Part 9 A big secret

389 51 12
                                    

Klik 🌟
biar Author makin semangat🤗

Sudah tiga puluh menit Trez duduk di sisi ranjangnya, perasaan kesal pada dirinya sendiri belum juga lenyap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga puluh menit Trez duduk di sisi ranjangnya, perasaan kesal pada dirinya sendiri belum juga lenyap. Trez merebahkan tubuhnya di kasur dengan posisi menelungkup, membenamkan wajahnya ke bantal berharap mampu mengusir kegelisahannya barang sebentar. Hanya semenit memejamkan tubuhnya lalu turun dari ranjang, matanya sempat melirik jam wekernya yang menunjukan jam dua belas malam. Dia tertegun sekitar dua menit, mengusap-usap punggung tangannya.

Lalu Trez memutuskan keluar kamar, memilih duduk di sofa sambil menyalakan Televisi berharap ada film menarik yang ditayangkan Televisi nasional. Jemari Trez mengotak-atik remote mengganti chanel hingga akhirnya dia menyerah, rupanya tidak satupun tayangan Televisi yang mampu menarik perhatiannya.

Trez beringsut dari sofa, berjalan menuju kulkas lalu mengambil tiga kaleng beer dan membawanya kembali ke sofa.

Dengan gerakan tangkas, Trez sangat mudah membuka kaleng tersebut lalu menyeruputnya.
Satu teguk, dua teguk, seterusnya hingga kaleng di tangan Trez kosong. Trez melemparkan kaleng kosong tersebut ke dinding sehingga menimbulkan suara berisik ketika berbenturan dengan dinding.
Trez mengambil keleng kedua, meminumnya dengan cepat seperti orang yang sedang dahaga.

Hanya beberapa tegukan kaleng kedua pun menjadi kosong. Kembali Trez melemparkan kalengnya ke dinding.

Lalu dia melanjutkan ritual minumnya pada kaleng ketiga sampai setetes pun tidak bersisa. Kali ini Trez hanya meremas kasar kaleng beer tersebut, lalu menaruhnya asal di sebelahnya.
Kepala Trez menjadi sakit, perutnya mual dan pandangannya pun berkunang-kunang. Perutnya seperti dikocok kocok, dan ada dorongan makanan yang ingin kembali naik ke kerongkongannya. Tapi, Trez tidak akan muntah karena dia paling hebat mengendalikan diri ketika akan muntah.

Trez berjalan sempoyongan menuju kamarnya, melepas kaosnya asal. Rupanya setelah mabuk dia menyukai tidur dengan dada telanjang, memeluk bantal guling dengan tubuh meringkuk seperti anak bayi. Hanya hitungan menit Trez sudah terlelap dibuai mimpi.

"Go to hell" Kata pria setengah baya yang berdiri di depan Trez kecil lalu tangannya terangkat merebut dan melemparkan tas rangsel yang digenggam Trez. Mata pria itu menatap Trez kecil, seperti merayapi tubuh kerdil yang menunduk dengan kaki bergetar. Bibir Trez kecil mengatup rapat ketika giginya bertautan geram namun tidak berdaya untuk melawan, ada luka membiru dan masih meyisakan darah kering di sudut bibirnya. Kedua mata kecilnya semakin kecil karena ditutupi oleh bengkak dan lebam membiru, di pelipisnya juga terlihat luka memar serta ada robekan kecil pada ujung alis kirinya yang tebal.

"You. Son of a bitch. You don't deserve to exist in this world" Usai berkata pria bertubuh besar dengan outfit musim dingin berwarna gelap itu mengangkat tangan ke rambut kusam Trez kecil , melilitkan jarinya ke rambut Trez kecil lalu menghentakannya keras-keras, menarik wajah Trez kecil ke wajahnya.

HUGO TREZ (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang