Dalia hanya bisa menundukkan kepalanya seraya mengikuti ke mana Arka melangkahkan kaki karena sedari tadi Arka tidak mau melepaskan cekalannya dari pergelangan tangan Dalia. Dalia menengadahkan kepalanya melirik ke arah Arka.
Ternyata Arka bertambah tinggi dari saat terakhir ia bertemu dengannya. Tingginya saja saat ini hanya sebatas dada Arka membuat dirinya seperti anak kecil yang tengah digandeng oleh kakaknya.
Dalia mendudukkan dirinya ketika Arka mengarahkan pandangan seolah memintanya untuk duduk. Dalia hanya bisa memalingkan wajahnya tak ingin melihat wajah Arka.
Dalia hanya diam ketika Arka mengatakan apa yang ingin ia pesan pada waiters tanpa bertanya padanya apa yang diinginkannya juga, "Seenaknya sendiri" pikir Dalia seraya memejamkan matanya.
"Ngapain pakek malingin wajah segala?" seru Arka sontak membuyarkan lamunan Dalia.
"Hanya ingin" jawab Dalia sekenanya.
Arka menghela napas panjang menatap Dalia dengan tatapan datarnya, "Hadap sendiri atau gue yang akan maksa lo?" ancam Arka sontak membuat Dalia langsung mengarahkan pandangan pada Arka.
Dalia mengepalkan tangannya mencoba untuk bersikap tenang melihat tatapan tajam Arka. Ia tahu jika Arka dalam mode serius jika seperti ini.
"Ka..Kakak....." cicit Dalia.
"Ngapain lo pakek pergi segala?" potong Arka sontak membuat Dalia menelan salivanya kasar.
"I....itu....." jawab Dalia sedikit terbata-bata sembari sedikit berpikir.
"Sok kuat lo" cibir Arka dengan tatapan tajamnya sontak membuat Dalia terdiam. Dalia menundukkan kepalanya seraya memainkan kukunya.
"Ngapain diem? Katanya lo berani? Tatap mata gue sekarang!" sarkas Arka sontak membuat Dalia kembali menegakkan kepalanya. Dalia menelan salivanya ketika melihat tatapan tajam Arka yang seakan menusuk dirinya.
"Bodoh..... Lo itu bodoh tau nggak?" tambah Arka membuat nyali Dalia semakin ciut. Dalia hanya bisa diam tanpa berniat membela diri.
"Gue nggak ngerti jalan pikiran lo? Yang gue tau, lo itu semakin bodoh tau nggak?" tambah Arka sedikit menaikkan intonansi bicaranya.
Arka menghembuskan napas panjang melihat keterdiaman Dalia. Sudah sejak lama ia ingin sekali mengumpat pada Dalia. Pikiran Dalia yang membuatnya ingin sekali memarahinya sekarang.
Seorang waiters meletakkan pesanan mereka di atas meja. Arka sendiri tak terpengaruh dan terus memberikan tatapan tajamnya pada Dalia. Sedangkan Dalia mencoba sedikit mengalihkan pandangannya.
"Terima kasih" ujar Arka pada waiters itu dan diangguki pelan olehnya.
"Makan!" titah Arka seraya mengambil piring berisi pesanannya membuat Dalia terpaksa menurutinya.
Dalia melihat ke arah piring yang telah terhidang steak daging sapi di atasnya. Dalia terdiam melihatnya. Sudah lama ia tidak pernah memakan daging sapi lagi setelah ia pergi dari rumah. Baginya, daging sapi itu mahal dan ia takut jika uang yang ia punya akan habis hanya untuk membeli makanan yang terbuat dari daging.
Dalia mengambil garpu dan pisau lalu memotong steaknya. Perlahan ia melahap lalu mengunyahnya secara perlahan. Dalia tersenyum merasakan lezatnya steak yang ia makan. Sudah lama ia tidak merasakannya kembali sampai ia sedikit menitikan air matanya.
Arka melirik ke arah Dalia yang sedang menahan isakan. Arka mengerti bagaimana susahya apa yang sudah dilalui Dalia selama ini. Pergi dari rumah hanya membawa sedikit uang tanpa membawa baju. Bahkan Dalia terlihat sedikit kurus dan begitu berbeda dengan Dalia yang dulu pernah ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...