Tak Bisa Menjauh

6.9K 468 135
                                    

Arka termenung menatap kosong ke arah piring kosong yang berada di depannya. Arka masih memikirkan tentang perkataan Dalia tadi sore yang masih begitu membekas dalam ingatannya. Bagaimana bisa Dalia yang selalu bergelimang kemewahan, hidup di kontrakan kecil seperti itu?

Billy yang berada di samping Arka menatapnya dengan pandangan bingung. Billy mengambil beberapa daging yang telah matang dari panggangan lalu meletakkannya di piring Arka.

"Apa yang Lo pikirin, Sob? Dalia lagi?" tanya Billy yang masih sibuk membalikkan daging yang tengah dipanggangnya. Billy mrmang sudah tahu tentang Dalia dari cerita yang Arka sampaikan padanya.

"Gue merasa bersalah sama dia" desah Arka lalu menyumpit daging dan melahapnya.

Billy mendesah panjang lalu mengarahkan pandangan ke arah Arka, "Gini ya, Bro. Lo itu dulu masih SMA. Lo masih punya banyak impian yang ingin Lo gapai dan saat itu Lo masih nggak punya apa-apa. Jadi, wajar Lo nggak bisa bantu Dalia" ujar Billy menyampaikan pandangannya.

"Berpikir rasional aja! Apa yang bisa dilakuin anak SMA jika orang yang tengah disukainya mempunyai masalah dengan keluarganya? Nggak ada!" tekan Billy dengan nada kesalnya.

"Dia bukan siapa-siapa Lo. Adik bukan, keluarga bukan, kerabat bukan. Dia itu orang lain dan Lo nggak berhak ikut dalam masalah dia"

"Pilihan Lo saat itu udah tepat untuk melupakan dia sejenak. Kita bukan di dunia film atau apa yang cowoknya sok-sokkan jadi pahlawan kesiangan. Di dunia nyata nggak ada yang seperti itu. Hanya orang bodoh yang rela melepaskan impiannya hanya karena orang yang dia suka" tambah Billy mengeluarkan semua pendapatnya.

Arka terdiam mendengarkan perkataan Billy. Memang jika dia saat itu diminta memilih antara 'cinta' atau 'impian', Arka pasti memilih yang kedua. Dia juga tak rela jika impian yang ia bangun dengan susah payah hancur karena seseorang yang belum pasti untuknya.

Arka menghembuskan napas lalu menganggukkan kepalanya paham. Billy tersenyum lalu menepuk bahu Arka untuk memberikannya semangat.

Di lain tempat, Dalia terdiam termenung tidur di kasurnya dengan posisi miring. Dalia masih memikirkan tentang kedekatannya dengan Arka. Bagaimana dia bisa dekat dengan Arka jika dia telah bersumpah takkan pernah bersama dengan Arka kembali?

Dalia memejamkan matanya mencoba melupakan rasa bersalahnya pada Arka. Dia hampir saja menjerumuskan Arka ke dalam masalahnya yang begitu rumit yang bisa berdampak fatal dalam kehidupan Arka.

Sejak Dalia mengetahui semua fakta yang ada, dia merasa sebagai sebuah kebodohan yang telah dilakukan oleh mamanya. Dari awal keberadaannya saja, Dalia sudah salah. Bagaimana dia bisa hidup jika masa lalunya kini telah berada di dekatnya?

"Apa yang harus aku lakukan? Di sisi lain aku mencintainya" gumam Dalia sembari memejamkan matanya.

"Aku harus melakukan sesuatu" ujar Dalia memikirkan rencana untuk membuat Arka jauh darinya.

-------------

Baru saja Dalia membuka pintu kontrakannya, dia menemukan Arka sudah berdiri di depan kontrakannya dengan bersandar di kayu penyangga. Arka yang melihat Dalia sudah keluar langsung melangkahkan kakinya mendekat ke arah Dalia.

"Kenapa Kakak di sini?" tanya Dalia dengan nada datarnya membuat senyum Arka seketika pudar.

Arka terdiam mengarahkan pandangan pada wajah Dalia, "Gue cuma pengen jemput Lo" jawab Arka menampilkan senyum manisnya.

Dalia hanya diam lalu berbalik mengunci pintu kontrakannya, "Kakak nggak perlu jemput aku. Aku bisa berangkat sendiri" ketus Dalia lalu melangkahkan kakinya melewati Arka. Arka mengernyitkan dahinya bingung atas sikap Dalia barusan lalu melangkahkan kakinya mengikuti Dalia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang