evening memories

1.4K 318 46
                                    

⠼⠃⠚

Aku berencana datang ke sekitar lapangan taman kota usai mengirim pesan kepada gadis toska kalau aku ingin bertemu dengannya. Sayangnya, ia belum membaca pesan itu. Tapi aku akan tetap menunggu.

Mobilku melewati pertigaan, namun saat aku mau meluruskan setir, ada sesuatu yang menangkap penglihatanku. Sesuatu dari balik kaca transparan mini market yang terang benderang.

Nah! Ketemu!

Gadis kecil itu sedang makan ramen cup dengan lahap. Mulut kecilnya meneguk isi kaleng cola dengan cepat. Dia makan cepat sekali. Seperti trainee yang takut ketahuan gagal diet saja.

Kudorong pintu kaca, ia tampak tak sadar kalau aku masuk. Kulangkahkan kakiku ke rak ramen cup dan menutup lid selama beberapa menit. Sembari menunggu, kulirik apa saja yang dimakan gadis itu. Hanya mie instan cup, keju potong, soda, dan dua kotak susu cokelat yang sudah kosong.

Alhasil kuambil beberapa sosis dan odeng. Tanganku nyaris tak cukup, tapi aku sering melakukan ini saat trainee, jadilah kubawa semua makanan dan minuman tersebut dalam dua tangkup dan meletakkan semuanya di meja makannya yang sepi. Hitung-hitung supaya gadis ini bertambah gemuk. Belakangan ini dia mengurus.

"Ahjusshi?" ia terlihat terkejut sampai hampir memuntahkan kembali mie yang baru saja ia seruput.

"Jorok," desisku.

"Aku sudah bilang untuk jangan sembarang menghampiriku jika bukan aku yang mengajakmu bertemu. Bagaimana jika kau salah mengenali orang?" gadis itu berbisik gemas, rewel sekali.

"Kau tidak lupa kalau pembunuhmu berwajah sama sepertiku, bukan?"

Ah, dasar terlalu banyak cemas. Aku tertawa ringan. Tentu saja aku tahu dan tidak lupa. Tapi aku tahu kalau ini memang benar-benar si gadis toska.

"Aku bisa membedakannya. Kau punya ini," kataku sambil menyentuh ujung hidung femininnya.

Dia punya tanda jelas di sini. Setitik samar tahi lalat di ujung hidungnya.

Kuperhatikan matanya yang sedikit berair. Anak itu terlihat canggung seolah ini adalah pertama kalinya dia menerima perlakuan dan perhatian seperti ini dari orang tua. Kenapa sih dia membuatku merasa bersalah?

Aku harus mengakui kalau pelajar ini sebenarnya cantik meski kelakuannya tak karu-karuan. Ia mengusap hidung dengan punggung tangan kemudian lanjut makan dengan pipi merah jambu. Dan aku punya opini tambahan, dia sedikit manisㅡkalau tidak sedang mengoceh dan tidak menamparku.

Aku menyantap mie dengan lahap. Kutusuk kotak susu stroberi kesukaanku dengan sedotan sementara gadis itu menatapku dengan heran.

"Ahjusshi, kau minum susu stroberi anak-anak?"

Aku mengangguk, "Enak."

Ia menatapku jijik dan tentu saja aku harus protes. Apa salahnya jika aku suka susu kotak kemasan? Aku berdecak dan menyenggol lengan kurus sang gadis sampai garpu plastiknya jatuh ke lantai.

Gadis itu menatapku dengan malas, "Dasar muka om-om, jiwa anak kecil."

Senyumku mengembang. Kuperhatikan ia dari belakang mengambil garpu baru dengan tenang. Dia terlihat dewasa. Rambutnya sudah panjang menyentuh bahu. Seragamnya selalu terlihat seperti tak pernah ia ganti. Sama, familiar, dan aku selalu mengenalinya.

"Kau mau kubelikan baju baru?"

Gadis itu menggeleng masih dengan kunyahan penuh di kedua pipi. "Kenapa sih semua orang mau membelikanku baju?"

✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang