....

4.1K 427 81
                                    

Dalia duduk di tepi Danau tak jauh dari tempat LDK. Ia tahu tempat ini karena Yana yang memberitahukannya. Tempat ini begitu menyejukkan hati dan pikirannya yang sedang kalut apalagi tempat ini begitu sunyi karena tidak ada orang sama sekali tapi begitu bersih.

Setelah kegiatan LDK berakhir sebelum kegiatan terakhir nanti malam, Dalia langsung memutuskan pergi ke danau sendirian. Ia membutuhkan waktu menyendiri sebelum besok kembali ke Jakarta.

Dalia duduk di ujung jembatan kayu seraya menggerakkan kakinya dengan menundukkan kepalanya melihat ke arah bayangannya, "Kapan hidup ini berpihak padaku, Ma?"

"Rasanya hidup ini bukan milikku. Aku tersiksa, Ma. Aku capek dengan semua ini"

"Aku harus apa? Aku ingin bersamamu, Ma" lanjutnya seraya meneteskan air matanya.

"Ma! Jawab aku?" teriak Dalia menengadahkan kepalanya.

Arka mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang belum ditemuinya semenjak dua jam yang lalu setelah selesai kegiatan outbond. Entah mengapa perasaannya begitu gelisah sebelum melihat seseorang.

Flashback On

Arka menyuruput jus jambu seraya sekali-kali memakan kentang goreng yang berada di meja dengan mendengarkan alunan musik. Suasana cafe yang tak terlalu ramai karena masih hujan di luar membuat ia bisa merilekskan pikirannya setelah bimbel selesai.

Arka mengedarkan pandangannya ke isi cafe dengan sesekali bersenandung. Pandangannya teralihkan ketika ia tak sengaja melihat orang yang dikenalnya mendekat ke arahnya.

Arka berdiri dari duduknya lalu bersalaman menyambut kedatangannya, "Dokter ternyata ada di sini juga" canda Arka lalu mempersilahkan perempuan itu duduk di depannya.

"Saya kira saya salah liat kamu ada di sini eh nyatanya bener" balasnya membuat Arka terkekeh pelan.

Dokter Alya Darmawansa, seorang psikiater yang berkerja di Rumah Sakit Central City yang merupakan rumah sakit milik keluarganya. Ia memang mengenalnya sejak ia merasa penasaran dengan sesuatu dan memutuskan untuk menanyakannya langsung.

Di sela-sela perbincangan, Arka mempersilahkannya untuk memesan terlebih dahulu sebagai tanda kesopanan. Arka memakan kentang gorengnya seraya menunggu Dokter Alya selesai memesan.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Dokter Alya mengawali.

"Ya seperti biasanya, Dok" jawab Arka sekenanya.

"Bagaimana kabarnya?" tanya Dokter Alya membuat Arka beberapa detik terdiam.

"Saya tidak tahu" jawab Arka jujur.

Dokter Alya tersenyum paham seraya menganggukkan kepalanya pelan, "Saya jadi bingung ingin bicara apa?" candaan garing Dokter Alya membuag Arka sontak menatapnya. Arka melihat tatapan khawatir yang begitu dominan di mata Dokter Alya.

"Bicara saja, Dok. Tidak apa-apa kok" ucap Arka mempersilahkan.

Dokter Alya menghembuskan napas dalam lalu menatap serius ke arah Arka, "Jujur saja, saya khawatir dengan keadaan Dalia. Saya dengar dia sekarang ada di rumah sendiri karena papanya pergi dua minggu untuk urusan bisnis"

"Rasanya saya belum tenang jika Dalia belum bersamaku. Dua tahun yang lalu saat mendapat kabar jika Dalia mencoba bunuh diri membuatku begitu takut dan syok. Hanya dia yang saya miliki dari seorang kakak" jelas Dokter Alya seraya tersenyum sendu.

"Bukan saya tak tahu jika Dalia sering berdebat dengan papanya terkadang papanya juga menamparnya membuat perasaan saya semakin hancur. Saya ingin membela dia tapi saya tidak punya hak"

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang