Part 11 (Impolite neighbors)🤦

377 44 8
                                    

Klik 🌟 ya.
Bahagia author jadinya.
Love you readers😘😘

Shin menghempaskan tubuhnya di kasur, percuma merayu ibunya agar tidak terlalu mempercayai tetangganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shin menghempaskan tubuhnya di kasur, percuma merayu ibunya agar tidak terlalu mempercayai tetangganya. Justru sebaliknya, ibunya malah menganggapnya super Hero. Shin mengibaskan tangannya ke udara, mencuci piring dan peralatan dapur ditambah membersihkan karpet dan membersihkan kamar mandi sudah diselesaikannya.
Shin menggerutu pada ibunya, pasien seperti dia harusnya diperlakukan dengan lembut tapi justru dijadikan asisten rumah tangga yang tidak digaji.

"Semua ini karena ulah tetangga" Shin membathin lalu menyentuh bibirnya.

Aiiishhh

Shin menjerit dalam hati karena bibir itu masih saja terasa sensasinya hingga ke relung hati. Shin menyentakan kakinya, berharap bisa mengusir'pikirannya, pikiran tentang peristiwa beberapa jam yang lalu.
Sebaiknya Shin tidur, barangkali ketika bangun nanti bayangan tetangganya sudah lenyap dari bibirnya.

**
Kata nyonya Park, putrinya tidur mirip tidur orang mati. Tidak ada yang mampu mempengaruhi tidurnya termasuk alarmnya. Itulah alasannya dia sering bangun kesiangan.

Seperti yang terjadi saat ini, karena lelah menjalani hukuman di hari pertama Shin tidur cukup lama hingga melewatkan makan siangnya.

Gadis itu bangun sambil meraba-raba ponselnya yang bergetar di meja, matanya menyala tiga Watt.

Shin, kami sudah on the way nih. Kau siapkan saja makan malam kami

Shin terperangah demi mendapatkan text dari Jisung, sejenak dia tertegun menatap jam di layar ponselnya yang sudah menunjukan jam enam kurang seperempat. Apa yang harus dilakukan Shin? Apakah perlu baginya memasang riasan pucat seperti cosplay orang sakit di dalam drama yang sering ditontonnya hingga berlinang air mata?

"Ah..bodo amat" gerutunya pada dirinya sendiri.

"Shin, sudah ya teman kantor mu menghubungi? Jam berapa datang nya?" Terdengar suara nyonya Park berseru dari ruang dapur. Shin beranjak dari ranjang sambil bekerja keras mengusir kantuknya, lalu menghampiri sumber suara.

"Dua puluh menit lagi bu mereka tiba" Lapor Shinhye sembari menunjukkan text Jisung.

"Berapa orang yang datang?" Tanya nyonya Park sambil menata meja makan.

"Bu, mereka itu datang untuk menjenguk orang sakit, bukan dalam undangan dinner." Protes Shin merengut, dia menganggap ibunya selalu saja melakukan sesuatu sangat berlebihan. Shin masih ingat ketika perayaan ulang tahunnya yang ke 17, orangtuanya mengundang tamu sebanyak dua kompleks persis seperti orang yang sedang pesta pernikahan.

"Itu mulut cemberut nanti ku ikat pakai tali rapia. Sudah bagus orangtua mu menjamu teman kantor mu dengan baik." Omel Nyonya Park menggengam.

"Salah lagi, salah lagi..." Celetuk Shinhye sambil menutup mulutnya ketika tangan Nyonya Park sudah terulur menjewer mulutnya.

HUGO TREZ (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang