pernyataan cinta

4.8K 364 22
                                    

Rio duduk santai di samping Vania yang sedang menyeruput teh hangat yang baru saja dia buatnya. Memang ia selalu mengajak Vania minum teh bersama sekaligus membahas apa yang perlu dibahas agar komunikasi mereka terus berjalan walau ia lebih sibuk mengurusi pekerjaan.

Vania tersenyum melihat Rio yang tiba-tiba tiduran dengan meletakkan kepalanya di pangkuannya. Ia meletakkan cangkirnya lalu mengusap kepala suaminya sayang sebelum beralih mengelus guratan halus di dahi suaminya.

"Jangan terlalu banyak pikiran" titah Vania membuat Rio tersenyum kecil.

"Enggak ada pikiran sama sekali" elak Rio.

Vania tersenyum kecil sebelum menepuk dahi suaminya pelan membuat Rio sedikit mengaduh, "Aku tau Kakak sedang memikirkan sesuatu" yakin Vania.

Perlahan senyum Rio memudar menatap wajah cantik istrinya, "Apa kamu setuju jika Arka kuliah di luar negeri nantinya?" tanya Rio berhati-hati.

"Kenapa enggak di Indonesia aja? Kan sama aja, Kak" protes Vania.

"Memang belajarnya sama tapi dia harus bisa keluar dari zona nyamannya biar dia lebih mandiri nantinya. Apalagi dia cowok, Van. Biar dia bisa merasakan dunia luar yang belum pernah ditemuinya" jelas Rio meyakinkan Vania.

Vania terdiam sejenak mencerna semuanya, "Terserah Kakak aja" putus Vania dan disambut senyuman oleh Rio.

Suara pintu utama terbuka membuat Rio langsung mendudukkan dirinya. Ia melihat anak sulungnya baru saja memasuki rumah.

"Dari mana, Ka? Kok jam segini baru pulang?" tanya Vania.

"Ah, barusan beli camilan bentar, Ma" jawab Arka dan diangguki mengerti oleh Vania.

"Yaudah, Arka mau ke kamar dulu. Capek" izin Arka dan diangguki oleh Vania.

Setelah memastikan Arka sudah pergi, Vania kembali mengarahkan pandangan ke arah suaminya, "Aku akan menjelaskannya nanti" pungkas Rio yang mengerti apa yang akan dikatakan istrinya.

Arka merebahkan tubuhnya di kasurnya seraya menatap langit-langit kamarnya. Entah apa yang tadi ia pikirkan, ia sebenarnya juga bingung, mengapa ia bisa mengajak Dalia pulang bersama?

Tatapan lain Dalia membuatnya sedikit bingung karena tatapannya tadi seperti orang yang begitu sangat membutuhkan orang lain untuk menemaninya. Entah spekulasi dari mana yang ia dapatkan, tapi karena pemikiran itulah ia mengajak Dalia.

"Entahlah, siapa yang peduli" gumam Arka lalu memejamkan matanya.

Suara deritan pintu yang dibuka perlahan membuat tidur Arka terusik. Arka membuka matanya sedikit melihat siapa yang telah mengusik tidurnya.

"Nggak usah ngintip! Masuk aja!" titah Arka membuat perempuan yang tadinya ingin sekali mengejutkannya memberikan cengiran lebarnya.

Perempuan itu langsung masuk ke kamar Arka dan berjalan mendekat ke arah Arka, tak lupa ia menutup pintu lebih dulu. Perempuan itu menidurkan dirinya di samping Arka dengan menunjukkan ekspresi yang membuat Arka bingung melihatnya.

"Bukannya kamu nginep di rumah Om Vino?" tanya Arka pada Alina dengan tetap memejamkan matanya.

"Awalnya sih iya, tapi gara2 liat dua sejoli makan di cafe dekat taman. Jadi, enggak jadi" jelas Alina dengan senyum menggodanya.

Arka yang mendengar jelas apa yang dikatakan Alina langsung membuka matanya dan mengarahkan pandangan ke arah adiknya, "D......dua sejoli?" tanya Arka meyakinkan dan diangguki cepat oleh Alina.

Alina mengangkat tangannya lalu memeluk tubuh kakaknya, "Benci jadi cinta nih?" goda Alina dan hanya dibalas decakan dari Arka.

"Apaan cinta cinta? Enggak ada" ketus Arka.

PRINCIPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang