Alina melirik ke arah kakaknya yang sekarang duduk di depan Vino dengan tatapan serius. Kemarin Arka mendatangi kamarnya meminta bantuan untuk menemaninya datang ke kantor Vino.
Vino menghela napas dalam mendengar permintaan Arka. Ia tak habis pikir dengan pikiran anak sahabatnya. Hanya gara-gara cinta bisa seperti ini.
"Dengarkan, Arka! Lebih baik kamu lupakan dia" saran Vino dengan nada seriusnya.
"Dengarkan dulu!" titah Vino ketika Arka akan menyelanya. Arka menghela napas dalam mengurungkan niatnya.
"Om tahu jika kamu sekarang masih emosi. Tapi, Dengarkan! Seorang pembisnis tujuannya bukan untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Om bisa saja menghancurkan mereka dengan sangat mudah, tapi mereka tidak ada urusan sama sekali dengan keluarga kita"
"Masalah mereka adalah urusan mereka. Kita sebaiknya diam tanpa ikut ambil adil. Papamu akan sependapat dengan om tentang masalah ini. Lebih baik kamu fokus pada sekolahmu" tambah Vino lalu kembali fokus pada berkas yang sedang ia evaluasi.
"Kata om dulu, kita harus membantu orang yang lemah kan?" tanya Arka mengingat pesan Vino padanya sewaktu masih kecil.
Vino menghela napas lalu mengarahkan pandangannya pada Arka, "Ini konteksnya berbeda, Arka. Kamu tidak tahu penyesalan apa yang akan terjadi jika kamu melakukan itu. Jangan keras kepala, Arka!" tegas Vino.
"Apa yang terlihat baik belum tentu baik" tambah Vino dengan penuh penekanan. Arka menghela napas panjang lalu beranjak dari duduknya pergi meninggalkan ruangan tanpa berpamitan.
Alina yang melihat hal itu sontak bingung. Alina mengarahkan pandangannya ke arah Vino sebelum ikut keluar untuk mengejar Arka.
Alina menarik tangan Arka untuk menghentikan langkahnya seraya menormalkan pernapasannya yang tersengal-sengal karena harus berlari cepat. Arka menghentikan langkahnya dengan tetap meluruskan pandangannya.
"Kenapa semua orang seperti tak mau membantuku? Apa salahnya jika aku membantu orang yang aku cintai" kesal Arka meremas rambutnya.
"Aku tau apa yang Kakak rasakan. Tapi menurutku, memang hal yang terbaik adalah kakak berusaha sendiri. Kakak kan sudah tau apa yang harus Kakak lakukan. Berusahalah!" ujar Alina seraya mengusap bahu Arka.
Arka menghela napas seraya memejamkan matanya. Sekuat apapun ia meminta pertolongan, takkan ada yang membantunya kecuali jika ia berusaha sendiri.
Tujuh Tahun Kemudian
Seorang perempuan berlarian menuju tempat kerjanya. Ini sudah beberapa kalinya ia terlambat bekerja dalam waktu sebulan, padahal ia baru mendapat pekerjaan ini dua bulan yang lalu. Ia menatap bangunan besar di hadapannya dengan menghela napas panjang mencoba menormalkan pernapasannya.
Perempuan itu berdiri tegak melanjutkan larinya. Ia menundukkan pandangannya bersalah ketika berhadapan dengan pimpinan regu tempat kerjanya.
"Sudah berapa kali kamu terlambat kerja, Dalia?" sentaknya seraya bersendekap dada.
"Maaf tadi saya bangun kesiangan. Jadi, saya datang terlambat" sesal Dalia.
"Awas kalau kamu datang terlambat lagi! Saya bakal minta HRD untuk memecat kamu yang kerjanya nggak becus" ancamnya dan diangguki oleh Dalia.
Dalia perjalanan ke arah mejanya seraya menghela napas panjang. Hanya pekerjaan inilah yang memberinya gaji yang cukup untuk kehidupan sehari-harinya apalagi dia hanyalah lulusan SMP membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.
"Dimarahin lagi?" tanya seseorang yang berdiri di meja sampingnya.
Dalia menganggukkan kepalanya seraya memulai mengerjakan pekerjaannya, "Sabar aja" ujarnya dan hanya dibalas deheman oleh Dalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...