Alina membuka pintu kamar Arka secara perlahan. Ia mengitip terlebih dahulu mencari keberadaan kakaknya. Alina menghembuskan napas sebelum memasuki kamar.
"Ada apa?" tanya Arka tanpa mengalihkan pandangannya pada buku yang sedang dibacanya.
Alina melangkahkan kakinya ke arah Arka yang sedang duduk di kursi belajarnya lalu memeluknya dari belakang, "Apa Kakak nggak capek baca buku tiap hari?" tanya Alina lirih seraya tetap memeluk leher Arka.
"Keluarlah, Kak. Ayo jalan-jalan. Ini kan udah libur semester" pinta Alina melirik ke arah kakaknya.
"Nggak bisa, Al. Kakak harus persiapin semuanya. Pendaftaran beasiswa udah mulai deket. Kakak juga belum ngetik esai" tolak Arka pelan.
Alina menghembuskan napas dalam lalu melepas pelukannya. Ia melihat Arka dengan tatapan sendunya tanpa mengatakan apapun. Bahkan Arka tetap fokus pada bukunya.
"Kakak tahu apa yang akhir-akhir ini selalu membuatku kesal?" pungkas Alina seraya menundukkan pandangannya.
Arka terdiam lalu melirik ke arah Alina. Memang Alina akhir-akhir ini sering mengurung diri di kamar. Walau sedang liburan sekolah, ia sama sekali tidak pergi keluar bersama teman-temannya kecuali jika itu hal yang sangat penting.
"Kakak sekarang jarang ada waktu untukku. Biasanya Kakak sering jailin aku, ngajak keluar, atau berdebat denganku. Tapi rasanya sekarang itu adalah hal yang mustahil. Apalagi Kakak setelah ini akan pergi jauh dari sini"
"Kakak selalu belajar dan belajar. Nggak pernah ada waktu untuk hal lain"
"Jujur, aku terkadang cemburu dengan Dalia. Dia yang sekarang pergi entah kemana, tapi di sini Kakak berjuang keras untuk membawanya kembali. Aku selalu merasa Kakak lebih menyayangi dia daripada aku yang notabennya adik kandung kakak sendiri" ungkap Alina yang selama ini menjadi gerutuan dalam hatinya.
Arka yang tadinya ingin menyela, mengurungkan niatnya melihat wajah sendu Alina. Alina membalikkan badannya lalu beranjak keluar meninggalkan Arka yang masih terdiam.
Vania menghentikan langkahnya seraya mengerutkan dahinya bingung melihat Alina yang tiba-tiba keluar dari kamar Arka dengan wajah sendu. Alina bahkan tak menatapnya dan terus berjalan melewatinya.
Vania menghembuskan napas dalam lalu berjalan mendekati pintu dan membukanya. Ia melihat Arka menyandarkan tubuhnya dengan tatapan bingung.
"ini yang mama maksudkan selama ini" ujar Vania seraya membuka lemari Arka membawa lipatan pakaian yang sudah kering.
Arka hanya diam seraya memperhatikan mamanya, "Tidak usah mengharapkannya. Dia hanyalah orang lain yang tiba-tiba masuk dalam kehidupanmu"
"Kamu berjuang untuk masa depanmu karena dia. Tapi kamu lupa jika di sini banyak orang yang selalu mendoakanmu bahkan sepanjang siang dan malam" pungkas Vania seraya menata pakaian Arka. Arka yang mendengar hal itu tersentil hatinya sontak membuat dia merasa bersalah. Ia tahu jika tujuannya saat ini sudah berubah arah walaupun patokannya tetap sama.
"Ma" panggil Arka membuat langkah Vania yang baru saja ingin keluar terhenti.
"Arka memang menyukai dia. Tapi hanya Mama yang paling Arka sayang. Maaf jika Arka membuat Mama kecewa. Tapi Arka nggak bisa berbuat apa-apa walaupun Arka ingin seperti dulu lagi" ujar Arka sendu seraya menundukkan kepalanya.
Vania yang mendengar nada sendu Arka menghela napas dalam. Ia juga merasakan sakit melihat anak-anaknya bersedih.
Arka membuka matanya merasakan tepukan pelan di bahunya. Ia melihat seseorang berdiri di depannya dengan tatapan hangatnya, "Ma" ujar Arka pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...