Penolakan Arka

6.7K 376 8
                                    

Arka berjalan santai ke arah kantin bersama ketiga sahabatnya. Beberapa kali ia disapa para siswi saat melewati koridor kelas dan hanya dibalas senyuman olehnya. Mereka memilih tempat duduk yang sering mereka tempati, tidak terlalu pojok dan tak terlalu tengah.

Baru saja ia bisa bernapas lega, kedatangan seseorang membuat suasana hatinya memburuk seketika. Seseorang yang terus memperhatikannya saat pelajaran olahraga dengan tatapan yang begitu dibencinya.

“Kayak biasanya kan?” tanya Agra membuat Arka mengalihkan pandangannya lalu menganggukkan kepalanya. Agra beranjak dari duduknya untuk memesan makanan yang biasa dipesan oleh kawan-kawannya.

“Dalia jalan ke sini?” tanya Dennis yang mengerti perubahan mimik wajah Arka yang biasanya ia tunjukkan jika bertemu dengan seorang Dalia. Arka tak menjawab dan lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah lain.

Dennis menoleh ke samping dan menemukan Dalia sudah berdiri di sampingnya dengan gaya yang membuatnya muak. Keenan yang merasakan suasana sudah mulai berubah langsung berdehem pelan, “Lo kenapa ke sini?” tanya Keenan sedikit ketus.

Dalia mengalihkan pandangannya menatap Keenan tajam, “Terserah gue lah” jawab Dalia tak kalah ketusnya seraya duduk di samping Arka. Dalia kembali melirik ke arah Arka lalu berdehem sedikit keras mengkode Arka supaya mengarahkan pandangan ke arahnya.

"Aku lebih cantik dari cewek itu" sindir Dalia membuat Arka terpaksa mengarahkan pandangan padanya dengan tatapan malas.

Dalia tersenyum manis lalu menyodorkan kotak bekal berwarna biru pada Arka, “Ini. Tadi aku buatin Kakak ayam goreng bumbu kuning sama nasi goreng. Ini enak loh” seru Dalia dengan nada semangatnya. Arka melihat sekilas ke arah kotak itu lalu mengarahkan pandangannya kembali pada Dalia dengan ekspresi datarnya.

“Heleh! Palingan yang buatin pembantu Lo. Lo kan kagak bisa masak” cibir Dennis membuat Dalia memutar matanya jengah lalu menatap tajam ke arah Dennis. Dalia tahu jika semua teman Arka tidak ada yang menyukai dirinya bahkan Arka sendiri begitu acuh padanya.

“Eh ada Mak Lampir” cibir Agra yang baru datang dengan membawa nampan berisi pesanannya. Agra meletakkan nampan itu di atas meja lalu menatap remeh ke arah Dalia.

"Mau gue colok mata lo?" ancam Dalia menatap tajam ke arah Agra.

"Sebelum lo colok, gue colok duluan" balas Agra tak kalah sengit seraya menggerakkan tangannya seolah ingin mencolok Dalia.

Arka yang mendengarkan perdebatan mereka mencoba acuh dengan mengambil pesanannya di atas nampan. Ia mengambil sendok dan garpu lalu melahapnya. Ia tahu perdebatan mereka tak akan selesai begitu cepat.

“Ayolah, Dal. Malu dilihatin” bisik Anggi yang berdiri di samping Dalia sembari menyenggol lengan Dalia.

Memang semua siswa mengarahkan pandangan ke arah mereka. Dalia menghela napas lalu menghembuskannya perlahan. Dalia tersenyum kecil berusaha tak peduli cibiran ketiga orang yang tak suka padanya.

“Ini masakanku yang pertama. Jujur saja aku masih belajar, tapi ini beneran aku yang ulek, yang goreng, yang iris, pokoknya semua aku yang kerjakan walaupun dengan arahan bibi” ujar Dalia antusias tapi sedikit memelan di akhir kalimatnya

“Kakak terima ya” paksa Dalia seraya menggeser kotak bekal itu lebih dekat pada tangan Arka.

Dalia tersenyum lalu berdiri dari duduknya. Baru saja ia akan beranjak, perkataan seseorang membuat gerakannya terhenti.

“Gue nggak butuh bekal dari lo. Gue masih punya uang buat beli makan” tolak Arka seraya mengarahkan tatapan datarnya pada Dalia.

Dalia menghela napas menahan rasa kesal di dadanya. Ia berbalik lalu menampilkan senyum kecilnya, “Aku pasti akan bawakan bekal terus untuk Kakak. Lumayan kan bisa berhemat? Jadi, simpanlah uang Kakak” sahut Dalia seraya tersenyum untuk berusaha tegar lalu beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki pergi dari meja Arka. Ia tak peduli Arka akan memakannya atau tidak. Yang terpenting, ia sudah memberikannya.

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang