Dalia memperhatikan pelajarannya tanpa peduli dengan Seana dan Anggi yang sedari tadi berusaha mengajaknya berbicara. Jujur saja situasi kemarin masih membuatnya begitu kesal.
Suara imbauan yang berasal dari pengeras suara di kelasnya membuat suasana kelas langsung berubah ramai. Akhirnya tes OSIS akan segera dimulai menandakan pelajaran di kelasnya ditiadakan karena hampir semua mendaftar. Mungkin alasan mereka mendaftar hanyalah menghindari ulangan matematika setelah ini.
Dalia memasukkan semua bukunya ke dalam tas sebelum beranjak dari duduknya. Seana dan Anggi tak kenal menyerah, mereka terus saja memanggilnya.
"Dal, kita minta maaf. Kita nggak bermaksud gitu kemaren" pinta Seana berdiri di samping Dalia.
"Gue enggak peduli" ketus Dalia lalu melangkahkan kakinya keluar dari kelas tak peduli panggilan dari kedua sahabatnya.
Dalia memberikan tatapan tajamnya ketika ia berpapasan dengan Zive di depan kelas sebelum ia benar-benar keluar. Zive yang ditatap seperti itu hanya mengendikkan bahunya tanpa peduli dengan Dalia.
Di aula sekolah, Arka memberikan pengarahan pada teman-temannya di aula tempat tes wawancara diadakan. Hari ini ia dan keempat teman se-OSIS nya ditugaskan untuk mengajukan pertanyaan.
"Sudah siap semua?" tanya Arka berdiri di depan.
"Siap" jawab serempak semua anggota OSIS.
"Peraturannya sesuai yang kita bahas lusa kemaren. Waktu wawancara hanya dibatasi tiga menit" jelas Arka dan dimengerti oleh semua teman-temannya.
Arka pun mengambil tempat di tengah begitu juga keempat temannya, yang lain langsung melaksanakan tugas sesuai pembagian. Arka membaca setiap detail pertanyaannya yang akan menentukan siapa saja yang akan dipilihnya nanti.
Wajah serius Arka membuat banyak siswi yang sedang berbaris mengantri giliran terpesona. Memang Arka memiliki garis rahang yang begitu jelas dan hidung mancung yang menjadi dambaan banyak perempuan. Apalagi Arka juga begitu pandai dalam segala hal.
"Hai" sapa Arka dengan senyum kecil menyapa perempuan yang akan diajukan pertanyaan olehnya yang baru saja duduk di hadapannya.
"Ah....H....hai" jawab perempuan itu kikuk membuat Arka tersenyum.
"Sudah siap?" tanya Arka dan diangguki perempuan itu. Arka pun menanyakan nama dan kelas sebelum memulai wawancaranya supaya tidak terlalu tegang. Ia pun melingkari nama perempuan itu untuk nantinya diberi penilaian.
Tes wawancara ini bergilir sesuai kelas. Dari mulai kelas sebelas lalu dilanjutkan kelas sepuluh. Dari data yang ia pegang, lebih dari tiga ratus siswa ikut serta padahal hanya akan dipilih empat puluh tiga siswa.
Dalia duduk menunggu giliran dengan pandangan terus terarah pada Arka. Ia sebenarnya sedikit risih karena Zive duduk di sampingnya, ditambah lagi Zive juga terus melihat ke arah Arka.
"Suka lo?" sindir Dalia dengan nada ketusnya.
Zive terkekeh pelan, "Emang keliatan banget ya?" tanya Zive membuat Dalia memutar matanya jengah.
Entah apa saja yang berhubungan dengan Arka membuat dirinya terlihat seperti penjahatnya. Walau ia berusaha melupakan Arka tapi ia masih saja tak rela jika orang lain memandang Arka dengan tatapan terpesona.
Setelah menunggu sekian lama, sekarang giliran Zive dan dirinya. Dalia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kursi paling depan menunggu Zive menyelesaikan wawancaranya terlebih dahulu.
"Eh, mak lampir ikutan juga" cibir Dennis membuat Dalia menatapnya nyalang.
"Emang masalah buat lo?" sungut Dalia seraya bersendekap dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPLE
RomanceSeorang perempuan bernama Dalia yang berusaha menghancurkan prinsip yang dipegang teguh oleh seorang lelaki yang begitu ia sukai sejak sekolah menengah pertama. Arka, lelaki yang disukai oleh Dalia berprinsip bahwa dirinya takkan berpacaran dan beru...