another lie

1.4K 336 69
                                    

⠼⠁⠓

Namjoon hyung bilang padaku kalau Jimin sedang berada di ruang operasi gawat darurat di lantai dasar. Joohyun menunggu di lobi rumah sakit sedangkan aku berlarian seperti orang gila ke meja resepsionis demi menanyakan ruang tunggu Jimin.

Derai air mataku turun tanpa henti. Hatiku seperti sedang dikoyak tanpa ampun. Jimin tak boleh pergi. Apa yang terjadi? Kenapa semuanya semakin runyam?

"Taehyung-ah!" panggil segerombol pria.

Aku mendongak dengan syok karena aku kenal betul dengan suara mereka. Namjoon hyung, Seokjin hyung, Yoongi hyung, Hoseok hyung, dan Jungkook.

Pemandangan ini aneh sekali. Benar-benar aneh dan aku tak bisa mencerna atau memproses apapun.

Selain presensi Jimin yang tiada, pandangan yang hyungdeul berikan kepadaku itu lebih aneh.

Mereka menatapku dengan hangat dan ceria.

Ada apa ini? Bukankah seharusnya suasana menjadi muram dan suram karena Jimin kritis?

"Whoa, tak kusangka kau benar-benar akan jadi ayah, eh?" Hoseok hyung menepuk-nepuk pundakku dengan tatapan bangga. Berbeda sekali dengan tatapan kecewanya kala itu.

Apa aku tidak salah lihat?

"Bisa-bisanya kau menelepon kami dan kau yang terakhir sampai. Masih saja tukang telat," cetus Yoongi hyung. Ia tidak terdengar sinis seperti saat itu. Hanya berekspresi datar tanpa artian khusus. Dia ini barulah Yoongi hyung yang kukenal.

Tunggu. Tadi dia bilang aku yang menelepon mereka kemari?

"Kenapa kau mengerutkan wajah seperti orang linglung? Dimana Joohyun noona?" Namjoon hyung tertawa renyah. Kepalanya celingak-celinguk antusias.

Aku semakin was-was. Aku tak tahu apa yang sedang kurasakan.

Mereka yang berada di hadapanku ini adalah sosok yang kukenal akrab. Tapi mendadak mereka terasa asing. Seperti ada yang tidak beres. Sebab terakhir hubunganku dengan hyungdeul (selain Namjoon) bisa dibilang kurang baik. Aku yakin aku juga tidak salah ingat mengenai hal tersebut.

"Kenapa kalian mencari Joohyun?" tanyaku terbata-bata dan malah mendapatkan tepukan ringan di lengan dari Seokjin hyung yang gemas.

"Kau ini kenapa, sih? Jadi bayimu bagaimana? Laki-laki atau perempuan? Kautahu tidak kami sangat seru memperdebatkan soal itu di mansion dan kami bahkan membuat taruhan!" Seokjin hyung menertawai ucapannya sendiri.

Aku lega melihat suasana kami mulai melunak. Akan tetapi tidak mengubah fakta bahwa situasi ini sangat aneh. Pikiranku bergulat dan akhirnya kuputuskan satu pertanyaan ambigu untuk mendukung hipotesaku.

"Hyungdeul sudah memaafkanku?"

Aku diberi tatapan heran. Mereka menatapku seolah aku ini sedang mabuk. Para member terlihat terkejut dan kehilangan kata-kata. Tapi hanya Seokjin hyung yang menjawab. "Hah? Bicara apa kau ini? Kita bahkan tak bertengkar. Apa yang mau kita ributkan, lagipula?"

"Karena aku keluar mendadak?"

"Kita tidak pernah bertengkar soal itu," Hoseok hyung mengernyitkan dahi. Sepertinya ia ikut pusing.

Yoongi berdecak heran. "Kim Taehyung, 2 bulan persiapan menikah memang waktu yang pendek. Tapi kau sudah dengan gilanya memberi kami kabar itu di pagi tahun baru."

Apa? Aku... memberi tahu mereka pada pagi tahun baru? Pada 1 Januari 2020?

Itu artinya aku memberitahu mereka sehari sehabis malam itu—yang mana bahkan seharusnya aku belum tahu kalau Joohyun hamil.

✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang