👉Part Spesial (Bagian 2)👈

456 26 13
                                    

Semburat indah menembus jendela kaca melewati gorden pastel yang sedikit tersingkap, cahaya menyilaukan mata membuat Shin terjaga dari tidur pulasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semburat indah menembus jendela kaca melewati gorden pastel yang sedikit tersingkap, cahaya menyilaukan mata membuat Shin terjaga dari tidur pulasnya. Dengan mata masih mengantuk dia mengerjap, tangan kirinya menyingkap selimut tebal yang menutup dirinya, membiarkan tubuh seksinya yang hanya dibalut lingerie merah marun sangat tipis terekspos bebas. Shin menoleh ke sebelahnya, Trez rupanya telah bangun lebih awal. Shin menyisir rambutnya dengan jemari secara asal, lalu bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Hanya sekitar tiga menit lalu dia keluar dengan kondisi wajah yang lebih rapi, rambut panjangnya diikat ekor kuda.

"Trez kemana sepagi ini?" Gumam Shin setelah mengecek lemari pakaian karena tidak satupun pakaian yang telah ditatanya kemarin berkurang jumlahnya, artinya Trez masih ada di sekitar rumah. Shin keluar kamar sambil menggosok perutnya yang terasa keroncongan. Indera penciuman Shin mencium aroma sangat enak membuat dia mempercepat langkahnya.

"Good morning" Sapa Trez yang terlihat sedang menata sarapan sehat yang sudah diselesaikannya sebelum Shin keluar kamar. Celemek merah muda milik Shin masih melingkar di tubuh pria yang hanya mengenakan kaos tipis putih dan celana pendek navy. Dia menggeser kursi mempersilahkan Shin duduk, lalu dia juga duduk di sebelah.

"Astaga, sampai lupa melepas celemek." Ujarnya lalu kembali berdiri, tangan kanannya dengan cekatan melepaskan celemek dan menggantungnya di gantungan yang berada di sudut dapur.

"Apa nama masakan ini?" Tanya Shin mengamati sarapan di depannya yang mengepulkan asap.

"Kebab Turki" Jawab Trez sembari memberikan garpu dan pisau pemotong pada Shin.

"Enak" Komentar Shin setelah menghabiskan sepotong, tentu saja mendapat pujian itu membuat Trez tersenyum lebar. Belum sempat dia melakukan celebrasi atas pujian Shin, terdengar getaran dari ponselnya yang tergeletak di sisi kanan meja makan.

Tuuuut

Trez cepat-cepat meraih ponselnya dan meninggalkan meja makan dengan wajah datar. Shin tetap saja makan meskipun diam-diam menaikan antena pendengarannya untuk menguping.

"Sialan, sejak kapan dia menjaga privasi begitu." Umpat shin sambil mengaduk-aduk potongan kebab yang sudah hancur.

Sekali lagi Trez menoleh ke arah meja makan, lalu berjalan keluar pintu belakang memastikan Shin tidak mengikutinya. Pria itu berdehem sebelum memulai pembicaraan seriusnya.

"Bukankah sudah ku katakan jika jalur biasa urusan administrasinya sangat merepotkan." Ujar Trez dengan nada dingin, dari nada bicaranya dia terlihat sedang kesal pada lawan bicaranya.

"Apakah urusan itu masih aku yang harus turun tangan?" Hardik Trez semakin menaikan nada bicaranya, dia memijat keningnya yang terasa nyeri.

"Hubungi aku tiga puluh menit lagi." Trez menutup ponselnya dengan kasar, dia tercenung sejenak lalu melakukan panggilan telepon ke sebuah kontak.

HUGO TREZ (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang