Part 10 A damn kiss 😋

565 53 14
                                    

Klik 🌟
untuk support biar author makin semangat ya readers.🤗

Shin sudah tidak memiliki energi untuk berdebat dengan pemilik suara, gadis itu membuang wajahnya menolak untuk memandang tetangganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shin sudah tidak memiliki energi untuk berdebat dengan pemilik suara, gadis itu membuang wajahnya menolak untuk memandang tetangganya. Meskipun diabaikan namun pria itu tidak mau menyerah. Dia bergerak untuk mendekati Shin yang bersiap ingin beranjak, dia meneliti wajah Shin sambil memiringkan kepala, mata kecilnya berkedip sekali yang disengaja untuk menggoda sembari tersenyum dingin.

Shin menggeram sambil menggertakkan gigi, akhirnya terpaksa menatap tetangganya yang semakin mengesalkan.

Bagaimana Shin harus bisa sabar, dia sudah sangat kesal pada orangtuanya tiba-tiba tetangganya muncul menanyakan hal yang konyol.

Tunggu, Shin baru menyadari sekarang tentang suatu kejanggalan yang terjadi pada kedua orangtuanya pagi ini.

Seumur hidup Shin, belum pernah mendengar kedua orangtuanya ingin membuangnya meskipun dalam kondisi semarah apapun. Tetapi hari ini, secara tiba-tiba mengancamnya dengan sebuah kontrak dan berencana mengirimnya ke desa. Menurut Shin ini super konyol dan pemilik ide ini pasti lebih konyol.

Ya, Shin semakin yakin semua yang terjadi pada mereka pasti ada kaitanya dengan tetangga sialan bermulut kejam ini.
Fix, ini perbuatan tetangga nya yang sudah dipercaya sebagai penasehat agung yang mulia king dan queen Park. Shin meneliti wajah tetangganya yang juga menatapnya dengan kening berkerut.

"Aku mau bicara dengan mu"ujar Shin lalu menarik tangan Trez, memaksa tetangganya itu mengikutinya, pria itu menurut patuh seperti anak kecil yang dipaksa ibunya pulang ke rumah.

"Sini kunci rumah mu" pinta Shin sewenang-wenang, Trez menurut lalu menyerahkan anak kuncinya. Shin langsung memutar anak kunci terbilang kasar, setelah pintu terbuka dia melanjutkan menggiring Trez ke ruang tamu.

"Duduklah" Perintah Shin seolah dialah pemilik rumah sementara Trez hanyalah seorang tamu. Tetangga Shin masih sempat tersenyum dingin demi melihat wajah Shin yang cemberut, gadis itu sedang sibuk menyusun kalimatnya. Trez menunggu dengan sabar, sesekali mengibaskan tangannya ke wajah untuk mengeringkan keringat di wajahnya.
Gadis dengan stelan piyama garis-garis masih juga belum mengeluarkan kalimatnya hingga semenit.

"Aku sudah curiga ketika orangtuaku mengatakan hal-hal kejam. Idenya dari kau kan?" Tanya Shin menyelidik, mata indahnya mendelik seakan ingin menelanjangi pria yang memakai celana olahraga pendek yang duduk santai di depannya.

"Tetangga ku yang manis tetapi jutek, mau kubuatkan sarapan ala amerika? Atau ala perancis?" Tanya Trez mengalihkan pembicaraan. Trez sangat ahli membuat Shin naik darah, apakah membuat Shin marah adalah hiburan terbaik dan terlucu bagi seorang pria sedingin Trez?
Trez seakan mendapat kepuasan tersendiri jika melihat wajah tetangga cantiknya ini cemberut, ketika wajahnya ditekuk apalagi sampai memonyongkan bibir dengan mata melotot. Shin terlihat sangat menggemaskan.

HUGO TREZ (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang