal yang baru saja ia lihat. Ia lupa jika sekarang orang yang perlu ia jauhi adalah Arka. Apalagi melihat senyuman yang diberikan Arka pada Zive membuatnya bertambah kesal.
Dalia duduk santai di bangkunya memperhatikan sekretaris kelas yang sedang menuliskan pergantian jadwal kelas di papan tulis. Pandangannya sedikit teralihkan ketika mendengar langkah kaki yang begitu ia kenal.
Dalia menatap santai ke arah Seana dan Anggi yang baru saja memasuki kelas. Dalia mengerutkan dahinya kecil sedikit bingung dengan sikap mereka. Biasanya saja, mereka menyapanya dan mengatakan maaf karena sudah membuatnya marah minggu lalu apalagi sekarang mereka hanya melewatinya saja tanpa memandang ke arahnya.
Dalia melirik ke arah bangku yang ditempati oleh Anggi. Ia baru sadar jika tas Anggi tidak ada di bangku sampingnya. Dalia menoleh ke belakang dan mendapati Seana dan Anggi berpindah bangku paling belakang di belakang Zive.
Dalia kembali mengarahkan pandangannya ke arah papan dengan pikiran yang berkecamuk. Ia memang merasa sedari tadi sikap semua temannya di kelas begitu berbeda, melihatnya dengan tatapan sinis dan tatapan penuh rasa kasihan.
Setelah bel istirahat berbunyi, Dalia langsung beranjak dari duduknya ke arah loker untuk menyimpan buku paketnya kembali. Ia tak peduli dengan tatapan sebagian teman sekelasnya lalu melangkahkan kakinya keluar kelas.
Dalia duduk di bangku perpustakaan membaca buku astronomi yang begitu ia sukai. Ia mengalihkan pandangannya mendengar kursi di depannya bergeser.
"Kenapa lo liatin gue kayak gitu?" ketus Dalia pada Jerro yang baru saja duduk di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...